Sang Peri Cantik

984 35 18
                                    


   “Ngomong doang sih gampang, memangnya kamu pikir aku akan percaya?”

Hugh yang kesal mengangkat gelasnya dan meminum anggur berisi es batu.

Tiba-tiba, dia mengernyit dan berteriak dalam hati, “Sial! Kenapa nih? Rasanya nggak seenak biasanya!”

Seperti yang Leon katakan, jika mencampurkan es batu ke dalam anggur merah hanya akan membuat rasanya tidak enak lagi.

Hugh menyadari jika dirinya dijatuhkan oleh Leon.

Alasan Leon ikut dipanggil ke sini karena untuk mempermalukan Leon di depan Rachel.

Tidak mungkin!

Aku, Hugh Pahlevi tidak boleh menyerah!

“Leon, kamu benar. Aku belum pernah lihat kamu minum anggur. Kalau kamu membicarakannya secara umum, itu malah membosankan.”

Hugh ingin melihat apakah Leon yang tampak hebat itu hanya berpura-pura berkata omong kosong atau bukan.

Leon tersenyum, mempertahankan kenangan dirinya.

Anggur pun hampir siap untuk diminum.

Leon perlahan menuangkan anggur Romanée-Conti 2000 ke gelas gobletnya.

Warna merah keunguan terlihat jelas di gelas gobletnya. Penampilannya cerah dan keindahannya menyentuh hati.

Ketika menghirup aromanya dengan lembut, kombinasi aroma bunga yang sedikit menyengat membuat orang yang akan meminumnya merasa bahagia.

Setelah itu, Leon mengangkat gelas, meletakkan mulut gelas di bibirnya, sedikit memiringkan kepala ke belakang, lalu perlahan menyesapnya.

Dunia yang telah dilihatnya jauh melampaui imajinasi Hugh.

Leon pun memberinya sedikit pelajaran karena sikap provokatif yang ditunjukkan Hugh padanya sejak awal.

Melihat cara Leon menikmati anggurnya, Hugh tidak bisa memahaminya. Dia hanya tahu jika caranya adalah dengan minum sekali teguk saja.

Sementara itu, pipi mulus Rachel tampak merona.

Dia mengagumi cara bersikap Leon yang tampak elegan di matanya.

Sebenarnya, Rachel masih tidak menyangka. Bagaimanapun, kondisi keluarga Leon sama seperti dirinya.

Itu membuat Rachel tersentuh, “Ternyata Leon diam-diam belajar banyak hal secara autodidak!”

Apa yang diperlihatkan Leon membuat Hugh tidak bisa membantahnya.

“Kelihatannya terlibat di industri jasa ada gunanya juga. Pasti nggak sedikit orang kaya yang harus dilayani saat minum di bar.”

Jelas itu sindiran untuk Leon.

Dulu, Leon pernah bekerja sebagai kurir makanan dan semua orang di kampus tahu tentang itu.

Pada saat itu, Leon mengerjakan banyak pekerjaan sampingan dari berbagai bidang demi bisa membayar biaya kuliahnya.

“Hugh, aku dengar kamu sering keluar masuk kelompok kelas atas, tapi kamu masih tidak mengerti juga soal anggur merah. Itu bukan pertanda baik. Bisa-bisa kamu akan ditertawakan,” ujar Leon sembari tersenyum santai.

Tong kosong nyaring bunyinya. Itu cocok menggambarkan sosok Hugh di mata Leon. Jika memang tidak mengerti apa pun, lebih baik diam saja.

Leon perlahan menyerang harga diri Hugh, memberi pria sok tahu itu pelajaran berharga.

Saat ini, wajah Hugh tampak begitu suram.

“Aku masih harus menyambut para tamuku yang terhormat. Putra kedua dari Keluarga Dani akan datang ke sini. Bahkan jika aku memberitahumu sekalipun, kamu tidak akan tahu.”

Super Rich ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang