Jangan lupa vote, komen, follow, dan share!!!
Dukungan dari kalian akan sangat membantu semangat penulis dalam melanjutkan cerita :)
Happy reading 🔥🔥🔥
***
Cit...
Bunyi decitan rem yang bergesekan dengan roda sepeda berhasil membuat beberapa orang yang tinggal di sekitar menoleh, menatap si pelaku dengan bingung. Pasalnya tidak biasanya ada anak laki-laki berseragam SMA Galaksi di komplek perumahan mereka. Kalaupun ada anak laki-laki, yang sering itu berseragam SMA Rajawali. Siapa lagi kalau bukan Kenzie dan teman-temannya.
Gavin melongok ke dalam pagar rumah Asya. Ia sengaja datang pagi-pagi agar bisa berangkat ke sekolah naik sepeda bersama Asya. Tadi saja seluruh anggota keluarganya sampai bingung ketika melihat Gavin mengeluarkan sepeda yang sudah lama terbengkalai di garasi rumah. Saat ditanya oleh Intan untuk apa ia mengeluarkan sepeda, Gavin beralasan biar sehat, naik sepeda ke sekolahan yang jaraknya tidak bisa dibilang dekat.
Cowok itu tersenyum lebar melihat Asya muncul dari pintu rumah. Ia melambaikan tangan agar keberadaannya bisa terdeteksi. Takut-takut ternyata ada hal gaib yang menghalangi mata Asya untuk menoleh ke arahnya. Matanya tak lepas dari Asya yang kini sudah siap dengan seragamnya, gadis itu berjalan menuju pintu gerbang.
"Berangkat yuk!"
Asya membuka pagar rumahnya, kemudian setelah berhasil keluar, ia kembali menutupnya. Gadis itu menatap ragu pada Gavin yang bertengger di sepeda gunung miliknya. "Lo yakin mau naik sepeda?"
Gavin menatap sepedanya dan Asya bergantian. "Iya."
"Boncengin gue?!"
Gavin mengangguk, kemudian berdecak malas. "Buruan! Lo mau kita telat?"
"Ish, nggak lah!" ketus Asya. Ia mulai naik ke pijakan di roda belakang sepeda Gavin. Untuk menyeimbangkan tubuhnya, ia berpegangan pada pundak Gavin.
"Udah?"
Asya membenarkan posisinya sebentar. Kemudian mengangguk sembari tersenyum cerah. "Udah!" Rasa ragu yang tadi sempat membuatnya khawatir jika nanti Gavin ternyata tidak kuat menahan bobot tubuhnya perlahan menghilang. Gavin cukup kuat kalau hanya sekedar membawa bobot Asya di belakangnya. Buktinya sekarang ia mengayuh sepedanya dengan kecepatan normal, seolah sedang tidak membawa apa-apa.
"Gue berat nggak sih, Vin?" tanya Asya sedikit keras untuk menyeimbangkan suaranya dengan kendaraan di sekitar. Rambut sepunggung yang dibiarkan tergerai diterbangkan angin berlawanan dengan arah mereka melaju.
Di depan, Gavin tertawa kecil. Ia sedikit mengurangi laju sepedanya ketika hendak berbelok ke kiri. "Gue nggak masalah mau berat lo seratus kilo atau bahkan seribu kilo."
"Kenapa?" tanya Asya yang keheranan dengan jawaban Gavin.
"Karena berat badan lo itu nggak ada apa-apanya dibandingkan berat hidup gue tanpa lo!"
Asya mendengus dingin "Apaan sih... gombal!" Gadis itu memasang wajah cemberutnya, diiringi dengan rona merah di pipinya.
Gavin tertawa puas berhasil menggoda Asya. Ia menatap sekelilingnya sejenak. Ternyata jauh lebih menyenangkan jika mengelilingi kota besar ini menggunakan sepeda. Menghirup udara pagi yang sudah bercampur polusi. Mau bagaimana lagi? Inilah kehidupan di kota besar. Tidak siang tidak malam pasti harus menghirup udara yang mengandung gas CO2.
"Pasti capek ya, Vin?" Asya sedikit mengintip wajah Gavin dari samping. Ia memperhatikan kalau dari tadi Gavin hanya diam, mungkinkah kelelahan? Mengingat jarak dari rumahnya ke sekolah cukup jauh. Belum lagi Gavin bersepeda dari rumahnya ke rumah Asya yang memakan waktu sekitar sepuluh menit jika naik motor.
![](https://img.wattpad.com/cover/234376711-288-k839838.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN
أدب المراهقينWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! CERITA INI HANYA UNTUK DIBACA, BUKAN DI-COPY PASTE, DITULIS ULANG, DIJIPLAK, ATAU BAHKAN DIBAWA KE DUNIA NYATA!! "Kita putus!" Hampir setiap hari kalimat itu dilontarkan olehnya. Ia Gavin, playboy yang satu hari bisa m...