Vote, follow, dan share kisah Gavin dan Asya ini ke orang-orang terdekat kalian!!
Ramaikan kolom komentarnya!!!
***
"Masa hal kecil kayak gitu lo nggak tau sih Sya?!" Kiara menggelengkan kepalanya heran. Tidak mengerti dengan isi pikiran Asya. Kenapa sampai hal kecil namun sangat penting dari pacarnya sendiri Asya tidak tahu. Padahal dulu Kiara saja sampai tahu berapa nomor sepatu Gavin hanya dengan pacaran selama empat hari.
"Sya! Hampir semua cewek Galaksi tuh tau kalo Gavin alergi kacang."
Asya hanya diam menanggapi omongan Kiara yang sangat menohok hatinya. Sudah dari pagi—bahkan dari semalam—ketika baru menginjakkan kaki di gerbang sekolah, ia sudah disuguhkan dengan omongan-omongan seperti itu. Yang lebih parah juga ada.
Inilah hal yang paling tidak disukainya ketika harus berhubungan dengan orang-orang famous. Ada masalah sedikit pasti namanya ikut tersorot. Tidak ada masalah sekalipun terkadang masih ada omongan-omongan yang menyentil hati.
Mulai dari Asya tidak famous lah, tidak cantik lah, numpang tenar lah, pakai pelet lah, dan lain-lain.
"Kok lo jadi nyalahin Asya sih?" tanya Tea dengan raut tidak suka. Ia menatap prihatin Asya yang menunduk dalam.
Kim yang duduk di samping Kiara hanya menampilkan senyum kecut. Padahal tadi malam ia sudah mempersiapkan diri untuk menyampaikan kabar untuk para sahabatnya. Tapi ia justru bingung harus bagaimana agar kedua sahabatnya tidak berdebat. Juga agar Asya bisa diperlakukan dengan baik oleh Kiara.
"Lah, emang Asya salah. Masa harus dibela?" kata Kiara, "dunia ini butuh orang-orang adil kayak gue. Mau dia sahabat gue, sodara gue, emak gue, kalo salah ya tetep salah! Jangan dibela-belain!" imbuhnya.
"Ya tapi seenggaknya lo juga mikirin gimana perasaan Asya dong! Nggak semua cewek tuh tau kalo Gavin alergi kacang. Contohnya gue yang baru tau sekarang."
"Eh, udah dong! Kok malah pada berantem sendiri sih?"
Kiara menatap tak percaya pada Tea yang justru membela Asya. Ia tertawa remeh. "Ya iyalah lo nggak tau. Lagian kalaupun lo tau, Gavin nggak akan mungkin ngelirik lo!" katanya tanpa sedikitpun memperdulikan perasaan Tea.
Setelah mengatakannya, Kiara lalu berdiri, "Kim! Ayo!!"
Kim diambang kebingungan. Ia menatap secara bergantian Kiara dan Asya dengan raut khawatir. Kakinya seolah ingin beranjak, namun hatinya menyuruh agar tetap tinggal.
"Kim! Lo ngapain masih di situ?" Kiara mengeraskan suaranya. Ekspresinya menunjukkan kemarahan.
Kim menggigit bibir bawahnya. Kiara adalah sahabatnya dari kecil. Ia tidak mau kejadian waktu itu terulang kembali. Dimana ia bertengkar dengan Kiara selama setengah tahun lebih. Dan itu rasanya sangat tidak enak.
Kim menatap bersalah Asya dan Tea. Ia berdiri, hendak menghampiri Kiara. "Sya ... mianhae," lirihnya dengan kepala yang tertunduk.
Asya mengangguk, tersenyum tulus. Ia menepuk pelan lengan Kim. "Gwenchana!" Ia terkekeh ketika berhasil melafalkan kata-kata yang sering diucapkan oleh Kim.
"Teh! Jangan tinggalin Asya, ya!?"
Tea mengangguk mantap, tersenyum hangat. "Pasti!"
"Kim!" Kiara berdecak kesal. Ia menarik paksa lengan Kim untuk diajak menjauh dari tempat itu. Bergabung dengan teman sekelas yang lainnya.
Titik terendah adalah cara terbaik untuk kita mengetahui siapa sahabat yang sebenarnya.
Asya memasang raut bersalahnya ketika melihat tangan Tea mengepal kuat. "Teh! Maafin gue ya!?"

KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! CERITA INI HANYA UNTUK DIBACA, BUKAN DI-COPY PASTE, DITULIS ULANG, DIJIPLAK, ATAU BAHKAN DIBAWA KE DUNIA NYATA!! "Kita putus!" Hampir setiap hari kalimat itu dilontarkan olehnya. Ia Gavin, playboy yang satu hari bisa m...