“Tidak perlu. Saya tidak tertarik.”
Leon tanpa basa-basi berniat untuk pergi. Sementara itu, Ezra tampak menyalahkan diri sendiri.
Jika saja dia tidak merendahkan Leon seperti itu, mungkin Leon bersedia bergabung.
“Leon, atau kamu bergabung saja dengan institut penelitian kami. Institut ini ini bekerja sama dengan fakultas kedokteran Universitas Tarumanegara. Kamu mau?” Ezra belum menyerah.
“Maaf, Pak. Saya benar-benar tidak tertarik,” jawab Leon tegas sambil menggelengkan kepalanya.
Menurutnya, bekerja di lembaga riset hanyalah mengekor pada arahan profesor. Tidak menarik.
Seseorang dengan keterampilan luar biasa, menguasai segalanya, hanya dijadikan layaknya orang biasa, tentu bukan itu tujuan Leon. Lagi pula, empat tahun seperti ini, dia sudah benar-benar cukup.
“Leon, saya bisa merekomendasikan kamu untuk mengajar. Saya akan menghubungi Prof. Wily terkait ini. Kamu sudah mendengar tentang Prof. Wily kan?”
Tentu saja Leon mengenal Prof. Wily. Dia adalah dosennya di kelas pengobatan timur.
“Leon, ini tawaran bagus. Kamu di sana tidak akan dikekang ke depannya,” Indra pun membujuk.
“Ok, saya coba dulu,” jawab Leon ringan.
Tinggal menunggu pembicaraan dengan Prof. Wily. Ezra akhirnya merasa lega.
Tidak berlebihan. Latar belakang Leon dan kemampuannya, akan menambah nilai rumah sakit ini.
Tak lama, Indra menarik tangan Leon dan mengajaknya ke kafe, sekedar minum sambil ngobrol.
Sedangkan Ezra bergegas mengadakan rapat untuk membahas perilaku Iskandar yang menerima amplop. Pengumuman ini dilakukan secara terbuka hingga semua orang tahu.
Tentu saja ini membuat Iskandar terkejut. Hubungannya dengan Ezra sangat baik. Tapi kenapa bisa tiba-tiba seperti ini? Satu satunya kemungkinan adalah karena Leon, pikirnya.
Iskandar menyadari kekeliruannya. Tidak seharusnya dia memprovokasi Leon. Akibatnya seperti ini.
***
Sore hari, Indra sudah kembali ke hotel Sheraton dengan suasana hati yang sangat baik. Sucyanti yang tengah berkemas memperhatikan kakeknya . Dia pun bertanya, “Kek, seneng banget kayaknya?”
“Sucyanti, kakek senang karena tadi kakek bisa ngobrol sama Leon,” kata Indra sambil tersenyum.
Mendengar itu, wajah Sucyanti mendadak berubah. Dia tampak tidak senang.
“Leon hampir membunuh kakek. Dan kakek minum teh sama dia? Beraninya dia!”
“Sucyanti, kamu jangan sembarangan. Justru kemampuan dokter Iskandar yang aku ragu,” jawab Indra dengan nada yang sedikit menunggu.
“Pasti Leon yang membuat cerita aneh ini. Pintar juga dia beretorika,” jawab Sucyanti singkat.
“Kamu salah! Leon benar-benar hebat, tidak seperti yang kamu pikirkan. Hari ini dengan akupunturnya, dia membuat Pak Ezra tidak bisa bergerak. Kemudian dia sembuhkan lagi. Luar biasa!” kata Indra dengan nada penuh semangat dan mata berbinar-binar.
Tapi Sucyanti tampaknya tidak mudah mempercayai cerita itu begitu saja.
“Kakek, kakek sudah termakan omongan anak itu. Sayangnya aku harus membereskan ini semua. Besok kita pindah ke Gunung Munara,” setelah mengatakan itu, Sucyanti bergegas melanjutkan memasukkan pakaian-pakaian favoritnya ke dalam koper.
KAMU SEDANG MEMBACA
Super Rich Man
Romance(Novel ini merupakan novel terjemahan resmi). Leon bekerja sebagai tukang delivery makanan, bahkan dibully sudah jadi menu hariannya. Tapi tak ada yang menyangka jika Leon, nyatanya adalah seorang putra dari keluarga miliuner. Dia memilih berpura-p...