Hasrat Liar Yang Takluk

1.3K 33 0
                                    

   Leon tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Leon memiliki 3 villa besar di sana, di tempat yang lebih bagus, yaitu memiliki view menghadap gunung dan danau.

“Leon, datanglah ke rumahku. Aku akan menunggumu. Nanti kita ngobrol-ngobrol lagi ya?”

Saat hendak pamit, si kakek tampak menggenggam erat tangan Leon, meski Leon agak enggan.

Sementara itu, Sucyanti terlihat tidak begitu antusias.

Dia merasa bahwa tidak seharusnya kakeknya memperlakukan Leon seperti itu.

Sebelum pergi, Sucyanti menyempatkan melirik sedikit mata Leon dengan tatapan sedikit enggan.

***

Setelah berjalan ke area lain di hotel, Leon pun pergi ke ruangannya.

Sehari-harinya Hotel Sheraton dikendalikan penuh oleh GM. Tidak heran kalau ruang direktur terlihat kosong. Terakhir kali, seminggu lalu sang GM, Sebastian mendapatkan info dari Mawar, bahwa komisaris utama akan datang ke hotel untuk pertemuan hari ini.

Sebastian tidak pernah berani meremehkan agenda dengan komisaris. Maka dari itu, dia kosongkan agenda hari ini dan sedari pagi dia menunggu kedatangan komisaris ke Hotel Sheraton.

Saat komut tiba, dia tidak tahu, dan tidak juga bertanya. Dia hanya mengikuti aba-aba dari Mawar. Tapi sekali terjadi kelalaian, maka dia bisa kehilangan pekerjaannya.

Keluarga Wijaya adalah keluarga paling misterius di Indonesia. Mereka super kaya, tapi misterius. Tidak banyak yang tahu identitas mereka. Beruntung Sebastian bisa tetap dipercaya oleh mereka.

Bekerja untuk keluarga Wijaya, karir dan uang benar-benar mengalir deras. Bermula dari junior supervisor selama lima tahun, akhirnya dia bisa menduduki GM di hotel Sheraton ini.

“Gerald, kalau kamu ke hotel, jangan bikin masalah ya! Apapun yang terjadi, tolong tahan diri! Jangan buat malu ayah!” Sebastian menelepon Gerald.

“Ayah, ini aku sudah di hotel. Percayalah, ayah, Aku bisa diandalkan!” jawab Gerald.

“Jangan macam-macam, atau kamu dikeluarkan dari keluarga Chow!” ancam Sebastian serius.

“Iya ayah, aku mengerti,” jawab Gerald sambil diam-diam cengengesan.

Saat ini, bersama Gerald, Jason telah membawa anjing kaukasia. Anjing kaukasia adalah jenis anjing yang sangat besar, tingginya seukuran anak sapi. Terlihat bengis dan buas.

Gerald menutup telepon. Ekspresi jahat muncul di matanya.

“Jason, coba cari tahu, Leon sekarang ada di mana!”

“Pak, ini sudah ketemu. Leon ada di ruang komisaris utama,” jawab Jason sembari merasa aneh.

“Apa? Untuk apa dia di sana? Kamu yakin?” Gerald tampak ragu.

“Benar, Pak!” jawab Jason singkat.

“Bagaimana mungkin orang idiot bisa sampai di sana? Bawa anjing itu ke sana, aku akan menyusul kemudian!” kata Gerald sambil penuh tanda tanya.

Di dalam ruangan, Leon duduk di kursi komisaris utama. Terlihat tenang dan santai.

Ketika melihat Jason dengan anjing besar, Leon tetap saja tenang.

Kali ini dia melihat Jason seperti orang yang jahat. Dia telah mengkhianati saudaranya sendiri, dan sekarang dia akan melepaskan anjing untuk menyerang saudaranya itu. Di mana hati nuraninya?

Ternyata Jason melakukan itu demi iming-iming 250 juta dari Gerald.

“Leon, jangan salahkan aku! Ini adalah perintah Gerald!”

Wajah Jason diliputi api amarah. Dia sekuat tenaga memegang tali, dan hampir tidak bisa mengendalikan anjing itu. Saat itu, Gerald datang.

“Leon, kamu juga anjing. Lawan dia!”

Teriak Gerald.

Leon tampak berani. Dia mengibaskan tangannya.

Plak! Plak!

Dua tamparan menghantam wajah Gerald. Suara itu seperti balon meledak. Sangat keras.

Jason melihat wajah Gerald berlumuran darah. Giginya rontok dan tersebar ke beberapa sudut ruang.

Dia tampak lemas. Sekedar mencari gigi-giginya saja pun tidak ada tenaga.

Tamparan itu adalah jurus yang baru saja dikuasai oleh Leon. Kekuatannya sangat kuat, bahkan bisa membelah batu hanya menggunakan telapak tangannya. Sangat berbahaya!

Itu hanya salah satu dari banyak jurus yang dikuasai oleh Leon.

“Kalian adalah sampah!” kata Leon keras. Kali ini Leon tampak seperti malaikat pencabut nyawa. Dia dengan penuh amarah menatap Gerald dan Jason.

Gerald tampak kesakitan. Dengan sekuat tenaga dia berteriak ke arah Jason.

“Jason, lepaskan anjingnya! Bunuh orang brengsek itu!”

Wajah Jason diselimuti kemarahan. Wajahnya suram, dan dia membanting rantai anjing itu ke tanah.

Seketika dengan sigap anjing itu berlari ke arah Leon. Tampak sekali keganasannya. Mereka berdua tersenyum puas melihatnya. Tapi seketika senyum itu pudar. Anjing kaukasia itu berhenti tepat di depan Leon. Tenang dan seperti tengah bercengkrama dengan Leon.

Bagi Leon, anjing itu tidaklah buas. Dia mudah dijinakkan. Hasrat liarnya tidak tampak ketika menghadapi Leon. Mereka berdua tampak damai.

Keduanya beradu pandang.

Anjing: “Hrrr, tidak ingin jadi budak!”

Leon: “Ah, kamu bicara?”

Anjing: “Guuk guuk guuuk …”

Anjing Kaukasia itu langsung nurut. Dia berbaring di lantai, meringkuk dan tidak lagi berani menatap mata Leon. Mata yang bisa dipahami. Anjing ini butuh dikasihani. Dia terus menjilati sepatu Leon.

Gerald dan Jason terkejut dengan adegan ini. Anjing kaukasia adalah anjing agresif dan brutal.

Kenapa setelah melihat Leon menjadi seperti kucing? Melihat anjing itu begitu lembut, Gerald mulai curiga. Jangan-jangan dia ditipu oleh penjual anjing.

Barangkali Gerald tidak tahu, bahwa Leon bahkan pernah lolos dari sarang serigala.

Berkelahi dengan serigala, berebut makanan dengan serigala, bahkan menari bersama serigala. Hingga akhirnya, raja serigala menarik diri dari wilayahnya, dan hanya mengamat tanpa pernah lagi mendekat.

Tidak peduli seberapa buas dan brutal anjing kaukasia itu, dia tidak lebih menakutkan dibandingkan dengan raja serigala.

Leon kemudian dengan mudahnya menari bersama serigala dan memasuki tempat serigala seperti rumahnya sendiri.

Baginya hal ini semudah membalikkan telapak tangan.

Belum sempat Leon mengeluarkan kemampuannya, Gerald dan Jason pun sudah bisa diatasi.

Mereka tidak bisa membayangkan, seorang mahasiswa miskin yang mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pengantar makanan ini pun kenapa bisa tiba-tiba menjadi seperti ini.

Ini sangat aneh!

Ayah Gerald yang melihat hal ini di terjadi di dalam ruangan Presdir ini pun sangat terkaget dan marah.

Melihat hidung anaknya yang berdarah, dia pun bertanya kepada Leon dengan nada tinggi, “siapa yang memukulnya? Kamu kan! Berani-beraninya kamu memukul anakku di tempatku sendiri! Kamu akan lihat sendiri akibatnya nanti!”

Batu yang ada di hati Gerald akhirnya jatuh ketika melihat kedatangan ayahnya, dan dia berubah menjadi lebih sombong.

Dia menyeringai, menunjuk Leon dan melolong, "memang benar dia yang memukulku, putramu ini ditindas olehnya, jika hari ini ayah tidak menghabisinya, maka sama saja Ayah mempermalukan keluarga kita!”

Jason pun berteriak dengan kasanya, “betul itu bos, hari ini jangan sampai dia bisa keluar dalam keadaan hidup!”

“Kalian semua diam! Kalian tidak usah mengajariku bagaimana cara membereskannya. Sungguh memalukan, kalian berdua pun tidak bisa melawan bocah tengik ini!”

Bersambung.

Super Rich ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang