Cinta itu....

1.2K 96 5
                                    

Vote, komen, follow, dan share!!

Happy reading!

Kalo ada typo kasih tau ya!!

🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆🔆

"Asya mau ke sini!" Varo menunjukkan chat pribadinya bersama Asya. Yang tentu saja membuat semua orang terkejut. Bertanya-tanya bagaimana bisa seorang Varo menyimpan nomor Asya. Yang padahal kelihatan mengobrol barang sekali saja tidak.

"Lo kok punya nomernya Asya? Nyuri dari mana Lo?!" tanya Kenzo. Cowok yang biasanya lebih suka diam itu kini membuka suara. Tapi sekalinya bertanya ada saja unsur-unsur menjatuhkan yang keluar dari mulutnya yang terkadang memang pedas.

Varo menatap tak bersahabat pada Kenzo, "Enak aja nyuri."

"Palingan dulu wali kelasnya nyuruh setiap anak buat nyimpen nomernya satu sama lain," tebak Arkan yang mendapat acungan jempol dari Varo.

"Nah itu tuh, bener!"

Arkan tersenyum bangga. Ia memang memiliki tingkat kepekaan yang tinggi. Para sahabatnya seringkali menjulukinya sebagai cenayang karena memang setiap perkataan Arkan hampir sembilan puluh persen benar.

Gavin menatap tajam Davin yang kini sedang bermain ponsel, "Lo sih Dav! Pake acara posting-posting segala!"

"Yaelah, lagian kenapa sih?" Davin heran. Apa salahnya sih? Ia kan berniat baik untuk memberi tahu semua orang kalau untuk sekarang Gavin tidak bisa diganggu karena sedang istirahat. Jadi nanti jika ada orang yang ingin mengajak ketemu bisa ditunda karena melihat postingan itu.

Gavin tidak menjawab. Ia menghela napas panjang, tak ada yang bisa dilakukannya lagi karena Asya juga sudah tahu ia di rumah sakit. "Kadonya di rumah lagi." Ia jadi teringat dengan kado yang semalam ia bungkus. Yang rencananya akan diberikan hari ini.

Ezra menoleh, "Siapa yang ultah?"

"Asya!" jawab Gavin dan Davin hampir bersamaan.

Varo menoleh ke arah Gavin, "Hari ini Asya ultah?" Gavin mengangguk.

"Lo mau ngasih kado?" Gavin mengangguk lagi. "Mending jangan!"

Semua orang kini menatap Varo terkejut. "Kenapa?" tanya Gavin.

Varo menghela napas panjang, "Dulu gue sekelas sama Asya. Waktu hari ultahnya, kita rencanain buat bikin surprise, soalnya kelas gue tuh gitu, setiap ada yang ultah harus dirayain." Varo menjeda kalimatnya.

"Jadi ultah Lo juga dirayain dong," tebak Arkan. Tentu saja tebakannya benar. Ia bahkan mendapat dua acungan jempol dari Varo.

"Anjay, hahaha...." Varo mendengus dingin melihat Kenzo terbahak.

"Tapi giliran kita kasih surprise ke Asya, dia malah nangis. Kita juga ngasih surprise ke rumahnya, soalnya pas hari ultah, Asya nggak berangkat," imbuh Varo karena tadi ucapannya sempat disela oleh Arkan.

"Asya terhura kali," jawab Ezra asal namun mendapatkan persetujuan dari lainnya. Ia tengah sibuk mengunyah permen kapas yang dibeli di depan rumah sakit.

Aneh-aneh saja memang.

"Bukan! Orang Asya marah. Terus kita tanya dong sama Tea yang kebetulannya banget udah dua mingguan sakit dan nggak berangkat sekolah. Katanya Asya emang nggak suka kalo ultahnya dirayain."

"Kok bisa?" tanya Ezra dengan mulut yang penuh permen kapas.

"Ya bisa lah." Varo mencomot sedikit permen kapas milik Ezra. Lalu memasukkan ke dalam mulutnya.

GAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang