Putus!!

2.6K 116 22
                                    

Vote, komen, share, dan follow!!!

Happy reading!!!


***

Gavin berjalan cepat menuju ke kelasnya. Ia ingin mencari keberadaan Ezra, siapa tahu cowok itu masih di kelas. Dan sepertinya ia beruntung sekarang karena Ezra baru saja menggendong tasnya hendak keluar. Di dalam juga ada Varo dan Arkan yang memang sedang menunggunya.

Dengan amarah yang memuncak, Gavin berjalan cepat ke arah Ezra kemudian menarik kerah seragamnya. "Maksud Lo apa? Hah?" bentaknya.

Arkan dan Varo yang melihat begitu terkejut, apalagi Gavin sudah mengeluarkan aura kemarahannya. Dan itu bisa menjadi malapetaka untuk semua orang.

"Woi! Gav tenang dulu!"

"Ini ada apa woi!"

Arkan mencoba melepaskan cengkraman tangan Gavin di kerah seragam Ezra. Sementara itu Varo menarik tubuh Gavin agar menjauh dari Ezra.
Gavin menatap tajam Ezra yang juga menatapnya tajam.

"Kalian kenapa sih?"

Baik Gavin maupun Ezra tak ada yang menjawab. Mereka sama-sama diam. Saling menatap dengan tajam.

"Lo ngomong apa ke Asya!" gertak Gavin yang sudah emosi.

"Terserah lah gue mau ngomong apa ke Asya, apa urusannya sama Lo? Bukannya dari awal Lo tuh cuman pura-pura?"

Arkan dan Varo saling pandang, bertukar kode. Sepertinya mereka mulai paham. Namun jika apa yang mereka pikirkan adalah benar, maka kebingungan lah ujungnya.

"LO NGOMONG APA NJING!"

Ezra mengeraskan rahangnya. "GUE NGOMONG YANG SEBENERNYA! KENAPA?"

Gavin mengibaskan tangan Varo yang memegang pundaknya. Ia sudah kembali maju untuk menyerang Ezra dengan cara menarik kerahnya.
"Lo juga ngapain ngikutin Aldo? Ha?"

Arkan dan Varo kewalahan menghadapi Gavin yang sudah hilang kendali. Kedua cowok itu bingung harus bagaimana lagi. Mau menahan pergerakan Gavin, tapi sampai kapan?

"Panggilin Davin!"

Varo mengangguk, ia mengambil ponselnya untuk kemudian menghubungi Davin. Jika sudah seperti ini, tidak ada yang bisa menghentikan Gavin kecuali Davin. Makanya sebisa mungkin Arkan dan Varo cepat-cepat mendatangkan Davin.

Ezra melepaskan cengkraman Gavin. Ia mendorong tubuh Gavin hingga mundur dua langkah ke belakang. "Gue udah muak sama kalian!" Ezra menunjuk satu persatu wajah sahabatnya.

Arkan dan Varo tentunya mengerutkan kening bingung. Varo yang sedang menelpon Davin bahkan sudah memutuskan sambungan sepihak. Untung saja ia sudah sempat mengatakan apa yang terjadi sekarang ini.

"Maksud Lo apa sih Zra?" tanya Varo. Nada bicaranya sudah tersulut emosi.

"GUE MUAK SAMA KALIAN YANG MEMPERLAKUKAN GUE KAYAK ANAK KECIL!" Napas Ezra memburu dengan mata yang memerah. Cowok itu membenarkan baju seragamnya yang sudah berantakan.

Kesabaran Varo hilang sudah. Kini cowok itu yang menggantikan Gavin menarik kerah baju Ezra. "Lo bilang Lo muak sama kita?" geram Varo, "asal Lo tau, kita ngelakuin itu semua karena Lo udah kita anggep sebagai sodara sendiri! Paham nggak sih lo?"

"Ro udah!" Arkan melepaskan tangan Varo dari seragam Ezra.

Usaha Arkan sia-sia. Karena Gavin sudah terlebih dahulu membogem Ezra hingga cowok itu tersungkur ke bawah. Kesabarannya hilang sudah.

Tanpa memperdulikan tatapan terkejut dari Arkan dan Varo, Gavin menarik paksa Ezra hingga berdiri.

"Gue ingetin sama Lo! Gue bukan Arkan, Varo, Kenzo, ataupun Davin yang bisa nahan emosi!" peringatnya dengan tatapan yang mengerikan.

GAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang