"Gavin! Sini kamu!"
Gavin yang semula tengah santai berjalan kini menengok dengan tatapan bingung. Ia menunjuk dirinya sendiri. "Saya, Pak?"
"Iya kamu, siapa lagi?"
Gavin melangkah mendekat. Tak banyak yang memperhatikan mereka, mengingat waktu masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Gavin tadi berangkatnya kepagian, terpaksa karena Davin motornya rusak, sementara mobilnya sedang diservis. Motor Gavin masih di bengkel, alhasil Davin yang hari ini menjadi petugas upacara dan harus berangkat pagi memaksa Gavin untuk berangkat pagi-pagi sekali.
"Kenapa, Pak?"
"Bisa baris-berbaris?" Gavin mengangguk. Memang, Gavin tidak berbohong dengan fakta itu.
"Bagus, hari ini kamu jadi pengibar bendera ya, sama Davin juga."
Mata Gavin mendelik, "Lah, kok saya Pak? Petugasnya kenapa? Saya kan nggak latihan sama sekali."
"Wahyu nggak berangkat, lagi sakit," ucap Pak Wibi, guru yang biasanya membimbing para petugas upacara, termasuk OSIS.
"Yang lain kan bisa Pak?! Saya nggak ada persiapan sama sekali."
"Nggak usah kebanyakan alesan kamu! Masih ada waktu sepuluh menit buat latihan. Buruan ke lapangan!"
Gavin mendengus kesal. Cowok itu berjalan ke arah lapangan dengan malas, menemui Davin yang sudah bersiap di lapangan.
"Lo penggantinya, Gav?" Gavin mengangguk malas.
"Gue nggak mau yang bawa bendera! Takut kebalik."
Davin menggelengkan kepalanya. "Nggak!" Siapa juga yang mau membiarkan Gavin berada di tengah membawa Sang Saka Merah Putih? Bukan masalah kebalik atau tidak. Karena bagian pembawa bendera sudah ada pengisinya, Farah, bendahara OSIS. Sementara Davin sendiri juga akan bertugas mengibarkan Bendera Merah Putih, jadi nanti akan enak dipandang. Satu cewek di tengah, diapit oleh dua cogan, kembar lagi.
"Latihan sepuluh menit!" teriak Pak Widodo membuyarkan lamunan Gavin.
***
Asya berdiri di barisan nomor dua. Gadis itu membenarkan tatanan topinya yang sedikit miring. Sebentar lagi upacara bendera akan dimulai. Membuat anak-anak yang tadinya berisik langsung bungkam. Apalagi setelah mendengar suara lantang pemimpin upacara, pertanda kegiatan dimulai.
Asya menatap ujung lapangan. Dimana para pengibar bendera berdiri. Gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan penglihatannya. Itu si kembar? Batinnya.
"Itu beneran Gavin? Ih, keren banget!"
"Mana sih?"
"Itu jadi pengibar bendera!"
"Wah, itu beneran si kembar?"
Asya memutar malas bola matanya mendengar beberapa siswi yang tak ada hentinya mengoceh, mengurangi kekhidmatan upacara bendera. Dalam hati ia berharap ada Pak Agus, guru BK yang datang kemudian langsung menyeret mereka keluar barisan. Untuk kemudian dihukum.
SMA Galaksi memang menerapkan peraturan yang sangat ketat ketika upacara berlangsung. Para guru tak akan segan untuk menyeret anak-anak yang ketahuan mengobrol, menggangu kelas lain, atau bercanda. Anak-anak pembuat masalah saat upacara itu nantinya akan dihukum, minimal hormat pada bendera sampai jam istirahat kedua berakhir.
Asya kembali memperhatikan Gavin dari barisannya ketika protokol upacara mengarahkan bahwa pengibaran Bendera Merah Putih akan segera dilaksanakan.
Suara hentakan sepatu menggema di seluruh lapangan ketika para pengibar bendera mulai melakukan tugasnya. Semua orang menatap takjub, suasana benar-benar hening. Anak-anak yang sempat mengacaukan suasana sudah ditarik keluar barisan. Tak ada yang berkedip melihat bagaimana Gavin melakukan tugasnya dengan sangat baik. Mereka tidak menyangka Gavin bisa sangat serius dalam keadaan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! CERITA INI HANYA UNTUK DIBACA, BUKAN DI-COPY PASTE, DITULIS ULANG, DIJIPLAK, ATAU BAHKAN DIBAWA KE DUNIA NYATA!! "Kita putus!" Hampir setiap hari kalimat itu dilontarkan olehnya. Ia Gavin, playboy yang satu hari bisa m...