Happy reading!!
Kalo ada typo kasih tau ya!!
Jangan lupa untuk vote, komen, follow, dan share ke teman-teman kalian ya!!
🔆🔆🔆
"Gini amat sih nasib gue," gerutunya.
Asya berjalan dengan gontai melewati gerbang sekolah. Ia menghela napas panjang. Sepertinya pulang sekolah ini ia harus berjalan kaki. Mamanya tidak bisa menjemput, begitu juga dengan Kenzie, sementara uang sakunya tidak cukup untuk naik angkot. Tadi tiba-tiba bendahara kelas meminta iuran kas, makanya uangnya terkuras habis.
Ia berjalan menyusuri jalanan yang cukup ramai. Karena memang jam pulang sekolah, jadi ia tidak perlu takut kalau ada orang yang berani macam-macam dengannya. Lagi pula, ia belum sepenuhnya keluar dari area sekolah.
Beberapa menit kemudian Asya mulai memasuki area warung yang letaknya sekitar satu kilometer dari sekolahan. Jadi ia sudah berjalan cukup jauh.
Telinganya tak sengaja menangkap suara gaduh yang asalnya dari warung-warung yang berjajar di pinggir jalan. Kebanyakan didominasi dengan gelak tawa.
"Berisik banget sih?"
Asya yang tadinya asik melamun langsung menghentikan langkahnya. Ia menatap ke depan, kemudian menghela napas jengah.
Dari jarak seratus meter saja sudah terdengar seramai ini. Bahkan banyak anak cowok yang sampai berada di luar warung karena di dalam sudah sesak.
"Gue kok bisa lupa ya? Area warung kan biasanya rame sama anak-anak cowok," gumamnya dengan nada frustasi.
"Ck, balik lagi nih?"
Asya mengacak rambutnya frustasi, kesal sendiri. Ia kemudian berbalik dan berjalan kembali ke arah sekolah dengan kaki yang dihentakkan. Lebih baik mencari jalan lain saja. Daripada lewat depan warung dan ujung-ujungnya digoda cowok-cowok tadi.
"Nasib... nasib...."
***
Di lain sisi, Gavin yang tengah bercanda dengan teman-temannya langsung berhenti. Ia tadi tidak sengaja menatap ke jalanan yang biasa dilewati anak-anak sekolah pada umumnya.
Gavin menyedot habis susu kotak rasa vanilanya. Setelah memastikan sudah benar-benar tidak ada satu tetes pun, ia melemparkan bungkusnya ke tong sampah.
Cowok itu mengerutkan kening ketika melihat gadis yang sepertinya sangat kesal. Terbukti dari caranya berjalan yang sampai menghentakkan kaki. Bukan hanya itu, tadi ia juga sempat melihat gadis itu hendak berjalan ke arahnya namun tidak jadi.
Gavin tersenyum miring. Saatnya beraksi!
"Mau kemana Lo?" tanya Kenzo yang kebetulan melihatnya menyalakan mesin motor. Ia yang paling peka duluan dan sadar kalau Gavin hendak beranjak.
Semua orang yang tadinya asik bercanda kompak menoleh. Dengan tatapan bingung tentunya.
"Misi!" ucapnya dengan bangga kemudian langsung tancap gas.
Para sahabatnya yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Gercep banget tuh anak," tukas Davin.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! CERITA INI HANYA UNTUK DIBACA, BUKAN DI-COPY PASTE, DITULIS ULANG, DIJIPLAK, ATAU BAHKAN DIBAWA KE DUNIA NYATA!! "Kita putus!" Hampir setiap hari kalimat itu dilontarkan olehnya. Ia Gavin, playboy yang satu hari bisa m...