Kesempatan

1.3K 90 14
                                    

Jangan lupa vote, komen, follow, dan share!!!

Dukungan dari kalian akan sangat membantu semangat penulis dalam melanjutkan cerita :)

Happy reading 🔥🔥🔥

***

"Sya!"

Asya hanya bergumam. Ia tidak mau diledek Gavin seperti tadi.

"Balikan yuk!"

"Apa?" Asya menoleh dengan tatapan terkejut. Gavin tidak tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran gadis itu ketika ia mengucapkan kalimat barusan. Senang? Sedih?

"Becanda!" Pada akhirnya kata itulah yang terucap dari mulut sialannya.


Gavin mengacak rambutnya kesal. Kenapa gue malah ngomong becanda ya? Batinnya frustasi. Padahal ajakan itu benar adanya.

"Lo kalo mau pulang dulu nggak papa, Gav!" kata Davin setelah menyadari bahwa kembarannya dari tadi duduk di depan ruang OSIS untuk menunggunya.

Gavin menoleh, nampak wajah kembarannya muncul dari balik pintu. "Masih lama?"

Davin mengangguk. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling dan mendapati hampir sebagian siswa-siswi sudah menggendong tas mereka masing-masing. "Gue mau bantu beres-beres panggung bentar."

Gavin mendengus kesal. Cowok itu lalu melemparkan sebungkus roti yang tadi dibelinya.

Dengan sigap, Davin menangkapnya. "Ati-ati!"

Tidak ada jawaban dari Gavin. Cowok itu tetap melangkah ke arah parkiran.

Tiba-tiba sekelebat ide muncul dibenaknya. Dengan langkah yang dipercepat, cowok itu melewati satu persatu siswa-siswi yang menghalangi jalannya. Bahkan tak jarang sampai menabrak bahu mereka.

Gavin mengambil kunci motor di saku bajunya. Dari tadi ia tidak fokus karena matanya terus menerus melihat ke sekeliling. Ia mencari keberadaan seseorang.

Setelah beberapa menit tidak juga menemukan apa yang dicarinya, Gavin buru-buru melesat dari parkiran sekolah dengan motornya. Sesekali ia menatap sekelilingnya, siapa tahu sedang beruntung dan menemukan keberadaan orang tersebut.

Gavin hampir sampai di pintu gerbang. Senyumannya mengembang ketika matanya menangkap sosok gadis yang dari tadi dicarinya. Tanpa pikir panjang lagi, ia melajukan motornya ke arah Asya yang sepertinya tengah menunggu angkot.

"Sya!" Gavin berhenti tepat di samping Asya.

"Hei, Gavin?" Gadis bersurai sepunggung itu tersenyum kecil. Ia menatap wajah Gavin sepersekian detik sebelum akhirnya kembali fokus ke jalanan di depannya.

"Nunggu angkot?"

Asya kembali menatap Gavin. Ia menggeleng sembari tersenyum. "Temen!"

"Masih lama?"

"Nggak tau juga sih. Tapi tadi katanya sebentar lagi."

Gavin manggut-manggut mengerti. Sekitar lima menit ia terdiam ikut menunggu jemputan Asya, tapi tak kunjung datang. "Bareng gue aja yuk!"

Mata Asya mengerjap beberapa kali. Ia menimang-nimang tawaran Gavin tersebut. Haruskah ia pulang lebih cepat bersama cowok itu atau tetap menunggu dan pulang agak lambat. Tapi kalau pulang bersama Gavin, ia takut jika temannya tiba-tiba datang dan akan menunggunya sampai keluar. Di sisi lain ia ingin berada di dekat Gavin.

Namun pada akhirnya rasa bimbang itu hilang ketika Dejan datang bersama motor Vespanya. Asya melambaikan tangan sembari tersenyum ke arah Dejan.

Gavin ikut menolehkan kepalanya ke jalanan yang tadi dipunggunginya. Cowok itu lagi? Perasaan kesal seketika menyergap dirinya. Ia sama sekali tidak suka pada cowok yang menjemput Asya itu.

GAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang