Bismillahirrahmanirrahim!
Happy reading!!
Kalo ada typo kasih tau ya!!
🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆
Asya merapikan tempat tidurnya. Gadis itu menghela napas lega setelah berhasil membersihkan kamar bernuansa hijau dan biru miliknya.
Ia melirik kalender yang terletak di meja belajar. Senyumannya memudar melihat sebuah tanggal yang sengaja ia lingkari untuk memperingati hari kelahirannya.
"Besok gue ulang tahun?" tanyanya pada diri sendiri.
Ia tersenyum tipis, sangat tipis bahkan nyaris tak terlihat.
Suara ketukan pintu membuat lamunan Asya bubar. Gadis itu kemudian berjalan ke arah pintu untuk menemui orang yang tak lain adalah mamanya sendiri.
"Kenapa Ma?" tanya Asya setelah membuka pintu.
"Makan dulu ya? Sekalian ada yang mau Mama omongin ke kamu."
Asya mengangguk. Gadis itu menutup pintu kamar dan mengikuti langkah Ami untuk turun ke meja makan.
Ia ikut menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Sebisa mungkin ia tersenyum agar Mamanya tidak curiga dengan apa yang dirasakannya sekarang.
"Mama masak sendiri apa beli di warung?" tanya Asya.
"Mama nggak sempet masak sayang, tadi beli di warung depan biar cepet." Ami menatap tajam putrinya yang kini mulai melahap makanan, "lagian kalo Mama masak kan pasti kecium baunya," ucap wanita itu.
Mendengar itu membuat Asya meringis malu, "Siapa tau Mama masaknya pake magic."
Ami menggelengkan kepalanya, "Ada-ada saja kamu ini!"
Setelah itu tidak ada lagi perbincangan di antara mereka. Yang ada hanyalah suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.
Asya mengambil segelas air putih yang sebelumnya telah ia siapkan kemudian meminumnya. Ia sudah selesai terlebih dahulu. Sekarang ia tengah menunggu Ami menyelesaikan makanannya karena tadi katanya ada yang mau dibicarakan.
Dalam hati Asya penasaran, apa yang ingin mamanya ucapkan. Kenapa terdengar serius? Atau itu hanya anggapan Asya saja kalau ucapan Mamanya terdengar serius?
"Mama mau ngomong apa sebenernya?"
Ami meneguk air putih hingga tersisa setengah gelas, "Nggak ada sih." Wanita itu beralih menatap wajah Asya, "Besok tanggal tujuh belas ya?"
Asya mengangguk, "Kenapa emangnya?"
Ami tersenyum, "Kan kamu ulang tahun, masa lupa sih?"
Asya memaksakan senyumannya, "Asya nggak lupa kok Ma."
Keadaan menjadi hening sejenak.
"Gimana kalo kita rayain ulang tahun kamu?"
Asya kembali meminum air putihnya, "Nggak usah Ma, lagian apa pentingnya sih ngerayain ultah?" ucap gadis itu sembari meletakkan gelas di meja.
Ami mencoba tetap tersenyum, "Ya nggak papa lah, sekali-kali. Kita undang temen-temen kamu," rayu Ami.
"Nggak usah Ma! Asya nggak butuh hal-hal begituan. Mending uangnya ditabung aja!"
Senyuman di wajah Ami perlahan memudar. Ditatapnya wajah sang putri yang terlihat tetap tersenyum.
"Yaudah kalo kamu nggak mau dirayain," Ami mencoba mencari alternatif lain. "Kamu mau kado apa? Biar Mama beliin," tanyanya dengan senyuman yang kembali melebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! CERITA INI HANYA UNTUK DIBACA, BUKAN DI-COPY PASTE, DITULIS ULANG, DIJIPLAK, ATAU BAHKAN DIBAWA KE DUNIA NYATA!! "Kita putus!" Hampir setiap hari kalimat itu dilontarkan olehnya. Ia Gavin, playboy yang satu hari bisa m...