Gila, Ganteng Banget!

1.6K 44 0
                                    


“Tuan Liam sudah datang!”

Wajah kusam resepsionis itu dalam sekejap jadi bersemangat, dengan segera dia mengoleskan blush ke pipinya.

Liam segera masuk ke dalam club setelah begitu turun dari mobilnya. Pakaian yang dikenakan Leon begitu mencolok hingga mengundang perhatian Liam.

Sambil mengernyitkan dahinya Liam bertanya ke resepsionis, “Kamu yang pesan ya?”

Resepsionis itu pun buru-buru menjelaskan, “Bukan, Tuan, dia datang nyari Tuan. Kalau Tuan gak kenal dia, aku nanti suruh dia pergi.”

Resepsionis itu terlihat tegang karena takut memberikan kesan buruk untuk Liam.

Liam adalah orang yang sangat disegani, bukan hanya dia menjabat sebagai ketua komunitas, ayahnya juga pemain properti kawakan di Jakarta. Ada begitu banyak wanita yang nge-fans padanya, termasuk resepsionis itu.

Liam hanya mengangguk dan kemudian menoleh ke Leon. Saat itu juga Leon mendongakkan kepalanya dan mereka berdua saling bertatapan.

Liam bisa menyadari kalau Leon bukan orang biasa. Di balik sorotan matanya yang lembut seolah tersembunyi sebilah pedang yang tajam.

Leon memiliki ketenangan, kemuliaan dan hawa membunuh disertai sedikit keangkuhan.

Namun pakaian tukang delivery yang dia kenakan sama sekali tidak cocok dengan wibawanya.

Hal inilah yang mengundang rasa penasaran yang amat kuat dalam diri Liam.

Liam berjalan menghampiri Leon sementara si resepsionis dan temannya diam-diam melirik sosok gagah Liam dari belakang.

“Waaah! Tuan Liam keren banget!”

“Mau banget deh jadi istrinya!”

Sesampainya di hadapan Leon, Liam segera bertanya, “Cari aku? Ada apa?”

“To the point ya, aku Leon Wijaya.”

Leon yang tidak suka basa-basi langsung masuk ke topik utama.

Seketika itu juga Liam langsung menunjukkan ekspresi terkejut.

Liam yang biasanya selalu tetap tenang meski dihadapi bencana pun baru kali ini kehilangan ketenangannya.

“Tu … Tuan Wijaya!”

Penerus keluarga Wijaya yang terhormat bisa-bisanya jadi tukang delivery di Jakarta!

Perbedaan status yang luar biasa itu membuat Liam sama sekali tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Leon mengangguk sambil berbicara dengan nada jengkel, “Mawar yang nyuruh aku ambil mobilnya di sini. Dasar tuh orang nyuruh aku bawa mobil sports segala. Awas saja kalau sampai ketemu, aku pelorotin celananya.”

Mawar dipandang sebagai ratu dalam dunia bisnis karena memiliki perusahaan modal ventura terbesar di Indonesia. Parasnya yang cantik nan menggoda bagaikan bidadari menjadikannya sosok legendaris di kalangan wanita muda. Jangankan Liam, bahkan ‘Empat Penguasa’ di Jakarta pun tidak berani macam-macam dengannya.

Tapi Leon malah berani-beraninya bicara begitu, bahkan sampai memeloroti celananya …

Meski begitu Liam mengerti kalau Leon memang berhak berkata seperti itu.

Dengar-dengar Mawar dulunya sempat tidur seranjang dengan Leon, hubungan di antara kedua orang itu bisa dibilang sangat dekat.

“Baik, Tuan Wijaya boleh istirahat sebentar di lantai 2, aku ambilin dulu mobilnya.”

Liam begitu tunduk pada Leon, dia sama sekali tidak berani menyinggung perasaannya.

Sedangkan resepsionis dan teman baiknya sangat terkaget dan juga heran melihat semua ini.

Liam yang biasanya begitu berkuasa tiba-tiba jadi sangat sopan dengan pengantar makanan itu bagaikan seekor domba yang penurut.

“Sebenarnya ada apaan sih ini? Bos Liam kan anak taipan properti!” seru resepsionis dengan mata yang melotot

“Eh, ngomong-ngomong kenapa rasanya si tukang delivery itu keliatannya makin ganteng ya?”

“Dasar bucin!” ujar resepsionis kepada temannya, meski begitu dia terus menatap Leon kagum.

Saat itu juga Leon mengatakan sesuatu ke Liam, “Gak usah, aku masih ada urusan.”

Leon tidak suka membuang-buang waktu, dia ingin segera pulang dan mengganti bajunya.

Diam-diam Liam mengeluh, sayang sekali dia tidak berhasil mengajak Leon ngobrol dengannya. Bagi Liam ini adalah kesempatan yang sangat langka.

Andaikan dia lebih muda beberapa tahun, mungkin dia bisa lebih banyak berinteraksi dengan Leon.

“Tuan Wijaya tenang saja, Non Mawar tadi bilang Tuan gak suka tampil mencolok. Aku bakal jaga rahasia. Oh ya, kalau ada apa-apa gak usah ragu buat hubungin aku, ini kartu namaku,” ujar Liam sambil memberikan kartu namanya ke Leon.

Leon mengambil kartu nama itu dan menaruhnya di saku celana.

“Kalau gak kamu bawa pulang saja tuh motor di depan, anggap aja aku hadiahin ke kamu. Aku gak suka buang-buang barang.”

“Baik, Tuan Wijaya. Terima kasih hadiahnya.”

5 menit kemudian Hennessey Venom itu perlahan-lahan turun dari lift parkiran.

Leon menekan tombol di kuncinya dan gullwing doors mobil itu terbuka, terlihat seperti sepasang sayap yang membentang lebar.

Hingga detik ini akhirnya resepsionis itu baru mengerti kenapa tadi Leon bilang ambil mobil, dan bukan beli mobil. Rupanya dia adalah pemilik mobil super mewah itu!

Dia sungguh tidak mengira kesempatannya menggaet pria kaya terlewatkan begitu saja. Meski begitu setidaknya dia masih tahu batasan. Orang seperti Liam saja bahkan begitu tunduk padanya, mana mungkin dia punya hak untuk menggoda Leon.

Dia merasa sangat bersalah ketika mengingat bagaimana dia meremehkan Leon barusan. Tapi dia juga mengejek dirinya sendiri, orang yang begitu hebat seperti Leon pasti malas berurusan dengan orang yang bukan siapa-siapa.

Mobil pun menyala seiring dengan pintunya perlahan menutup.

Body Line berwarna putih keperakan berpadu dengan interior perak keabuan yang lux sangat cocok dengan Leon yang muda dan tampan.

Suara mesin yang bergemuruh membuat orang tergila-gila.

Seketika itu juga pakaian delivery yang dikenakan Leon terlihat seolah seperti baju zirah emas berkilauan.

“Gila ganteng banget! Aku mau nikah sama dia!”

“Muka ganteng mah banyak, yang penting itu jiwanya. Cara dia nyetir pake satu tangan keren banget!”

Setelah Leon membawa mobilnya pergi jauh, Liam baru berkomentar, “Anak orang kaya yang kerjanya antar makanan, unik banget!”

Sementara itu Leon sudah memacu mobilnya sampai di depan kampusnya.

Tiba-tiba handphone Leon berdering.

“Leon, cepat bayar uang SKS, sekelas cuma kamu doang yang belum bayar. Mau drop ya?”

Setiap semester masing-masing kelas harus membayar uang kredit yang aman akan digunakan untuk membiayai aktivitas yang diadakan di kelas tersebut.

Cara bicara ketua kelas, Christian kepada Leon sangat tidak ramah.

“Cuma 375 ribu doang, ngapain drop segala.”

“Gak usah pura-pura deh, Leon. Semua orang juga tahu kamu tuh gak punya duit!”

“Dah ya, ganggu nyetir aja.”

“Nyetir? Gak usah ngelawak deh, bawa motor aja banyak gaya bilang nyetir mobil. Memangnya kamu kira kamu tuh Gerald? Aku saja bisa dengar suara angin niup gitu, gak usah pura-pura deh!”

“Iya nih, anginnya kencang banget,” kemudian Leon langsung mematikan teleponnya.

Setelah atap terbuka pandangan pun jadi lebih luas, angin sepoi-sepoi yang meniup terasa sangat sejuk.

Bersambung.

Super Rich ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang