Kalo ada typo kasih tau ya!?
Happy reading!!!!
***
"Kenapa Lo?"
Asya menggeleng, "Nggak papa." Ia mencoba mengalihkan perhatian. "Mau beli di mana?" Asya mencoba mengungkit dan mencari tahu siapa cewek yang dimaksud Gavin. Apakah ini tanda Gavin mulai bosan dengannya? Tapi bukankah seharusnya ia senang karena dengan Gavin mencari mangsa lain ia akan segera bebas?
"Di mall sekitar toko bunga aja, sekalian mau beli bunga."
Asya mengangguk. Ia membasahi bibirnya yang terasa kering. Sekarang bukan hanya bibirnya saja yang terasa kering, tenggorokannya juga. Apa gue udah jatuh cinta sama Gavin? Gadis itu segera menggeleng menepis suara hatinya. Ia tidak boleh jatuh cinta pada Gavin. Sebentar lagi Gavin pasti akan memutuskannya, jadi ia harus menahan diri agar tidak jatuh pada pesona Gavin.
Gavin tiba-tiba terkekeh kecil, membuat Asya langsung menoleh ke arahnya, "Kalo gue bilang cinta sama Lo, percaya nggak?"
Asya bungkam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Bibirnya terlalu kaku hanya untuk mengatakan tidak percaya. Alhasil ia hanya menggeleng perlahan sebagai jawaban.
"Tapi kalo kenyataannya iya?"
Asya mencengkeram erat seatbelt yang ia pakai, ia harus memberanikan diri untuk menjawab, "Palingan besok atau bahkan sekarang Lo mutusin gue, kan?" lirihnya. Ada perasaan tidak tenang dalam dirinya jika hal itu benar-benar terjadi.
Gavin tertawa sembari menatap ke arah spion, ia akan memarkirkan mobilnya di halaman mall. "Sayangnya nggak Sya! Gue nggak akan mutusin Lo besok, lusa, minggu depan, atau bulan depan," ucap Gavin yang berhasil membuat jantung Asya berdesir. Tapi tiga bulan lagi, sambung Gavin dalam hati.
Cowok itu membuka pintu mobil dan keluar. Ia berjalan memutari mobil. Mengetuk kaca mobil ketika Asya tak kunjung turun. "Mau sampe kapan lo di situ?"
Asya mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum akhirnya tersadar dan melepas seatbelt nya. Ia berjalan keluar dan mengikuti langkah lebar Gavin. Ia tertinggal beberapa meter di belakang Gavin.
Hampir saja Asya menginjak tali sepatunya sendiri yang ternyata terlepas ikatannya. Mau tak mau membuatnya harus berhenti, berjongkok untuk membenarkannya, juga semakin tertinggal jauh dari Gavin.
"Gavin tunggu!" Sembari mencoba mengikatkan kembali tali sepatunya, Asya sedikit berteriak memanggil Gavin.
Dari jarak sepuluh meter, Gavin berdiri, mengetuk-ngetuk sepatunya dengan lantai, menunggu Asya yang sedang berjongkok membenarkan tali sepatunya.
Dari jarak lima meter di depannya, Gavin melihat dua orang cowok. Sebenarnya akan menjadi hal yang wajar bagi Gavin jika kedua cowok itu berada di dalam mall. Mengingat ini adalah tempat umum.
Namun ada yang berhasil membuat Gavin menelisik tajam gerak-gerik dua cowok yang sekarang berjongkok itu. Menurut orang yang berlalu-lalang di sekitar memanglah tidak aneh.
Mereka hanya berjongkok dan mengeluarkan ponsel. Menyalakan kamera untuk memotret sekitar, yang mungkin nantinya akan dipajang di akun media sosial mereka.
"Apa-apaan sih?!" Gavin menggeram kesal. Ia berjalan cepat menghampiri Asya. Melewati dua orang cowok tadi.
Tanpa aba-aba, ia menarik paksa tangan Asya yang sedang mengikat tali sepatu. "Bangun!"
Tentu saja Asya dibuat kaget sekaligus bingung atas perlakuan Gavin yang tiba-tiba, dan terkesan kasar menurutnya. Ia semakin bingung karena Gavin justru berjalan cepat meninggalkannya. Menghampiri dua orang cowok yang sedang berjongkok sembari bermain ponsel.

KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN
Fiksi RemajaWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! CERITA INI HANYA UNTUK DIBACA, BUKAN DI-COPY PASTE, DITULIS ULANG, DIJIPLAK, ATAU BAHKAN DIBAWA KE DUNIA NYATA!! "Kita putus!" Hampir setiap hari kalimat itu dilontarkan olehnya. Ia Gavin, playboy yang satu hari bisa m...