Lampion

763 61 9
                                    

Now playing : Steal My Girl








Ckrek...

Asya menurunkan jari telunjuk yang tadinya ia tempelkan pada pipi kirinya. Ia berjalan mendekati cowok yang baru saja memotretnya. Begitu penasaran dengan hasil jepretan dari Gavin. "Gimana? Bagus nggak?"

Gavin memperlihatkan layar ponselnya, tersenyum ketika melihat raut ceria milik pacarnya. "Bagus kok! Kalo modelnya lo mah gaya apapun itu pasti bagus."

Asya memutar malas bola matanya. Ia memperhatikan Gavin yang tengah memperbesar foto hasil jepretannya tadi. Menampilkan potret Asya yang berpose sangat manis. Telunjuk tangan kiri ditusukkan ke pipi kirinya, sementara itu tangan kanannya memegang segumpal permen kapas.

Gavin menatap sekelilingnya. Memperhatikan lalu-lalang orang-orang di taman hiburan ini. Tua, muda, bahkan anak-anak ikut meramaikan suasana. Lagu milik One Direction terputar dengan keras.

Perhatiannya tertuju pada bianglala yang merupakan salah satu wahana yang tersedia di taman hiburan yang tengah mereka kunjungi. Kelap-kelip lampu menghiasi bianglala itu.

"Naik itu yuk," ajak Gavin, mengarahkan telunjuknya pada bianglala.

Asya memperhatikan bianglala yang cukup tinggi itu sejenak. Ia lalu mengangguk.

Asya membiarkan Gavin membungkus hangat jemarinya. Menuntunnya ke loket penjualan tiket untuk bisa menaiki wahana bianglala.

***

Dari atas bianglala, Asya bisa melihat orang-orang di bawah sana. Ukuran mereka kecil. Senyumnya melebar. Berhasil membuat cowok yang duduk di depannya merasakan hawa tenang.

Gavin sama sekali tidak mengalihkan perhatian dari Asya. Penampilannya malam ini berhasil membuatnya ingin semakin melindungi gadis itu. Dengan pakaian serba pink dan putih. Ya, penampilan Asya memang tak jauh-jauh dari rok selutut dan baju berlengan pendek. Kali ini roknya berwarna putih, sementara bajunya berwarna pink.

Asya tidak cantik.

Tapi ia manis.

"Hidup itu kayak bianglala ya, Sya!?"

Asya menolehkan kepalanya dari pemandangan di bawah, menatap Gavin dengan kening yang berkerut. "Maksudnya?" tanyanya kemudian.

Gavin mengangguk, "Iya, kadang di atas, kadang di bawah."

Asya menghembuskan napas berat, "Maksud lo, hidup itu seperti bianglala yang berputar, gitu?" katanya sudah bisa menebak pemikiran Gavin. Ia hapal betul dengan Gavin yang suka seenaknya mengubah peribahasa dengan kalimat baru yang padahal intinya sama.

Gavin tertawa melihat raut kesal Asya yang ditunjukkan untuknya. "Tapi yang gue omongin ini beda dari yang biasanya."

"Beda lah! Biasanya kan 'hidup itu seperti roda yang berputar' kalo yang versi lo, 'hidup itu seperti bianglala yang berputar'" ucap Asya .

Gavin kembali tertawa. "Tapi gue pengennya hidup itu diibaratkan seperti bianglala! Soalnya bianglala itu simbol kebahagiaan yang sesungguhnya. Mau di atas, mau di bawah, kita masih tetep bisa ketawa!"

Asya termenung oleh kata-kata Gavin. Meskipun cowok itu hobinya mengganti-ganti peribahasa, tapi setidaknya peribahasa itu jadi lebih baik maknanya.

Ia tersenyum kecil.

Tiba-tiba pergerakan bianglala seolah seperti ada yang salah. Dan sedetik kemudian lampu yang tadinya menghiasi bianglala padam secara bersamaan. Rotasi yang sebelumnya dilakukan oleh wahana itu juga berhenti mendadak.

GAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang