Terlalu Banyak Berpikir

1.2K 33 3
                                    

  Setengah jam tidak cukup untuk mendatangi semua toko.

Janji untuk memberi Rachel sebuah hadiah, Leon tidak mungkin mengingkarinya.

Jika sudah berjalan sepanjang jalan ini, dan masih tidak bisa menemukan barang yang disukai, maka hanya bisa bertanya pada Mawar.

Dia tidak sampai hati mengagetkan sang ibu, ibunya sangat menyayanginya, bahkan kesusahan yang dialaminya selama tugas percobaan, Leon selalu menutupi darinya.

Kota Jakarta yang kecil, tidak perlu mengganggunya untuk ikut campur.

Melihat Rachel yang terlihat letih, Leon lalu berkata: “Ayo, langsung ke kedai teh saja.”

Leon tidak letih, tetapi Rachel seperti sudah tidak sanggup lagi.

Duduk di kedai teh sambil minum teh, memberikan waktu ke Dani.

Jika terlambat satu detik saja, Leon pasti akan menghukumnya.

Alasan mengapa Leon ingin bermain seperti ini, adalah karena dengan begini akan lebih mudah untuk mengambil alih Jakarta Avenue.

Melihat kejahatan Keluarga Dani, kelihatannya dia biasa menyalahgunakan kekuasaannya di Jakarta, Leon ingin mengurangi kesombongan Keluarga Dani.

Kalau saja tidak patuh, maka tidak pantas untuk bekerja dengan Keluarga Wibowo.

Tugas percobaan ini terlihat mudah, tetapi sangat membutuhkan karisma dan keterampilan Keluarga Wibowo untuk menyelesaikannya.

“Leon, bagaimana kalau kita pakai kesempatan ini untuk kabur?” Rachel tiba-tiba memberi saran.

“Tidak perlu.” Leon langsung menjawab.

“Tapi… aku khawatir… denganmu.” Mata Rachel mulai memerah, menahan air mata yang akan mengalir.

Tampaknya, sang bunga kampus Rachel sangat mengkhawatirkan Leon.

Dari ancaman ketua geng kampus Gerald, sampai ancaman oleh Keluarga Dani, Rachel dan Leon sama-sama mengalaminya.

Dua orang itu masih berhubungan sebatas teman sekolah saja, tetapi sudah melampaui dari teman biasa.

Saat ini, Rachel sudah bergantung pada Leon, dan Rachel adalah satu-satunya kunci ketenangan untuk Leon di tengah kota yang mencolok ini.

Tidak berbicara banyak, Leon masih tetap mengelus kepala Rachel dengan lembut.

Dan Rachel tidak butuh Leon bicara terlalu banyak, hanya dengan satu gerakan, dia sudah merasa nyaman, sampai-sampai wajahnya memerah sampai ke telinganya.

Tidak lama kemudian, dua orang datang ke kedai teh itu, lalu mencari tempat duduk yang dekat jendela.

Setelah memesan seteko teh hitam yang mewah, Leon dan Rachel pelan-pelan mencicipinya.

Mengangkat tangannya dan melihat jam tangan limited edition Patek Philippe yang disembunyikan di dalam lengan bajunya, batas waktu yang diberikan untuk Dani masih tersisa dua puluh menit lagi.

Setelah dua puluh menit berlalu, Leon tidak terlihat gelisah.

Rachel belum pernah minum teh mewah seperti ini, terlihat sedikit waspada. Dia sekarang menjadi penasaran, teman yang ada di belakang Leon, sebenarnya berasal dari mana.

Pada saat ini, terdengar satu suara yang dikenal sedang berteriak memanggil nama Leon.

“Leon, ternyata kamu juga ke sini untuk minum teh, ya!!”

Leon mengikuti asal suara itu dan melihat, dan ternyata adalah si wanita penggoda, Sucyanti.

Dia memakai atasan putih berlengan pendek, dan rok A-line berwarna biru.

Super Rich ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang