Happy reading!!!
Kalo ada typo kasih tau ya!!
🔆🔆🔆
"Aku kesal dengan jarak, yang slalu memisahkan kita...."
Di depan cermin, Asya menyisir rambutnya sembari bersenandung kecil. Gadis itu tersenyum simpul menyadari kalau ternyata ia cukup cantik juga. Setelah selesai, ia meletakkan sisir di atas meja rias.
Tak lupa ia menjepitkan enam buah bobby pins berwarna biru di rambut sepunggungnya yang ia biarkan tergerai.
"Asya! Sarapan dulu! Keburu dingin ini nasi gorengnya!"
Asya menoleh ke arah pintu, "Iya Ma!"
Tanpa berpikir panjang lagi, gadis itu meraih tas punggung yang terletak di atas kasur. Kemudian berjalan keluar kamar untuk ikut sarapan bersama mamanya.
"Nanti kunci cadangan dibawa ya?! Jangan sampe kaya kemarin, untung ada temen kamu," ucap mama Asya sembari menyiapkan makanan. "Namanya siapa? Mama kok lupa."
"Gavin Ma!" ucap Asya sembari menuangkan air ke dalam gelas.
"Oh ya, nanti tolong kasihin ini ke Ga... Ga... Siapa tadi?"
"Gavin Ma!"
"Iya itu! Sebagai tanda terimakasih." Terlihat Ami (mamanya Asya) menyerahkan sekotak nasi goreng ke hadapan Asya.
Asya yang melihat itu menatap dengan wajah memelas, "Harus ya Ma?" tanyanya berharap Ami bisa mengurungkan niatnya.
"Ya iya dong sayang... Udah ditolong itu ya ucapin terimakasih, lebih bagus kalo ngasih bingkisan. Apalagi kamu kenal sama orangnya!"
Asya mengangguk mengiyakan saja. Daripada kalau membantah bakalan panjang buntutnya. Gadis itu mulai menyuapkan sesendok nasi goreng buatan Ami dengan lahap. Salah satu kesukaan Asya adalah nasi goreng buatan mamanya. Entah resep apa yang digunakan hingga membuat Asya menjadi ketagihan.
Kedua perempuan itu menoleh ke arah pintu ketika mendengar bel rumah berbunyi. Asya hendak berdiri namun segera dicegah mamanya.
"Kamu lanjut makan aja! Biar Mama yang bukain."
Asya mengangguk dan melanjutkan kembali makannya. Sekarang ia jadi terpikirkan bagaimana caranya memberi nasi goreng ini pada Gavin? Tentu ia tidak mungkin ke kelas Gavin dan memberinya secara terang-terangan. Ia tidak mau dicap sebagai salah satu pengagum playboy itu.
No way!
Asya meletakkan sendok makan di atas piring. Gadis itu sudah selesai dengan makanannya. Ia kemudian mengambil segelas air putih yang tadi sudah disiapkan.
"Siapa Ma?" tanya Asya ketika melihat mamanya kembali ke meja makan. Ia meneguk air di dalam gelas belimbing.
"Ada Gavin di luar!"
"Ha?" Asya hampir saja tersedak air minum. Tatapannya benar-benar terkejut. Untuk apa Gavin datang kemari? Tiba-tiba ia jadi gugup sendiri.
"Udah buruan sana! Makannya udah selesai kan?"
Asya mengangguk kemudian mengambil tas di kursi sampingnya. Berjalan keluar dengan tergesa-gesa, menebak-nebak apa yang diinginkan Gavin datang pagi-pagi ke rumahnya.
🔆🔆🔆
"Lo ngapain ke rumah gue?"Gavin yang berjalan di samping Asya menoleh, "Emang nggak boleh?"
"Bukan gitu, kalo pacar Lo tau gimana? Gue nggak mau ya berurusan sama pacar-pacar Lo yang posesif pastinya," gerutu Asya dengan muka sebalnya.
Gavin tertawa renyah, "Tenang aja Sya! Hari ini gue jomblo! Jadi bebas mau ngapain," ucap cowok itu dengan bangga. Bahkan sampai merentangkan kedua tangan, seolah benar-benar terbebas dari masalah berat yang sebelumnya menimpa. Padahal Gavin tidak punya masalah apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! CERITA INI HANYA UNTUK DIBACA, BUKAN DI-COPY PASTE, DITULIS ULANG, DIJIPLAK, ATAU BAHKAN DIBAWA KE DUNIA NYATA!! "Kita putus!" Hampir setiap hari kalimat itu dilontarkan olehnya. Ia Gavin, playboy yang satu hari bisa m...