Jangan lupa vote, komen, follow, dan share!!!
Dukungan dari kalian akan sangat membantu semangat penulis dalam melanjutkan cerita :)
Happy reading 🔥🔥🔥
***
"Awh...," Gavin meringis memegangi pipinya. Ia menatap tak percaya sekaligus bingung pada Davin yang kini berdiri di hadapannya. Ada apa dengan kembarannya itu sampai datang-datang langsung menamparnya? "Lo kenapa sih?" tanyanya agak sewot.
Davin tidak menjawab. Ia menarik kursi dan mendudukinya dengan kasar. Letupan emosi masih ada di hatinya.
Beberapa menit mereka terdiam dengan emosi masing-masing. Gavin sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia menatap apa saja asalkan bukan Davin. Sementara Davin memainkan ponselnya di samping kasur kembarannya.
Satu pesan dari Siska kembali masuk. Tubuh Davin seolah menegang. Padahal pesan tersebut hanya berisi jawaban atas pertanyaan sepele yang ditanyakan Davin. Tapi kenangan lama lah yang membuat tubuhnya tegang.
Siska:
Kangen :(Davin tidak tahu harus menjawab apa. Akhirnya ia membiarkan pesan tersebut tak terbalas. Beberapa menit sebelum akhirnya satu pesan kembali muncul.
Bisa kita ketemu?
Aku pengen ngomong sesuatu sama kamuRaut Davin tak terbaca. Lebih dominan kaget. Jemarinya mengetik lihai di atas layar ponsel. Ia berdeham untuk menghilangkan ketegangan.
Gavin yang menyadari gelagat aneh kembarannya hanya bisa menatap dalam diam. Lagipula ia kan sedang marahan gara-gara tadi. Pipinya masih berdenyut-denyut karena Davin. Dan mungkin terdapat bekas cap tangan berwarna kemerahan milik kembarannya itu di pipi putihnya.
Ngomong sekarang nggak bisa?
Bukannya nggak bisa
Lagian kita udah lama nggak ketemu kan?
Aku kangen banget sama kamuDavin membiarkan layar ponselnya meredup karena terlalu lama membiarkan benda tersebut tak disentuh. Dengan penuh kehati-hatian, ia mengetikkan beberapa huruf.
Kapan?
Kalo bisa sekarang
Mendadak banget?
Keburu kangen
HeheheOke
Kita ketemu di Kafe GunturKamu masih inget tempat itu?
Inget apa?
Itu kan tempat yang sering kita datengin dulu
Davin mengerutkan keningnya. Ia mencoba memutar memori dua tahun lalu. Dimana ia masih menjalin hubungan dengan mantan pacarnya yang satu ini. Memang, dari dulu ia sudah kebanyakan gaya. Pacaran di kafe, nongkrong di kafe, padahal duit masih minta orang tua.
Sekarang juga masih minta orang tua sih.
Oh gitu ya?
Sorry baru inget
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! CERITA INI HANYA UNTUK DIBACA, BUKAN DI-COPY PASTE, DITULIS ULANG, DIJIPLAK, ATAU BAHKAN DIBAWA KE DUNIA NYATA!! "Kita putus!" Hampir setiap hari kalimat itu dilontarkan olehnya. Ia Gavin, playboy yang satu hari bisa m...