Sial! Doni dan Jessica terdiam. Anggota platinum adalah anggota kelas tertinggi di hotel ini.
Akomodasi, transportasi hingga makanan semua gratis. Banyak kenikmatan yang bisa diperoleh. Mereka akan diperlakukan bak raja, karena biaya keanggotaannya saja sekitar 100 juta per tahun.
Dan di Jakarta ini, jumlah member platinum tidak lebih dari 10 orang. Hanya orang-orang tertentu yang sanggup dan mau membayar biaya tahunan semahal itu.
Bahkan Doni dan Jessica, anggota biasa pun bukan. Padahal biaya member platinum 10 kali lipat member biasa. Mereka memimpikan menjadi anggota platinum, tapi itu di luar jangkauannya.
“A … apa? Di … dia member platinum?” Doni tergagap tak percaya.
“Mustahil! Mana mungkin member platinum hanya memesan satu salad dan air putih?” lanjutnya.
Pelayan dengan lembut menggelengkan kepalanya dan menjawab, “untuk itu saya kurang tahu. Tapi memang beliau member platinum. Lagipula, air putih yang dia pesan bukanlah air putih biasa. Tapi air dari Fiji, air murni terbaik di dunia. Baiklah, bapak ibu silahkan dilanjut makannya.”
Air putih itu ternyata air murni dari gunung Fiji. Gunung terindah di Jepang. Kaya akan silika, kalsium, magnesium, bebas dari polutan, tanpa zat aditif buatan, dan efektif menjaga metabolisme tubuh.
Entah apakah manfaatnya benar seperti itu, tapi itu memang air termahal di dunia. Segelas airnya saja bisa dihargai seperti sebotol anggur yang diminum Doni dan Jessica. Mereka merasa tersentak.
Mereka sungguh tidak menduga bahwa orang yang dia singgung sedari tadi adalah orang super kaya. Air putihnya saja dari Fiji. Jangan-jangan salad dan buahnya itu dari sudut lain di dunia ini. Doni dan Jessica seketika merasa malu karena mereka yakin bahwa lelaki itu mendengar apa yang dibicarakan.
“Tunggu, apa kamu tahu dia itu siapa?” tanya Doni penasaran.
“Saya tidak tahu. Sudah pak, jangan ditanya lagi. Saya tidak enak,” jawab pelayan.
Pelayan ini adalah pelayan senior. Dia sudah berpengalaman menghadapi orang-orang seperti ini. Dia tidak akan membuka siapa pria itu, agar privasinya tetap terjaga.
Tidak lebih dari 10 orang member platinum di Jakarta. Mereka bisa melakukan semuanya dengan mudah, khususnya di hotel ini. Leon tampak menikmati makanan dengan tenang. Tidak mempedulikan agi apa yang mereka bicarakan.
Mereka sekedar tahu bahwa anak muda ini adalah member platinum. Itu sudah mewah. Bagaimana jika mereka tahu bahwa dia lah yang punya hotel tempat dua orang itu menyombongkan diri? Tentu lebih mengerikan lagi bukan?
Sementara itu, Leon menghabiskan makanannya hingga tampak bersih dan tanpa sisa.
Sejauh ini pelayanan di restoran sangat baik. Saatnya memeriksa layanan di tempat spa dan pemandian air panas. Leon pun berjalan ke sana.
Tempat pemandian air panas dipenuhi dengan kabut uap air panas.
Leon melepas bajunya dan bertelanjang dada. Otot-ototnya kini terlihat jelas, tidak seperti yang dibicarakan dua orang itu tadi yang penuh lemak. Tubuhnya atletis dan sangat terjaga.
Otot-ototnya itu bukanlah akibat suplemen yang banyak digunakan orang. Ototnya asli akibat pelatihan yang rutin dan benar.
Sementara itu, di kolam ada dua wanita yang tengah berendam.
Saat melihat Leon berjalan perlahan ke kolam, diam-diam dua wanita itu menelan air liurnya.
Leon yang menyadari itu, melihatnya dan melemparkan senyuman, lalu duduk di tepi kolam.
Mereka tidak mengira akan ada orang tampan yang akan datang ke sana. Mereka pun salah tingkah.
Setelah mengamati, Leon menilai bahwa layanan di sini sudah cukup baik, mesti tidak seistimewa di bagian restoran.
Leon turun untuk berendam sebentar. Tak lama, dia keluar dan duduk di lounge untuk minum.
Leon sebenarnya tidak butuh air panas untuk menjaga tubuh. Tubuhnya sudah terjaga dengan sendirinya. Dia hanya ingin merasakan sejenak bagaimana air panas di hotel ini.
Saat itu dua gadis cantik pun duduk di kursi persis di samping Leon. Mereka terus melemparkan pandangan dan senyum ke arah Leon. Leon pun merasa canggung dan menutupi dengan handuknya.
Jauh dari rumah, anak laki-laki memang harus pandai menjaga diri sendiri.
Sebelum membuka rapat pemegang saham, dia sengaja melakukan inspeksi sendiri.
Meskipun bagus, tapi ternyata masih saja sesuatu yang membuatnya kesal.
Seorang prima gemuk berjalan menuju ke arah Leon. Tampak kalung rantai emas besar di lehernya yang sedikit menyilaukan. Dia menunjuk Leon dengan angkuh dan berkata, “Hei kamu, beraninya mengganggu wanita-wanitaku!”
“Mengganggu? Apa kamu lihat aku mengganggunya?” Leon tersulut emosinya karena dituduh.
“Beraninya kamu membentakku. Apa kamu tidak tahu aku siapa?” Pria gemuk itu berkata dengan nada keras sembari mengayunkan tinju.
Leon tampak sangat waspada. Tangannya menangkis dan memukul pria angkuh tersebut.
“Bang!”
Pria gemuk itu pun terpelanting ke belakang. Mulutnya mengeluarkan darah. Dan dua giginya tampak tersebar.
“Aku tidak cuma membentakmu, tapi aku juga memukulmu. Mau apa kamu?” cibir Leon.
Leon tidak bisa menahan diri jika orang lain menuduhnya macam-macam. Orang-orang seperti itu tidak ada gunanya, dan mereka harus diberi pelajaran.
Kemudian, Leon meraih leher pria gemuk itu. Dengan tenaga dalamnya, dia tampak menghancurkan sesuatu.
“Klik!”
Kalung rantai emas itu pun patah.
Itu adalah cara Leon untuk menggertak pria itu, bahwa mudah baginya untuk membunuh jika mau.
“Aku … pamanku adalah bos di hotel ini. Kamu sudah membuatku seperti ini, maka kamu tidak akan bisa keluar dari hotel ini,” pria gendut itu menjelaskan identitasnya sambil menahan sakit.
“Kamu juga merusak kalung emasku. Ini harganya setengah milyar. Apa kamu punya uang?”
Pria gemuk itu tidak menyadari kalau kalung itu tidak rusak sama sekali. Itu hanyalah trik Leon.
Leon hanya tersenyum kecut. Setengah milyar? Apakah ada yang tidak mampu di bayar oleh seorang Leon? Itu uang kecil dibandingkan keuntungan yang dia dapat dari hotel tersebut.
Siapa paman pria sombong itu? Lagi pula Leon adalah bos besarnya. Tidak ada yang lebih tinggi dari dia. Jika dia mau, dia akan suruh pamannya itu yang mengganti. Kenapa harus dia?
“Oooo, apa paman kamu bernama Sebastian?” tanya Leon.
“Habislah kamu! Sebastian adalah pamanku!” pria itu semakin menunjukkan kebanggannya.
“Hmm … Sebastian bukanlah pekerja keras. Anak dan keponakannya kerap kali menimbulkan masalah di hotel ini,” Leon menjelaskan.
“Tutup mulutmu! Pamanku adalah bos di sini. Beraninya kamu memanggil namanya seperti itu.”
“Haha … pamanmu hanyalah karyawan!”
Bersambung
Jangan lupa vote, review, dan gift. Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Super Rich Man
Romance(Novel ini merupakan novel terjemahan resmi). Leon bekerja sebagai tukang delivery makanan, bahkan dibully sudah jadi menu hariannya. Tapi tak ada yang menyangka jika Leon, nyatanya adalah seorang putra dari keluarga miliuner. Dia memilih berpura-p...