"Tuan, ada apa? Jika ada masalah, aku akan mengirim orang untuk menyelesaikan masalah itu." ucap Mawar.
"Tidak apa-apa, aku baru saja membeli sebuah toko dari jalan ini, aku merasa ini kebetulan sekali." jawab Leon.
"Ini bukan kebetulan, keluarga Wijaya memang memiliki terlalu banyak aset dan masih banyak situasi seperti Jakarta di negara ini. Kamu juga sudah lama tidak mencari aset-aset dan pengalamanmu selama bertahun-tahun telah membuatmu kurang peduli dengan aset keluarga Wijaya, jadi mohon maklum karena akan ada lebih banyak kejutan menunggumu di masa depan." ucap Mawar dengan suara lembut dan hangatnya.
Tidak terduga bahwa dalam beberapa tahun terakhir ketika Leon pergi berlatih, keluarga Wijaya menjadi lebih kaya dari sebelumnya.
"Ini bukan sebuah kejutan, tapi bikin orang kaget saja. Dari toko pakaian, makanan dan minuman, semua ini ternyata adalah rumahku. Jadi ketika aku pergi belanja, sama saja dengan memasuki taman halaman sendiri, kalau begitu tidak asik."
"Tuan Leon, kamu sekarang telah memiliki jalan terbesar, yaitu Jakarta Avenue. Aku telah mengatur agar pak Dani menyerahkan jalan itu kepadamu, tiga hari kemudian ... kamu bisa memanggil pak Dani." ucap Mawar lagi.
"Pak Dani ... nama ini terdengar familiar ... sepertinya aku sudah pernah mendengar nama ini." ucap Leon dengan ringan.
Leon tiba-tiba mengingat siapa pria itu dan tersenyum ringan.
"Tuan Leon tidak perlu peduli, pak Dani hanya seorang pekerja paruh waktu. Ngomong-ngomong tuan Leon, tante Mega telah memberimu uang saku lagi dan jangan ragu-ragu untuk menghabiskannya. Meningkatkan level konsumsimu juga baik untuk uji cobamu, belajarlah untuk menghabiskan uang." Mawar mengingatkan Leon.
Leon tersenyum dengan kecil, "Aku punya rencana sendiri."
Seusai panggilan itu, Sucyanti yang berdiri di sebelah Leon bertanya dengan rasa ingin tahu, "Leon, telepon sama siapa? Sampai senyum-senyum."
"Bukan sama siapa-siapa, cuma seorang teman." ucap Leon dengan santai.
Ada beberapa hal yang tidak perlu diberitahukan kepada Sucyanti, bahkan jika identitas Leon terungkap ... wanita itu tidak akan percaya dengan pria itu.
Pikiran Leon terasa dingin dan pria itu tidak terganggu oleh Tommy sama sekali.
"Sudah hampir waktu, aku harus pulang." ucap Leon.
"Oke deh, kakekku seharusnya sudah hampir selesaikan masalahnya. Aku sarankan kamu untuk sembunyi! Jangan bikin kakekku khawatir karena dia sudah tua, bukan karena keluarga Wibowo tidak mampu bayar keluarga Dani, tetapi ini tentang kesehatan kakekku." ucap Sucyanti dengan wajah yang memerah ketika dia mengatakan itu.
Sucyanti tahu bahwa itu sedikit tidak sopan untuk menyuruh Leon melarikan diri, tetapi wanita itu yakin bahwa keluarga Dani akan membunuh Leon seperti seekor kelinci kecil yang diburu oleh seekor ular raksasa.
Karena itu, Sucyanti tidak ingin kakeknya yang baru pulih untuk ikut serta dalam perselisihan tersebut. Kemudian ada masalah Jerry dan lukisan palsu itu, itu adalah dua hal berbeda.
Tetapi Tommy telah dipukul ... keluarga Dani bagaimana mungkin bisa melepaskan Leon?
Sucyanti berpikir bahwa Leon akan terkena malapetaka, tetapi tidak terduga bahwa ekspresi Leon malah santai-santai saja.
Leon berdiri dengan tinggi dan percaya diri, ekspresi wajah pria itu terlihat tenang.
"Masalah ini tidak perlu melibatkan kakekmu, karena aku berani untuk memukul Tommy, artinya aku tidak takut kepada keluarga Dani dari pertama. Lagian, kota Jakarta bukan milik keluarga Dani!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Super Rich Man
Romance(Novel ini merupakan novel terjemahan resmi). Leon bekerja sebagai tukang delivery makanan, bahkan dibully sudah jadi menu hariannya. Tapi tak ada yang menyangka jika Leon, nyatanya adalah seorang putra dari keluarga miliuner. Dia memilih berpura-p...