Sementara itu, Sucyanti sangat menentang keputusan kakeknya.
“Kakek, kondisi Nenek jadi begini gara-gara obat pencahar itu. Kalau Kakek nggak bawa Nenek ke rumah sakit, kondisi Nenek bisa-bisa makin parah!”
Mendengar bujukan cucunya, Indra lagi-lagi ragu dengan langkah selanjutnya.
“Saya mohon, percayalah pada saya. Setelah tiga hari, istri Anda bisa sembuh!” tegas Leon dengan tatapan penuh keyakinan.
Sebagai seorang keturunan ahli pengobatan kuno, jika dirinya tidak memiliki rasa percaya diri yang cukup, itu hanya akan membuatnya gagal.
Melihat ekspresi Leon yang begitu yakin, ditambah dengan perilaku Leon sebelumnya, Indra percaya bahwa pria muda itu dapat dipercaya.
“Baiklah, aku percaya padamu! Aku akan melakukan semua yang kamu minta.”
Kali ini, Indra tidak bisa ditekan oleh Sucyanti.
Wanita itu merasa seolah-olah kakeknya sudah berubah menjadi orang yang tidak masuk akal.
“Leon! Pelet macam apa yang kamu kasih ke Kakek? Sejak kami mengenalmu sampai sekarang, Kakek selalu nurut apa katamu. Kemampuan cuci otakmu hebat juga ya!”
“Nona Sucy, jangan salahkan kakekmu. Bocah ini tidak punya kemampuan apa-apa, tapi dia jago memanipulasi orang lain,” cibir Andrew, berpura-pura baik di hadapannya.
Sucyanti berbalik dan meminta maaf pada Andrew, “Om, maaf ya, aku sudah membuang-buang waktunya Om.”
“Tidak apa-apa. Lagi pula, saya datang ke sini karena hubungan pertemanan antara kamu dan putri saya,” balas Andrew dengan mulut manisnya.
Selain dari Keluarga Wibowo, kali ini Andrew datang ke Jakarta karena mendapatkan undangan dari keluarga lain.
Dia datang ke rumah Keluarga Wibowo bukan karena hubungan pertemanan antara Sucyanti dan putrinya yang merupakan teman sekelas, namun demi menyenangkan Keluarga Wibowo dan meningkatkan status sosialnya.
Sebagai keturunan Grup Sabah, Andrew berusaha mendekati Keluarga Wibowo untuk menjadi sponsornya. Jika dia bisa menjadi dokter pribadi keluarga itu, itu akan menguntungkan Grup Sabah dalam pengembangannya di ibukota.
“Om Andrew ini memang orang yang punya etika. Orang-orang ibukota memang beda,”puji Sucyanti.
“Kualitas orang-orang di ibukota jauh lebih tinggi daripada di Jakarta. Ya contohnya di bidang medis. Di ibukota, kamu tidak akan menemukan dokter yang pandai mencuci otak pasien dan keluarganya. Kami di sana hanya mengandalkan kemampuan kami sendiri,” ujar Andrew dengan nada tak biasa.
“Aku rasa kamu bukan dari ibukota, tapi dari Solo. Di sana banyak muralnya!” Leon pun menyambar dengan nada dingin, “Sebelum hasilnya keluar, semua yang kamu katakan adalah omong kosong!”
“Hasil? Ha ha, sudah jelas kamu yang akan memakan ampas obat itu. Bu Indra sudah bolak-balik kamar mandi tiga kali, itu semua karena obat pencaharmu!” sindir Andrew.
“Obat pencahar juga bisa menyembuhkan penyakit. Dengan kemampuan medismu itu, kamu tidak akan paham!”
“Konyol sekali! Aku sudah hidup lebih lama dibandingkan bocah ingusan sepertimu!”
“Kalau begitu, berarti kamu yang lebih bodoh, dong!” cibir Leon.
“Kurang ajar! Apa katamu? Katakan sekali lagi!” seru Andrew dengan wajah yang memerah.
“Aku bilang kamu yang lebih bodoh. Kamu merasa superior cuma karena memberi resep obat kuat, kan? Berarti kamulah yang bodoh.”
“Dasar bocah ingusan! Kita lihat saja nanti. Sampai keemu tiga hari lagi!”
Andrew sangat marah sampai-sampai hampir pingsan. Namun karena dia benar-benar tidak bisa memberi resep untuk menyembuhkan penyakit istrinya Indra, dia tidak bisa membantahnya.
Andrew memaki Leon dalam hati. Dia tidak menyangka jika pria yang ia anggap sebagai bocah ingusan itu berani menantangnya. Pria paruh baya itu tak luput memaki kebodohan Indra, karena dia menganggap Indra tidak bisa membedakan mana yang terbaik baginya.
“Bagaimanapun juga, resepku lebih baik daripada resep obat pencahar si bocah ingusan itu. Indra si pria tua itu benar-benar bodoh dan sudah hilang akal! Masa dia tidak bisa membedakan mana yang lebih baik dan yang lebih buruk? Brengs*k!”
Meskipun dia mengumpat dalam hati, Andrew tetap tersenyum di hadapan Indra. Pria paruh baya itu tidak berani berdebat dengan orang tua seperti Indra.
Andrew merasakan ada yang janggal di sini. Melihat Indra yang begitu patuh pada Leon, dia semakin curiga.
Namun Andrew tidak tahu jika seseorang yang diselamatkan oleh orang lain tidak akan pernah melupakan jasa orang itu seumur hidupnya. Itulah yang membuat Indra dan Leon bisa menjalin pertemanan seerat itu dan Andrew tidak mengetahuinya.
***
Di malam hari, Leon kembali ke Tarumanagara.
Besok adalah hari sidang skripsi. Leon sendiri tidak bermasalah dengan itu, jadi dia memutuskan untuk membantu Rachel menyiapkan presentasi bagi sidangnya besok.
Keduanya berjalan menyusuri lorong kampus untuk sampai di perpustakaan.
Rachel adalah wanita pemalu dan tidak banyak bicara, namun kedua manik mata yang besar dan jernih itu terfokus pada sosok Leon.
Di mata orang lain, mereka berdua seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara.
Namun, hubungan antara keduanya tidak direstui oleh para siswa di kampus.
Pada dasarnya, mereka semua berpikir bahwa Leon terlalu miskin untuk dicintai oleh seorang ratu kampus seperti Rachel. Jika mereka berdua berpacaran, mereka seperti perwujudan kisah Beauty and The Beast di dunia nyata.
Namun, tidak banyak siswa yang tahu jika Leon dan Wilson, profesor terkenal di universitas, adalah teman sejawat.
Melanggar aturan untuk bisa memasuki Institut Penelitian Pengobatan Tradisional dan Farmakologi di Jakarta adalah tahapan yang tidak bisa diraih oleh semua siswa.
Leon tidak suka memamerkan kekayaannya, namun dengan kemampuan yang dimilikinya, dia bisa menghancurkan seluruh siswa.
Dialah sang ‘orang penting’ yang bersembunyi!
Sidang skripsi selama tiga hari berturut-turut dilakukan sesuai jadwal yang ada.
Dengan bantuan dari Leon, Rachel bisa menyelesaikannya dengan sangat baik dan lulus dalam sekali sidang.
Kejutan terbesar yang terjadi dalam sidang skripsi ini adalah kehebohan yang disebabkan oleh sang anak rektor, Hugh Pahlevi.
Hugh menderita afasia. Dia tidak bisa berkata-kata di hadapan semua orang, dan membuat malu besar. Kondisinya membuat Pak Dennis, ayahnya, khawatir padanya.
Akhirnya, di hari ketiga sidang skripsi, Hugh berhasil menyelesaikan sidangnya dengan bantuan dari nama besar sang ayah di kampus.
Soal afasia yang tiba-tiba menyerangnya, Hugh tidak berpikir bahwa ini adalah hadiah kecil pemberian dari Leon. Di matanya, Leon bukanlah siapa-siapa.
Hugh tidak menghiraukan rumor tentang hubungan Leon dan Rachel. Dia akan menyatakan perasaannya pada Rachel dan memintanya untuk menjadi kekasihnya di pesta kelulusan.
Saat ini, Leon menerima panggilan dari Indra.
Selama percakapan mereka di telepon, Indra terdengar sangat bahagia dan mengundang Leon ke rumahnya. Pria tua itu ingin memberitahukan kabar baik padanya.
Tidak perlu menebak-nebak. Toh, Leon sudah tahu apa kabar baik itu.
Leon ingin memasukkan ampas obat-obatan itu ke mulut Andrew dengan tangannya sendiri.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Super Rich Man
Romance(Novel ini merupakan novel terjemahan resmi). Leon bekerja sebagai tukang delivery makanan, bahkan dibully sudah jadi menu hariannya. Tapi tak ada yang menyangka jika Leon, nyatanya adalah seorang putra dari keluarga miliuner. Dia memilih berpura-p...