Dibalik semuanya

2K 100 31
                                        

Jangan lupa vote, komentar, follow, dan share!!!

Happy reading!!!

Kalau ada typo kasih tau ya!!!!





***








Gavin menghela napas panjang. Ia berjalan gontai dengan tas yang menyampir di pundaknya. Tadi setelah mendiskusikan tentang acara ulang tahun sekolah, Bu Farah, wali kelasnya menunjuk Gavin untuk menjadi MC di acara yang akan dilaksanakan minggu depan itu. Ia sendiri juga bingung kenapa sampai dirinya yang ditunjuk. Kenapa tidak yang lain saja?

"Gav!"

Gavin menoleh malas. Ia tahu hanya dari panggilan yang dipakai orang tersebut. Kalau ada yang memanggilnya 'Gav' sudah bisa dipastikan itu adalah Davin. Karena jarang sekali ada orang yang memanggilnya demikian. Kebanyakan mereka memanggilnya 'Vin'

"Kecut amat tuh muka," ucap Davin mensejajarkan langkahnya.

"Gue disuruh jadi MC," jelas Gavin tanpa disuruh.

"Lah, bareng gue dong berarti."

"Emang itu tujuannya, kan?"

Mereka mendengus kesal. Ternyata ada alasan yang jelas ditunjuknya Gavin sebagai MC. Apalagi kalau bukan untuk pencitraan para tamu undangan yang hadir. Membuktikan pada mereka kalau SMA Galaksi punya anak-anak yang sedap dipandang.

"Terserah lo mau apain gue!"

"Kurang ajar! Lo udah berani ngelawan omongan gue?"

Bugh....

Gavin dan Davin menajamkan pendengaran mereka karena mendengar suara gaduh yang berasal dari belakang ruang kelas XI B.

Mereka berjalan mengendap-endap mendekati suara tersebut. Perlahan, Gavin menyembulkan kepalanya dari balik tembok untuk mengintip keadaan. Sementara di belakangnya, Davin juga ikut mengintip dengan hati-hati. Suara yang tadi mereka dengar seperti tidak asing di telinga.

Sedetik kemudian mata mereka membulat sempurna melihat Ezra tengah dikeroyok oleh tiga orang. Dua diantaranya mengunci pergerakan, dan satunya bertugas memukuli habis-habisan.

"Pengecut lo! Beraninya keroyokan!"

Aldo, orang yang dari tadi memukuli Ezra tertawa sinis. "Kalaupun gue sendiri, Lo nggak bakalan bisa ngelawan kan?"

Ezra terbatuk-batuk, "Mau Lo apa sih? Gue udah nurutin kemauan lo buat bocorin rahasia Gavin ke Asya. Tapi kenapa lo masih gangguin gue?!" Cowok itu hampir menangis. Bahkan mungkin sudah.

Aldo berkacak pinggang, "Gimana ya." Cowok itu menatap prihatin Ezra yang sudah terlihat tidak berdaya dengan luka lebam di wajah serta sekujur tubuhnya. "Gara-gara Gavin, Asya jadi bahan gosip anak-anak, dan gue perhatiin dia juga jadi murung di kelas."

Ezra menahan isakannya. Ia tidak mau terlihat lemah di depan Aldo, "Jadi Lo suka sama Asya?" Ia menelan mentah-mentah ludahnya yang mungkin kini sudah berwarna merah. Rasanya seperti ia menelan besi berkarat. Atau mungkin itu hanya perasaan Ezra saja?

"Yah... nangis dia, hahaha...." Salah satu anak buah Aldo menertawakan Ezra yang kini mulai menangis.

"Cup cup... anak mami jangan nangis, ya?!" ledek yang satunya lagi.

Ezra tidak perduli lagi kalau mereka menganggapnya cengeng. Ia hanya ingin cepat-cepat pulang lalu mengunci diri di kamar. Menunggu kakak atau abangnya pulang dan meminta dibelikan es krim.

"Pengecut!" Entah mendapatkan kekuatan dari mana Ezra berani mengatakan hal itu. Mungkin karena emosi yang sudah tidak bisa dibendung lagi.

Bugh...

GAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang