Kehilangan Arah

1.3K 36 0
                                    

   Sebastian sangat marah melihat putranya yang sudah terluka, namun hari ini adalah bukan hari biasa, seperti yang sudah Mawar bilang, bisa saja Presdir sudah datang ke Hotel Sheraton.

Namun apa yang terjadi di sini sekarang?

Pemandangan ini sangat tidak pantas.

“Anak muda, kamu sekarang berlutut memohon ampun kepada anakku sepuluh kali, baru aku bisa melepaskanmu, kalau tidak akan kuhabisi kamu di parkiran bawah.”

“Heh! Lucu sekali!

“Sebastian, kamu menyuruhku untuk berlutut?” ucap Leon sambil menatap ke arah Sebastian, “apakah hidup tidak baik?”

Suasana mulai semakin memanas, Emosi sebastian memuncak. Dia tidak menyangka anak muda di depannya bisa berbicara seperti itu.

“Kamu... Kamu sebenarnya siapa?” tanya Sebastian dengan sedikit panik.

“Aku dari keluarga Wijaya!” jawabnya dengan nada dingin.

Gerald dan Jason pun langsung tertawa terbahak-bahak.

“Saat seperti ini kamu masih bisa bercanda?”

“Lantas Kenapa kalau kamu dari keluarga Wijaya? Nama keluargaku lebih bagus, kenapa kamu tidak sekalian mengambil nama keluargaku saja!”

Mereka pun kemudian tertawa bersama.

Namun pada saat yang sama, Sebastian justru sama sekali tidak tertawa, dia hanya terdiam.

“Siapa namamu tadi? Berasal dari keluarga manakah kamu?” tanya Sebastian dengan suara mulai bergetar.

“Kamu tidak punya hak untuk menanyakan profil lengkapku, hari ini aku sudah resmi menerima hotel Sheraton, aku yakin Mawar seharusnya sudah menginformasikan hal ini.”

“Ha ha, kamu masih berani mengaku-ngaku! Sungguh tidak tahu malu!” ucap Gerald sambil tertawa.

Namun, tidak disangka tiba-tiba dia mendapatkan tamparan dari ayahnya.

“Dasar anak tidak berbakti! Diam kamu!”

“Yah, kenapa kamu menamparku?” tanya Gerald dengan kesalnya.

“Cepat berlutut! Cepat berlutut kepada Presdir!” ucap Sebastian dengan nada tinggi.

“Presdir? Ayah kamu jangan mempermainkanku, dimana presdir?” tanya Gerald dengan kebingungan.

“Dia adalah presdir, pemegang saham Sheraton yang terbesar, pemilik hotel ini yang sesungguhnya,” ucap Sebastian menjelaskan.

Sebastian tidak tahu bahwa yang datang untuk menerima hotel Sheraton adalah pewaris tunggal keluarga Wijaya, dia hanya pernah dengar Mawar berkata bahwa yang akan menjadi presdir adalah bermarga Wijaya, namun dia tidak menyangka bahwa orang itu adalah Leon.

Jika sudah demikian, maka Sebastian pun tidak berani meremehkannya.

Siapapun anggota keluarga Wijaya, Sebastian tidak akan berani untuk mencari masalah dengannya. Walaupun itu hanya pengurus keluarga Wijaya.

Mawar sudah berkata bahwa yang datang kali ini akan menjadi petinggi di hotel Sheraton, namun apa yang anaknya perbuat kepada Leon benar-benar sudah keterlaluan, sementara Sebastian mengandalkan hotel Sheraton untuk makan, lantas apa yang harus dia lakukan sekarang?

Bahkan dia telah menyuruh Leon untuk berlutut kepada anaknya, nampaknya hal terbaik yang bisa dia lakukan adalah menyuruh anaknya berlutut kepada Leon.

“ayah, apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa jadi dia yang menjadi presdir?” ucap Gerald tidak mengerti.

Sementara Jason masih terlihat tidak mengerti apa yang sedang terjadi, dia begitu mengenal Leon, seorang mahasiswa miskin yang harus membagi waktunya menjadi pengantar makanan, jika memang dia adalah presdir hotel Sheraton, lantas untuk apa dia capek-capek menjadi seorang pengantar makanan?

Asal tahu saja, seorang presdir mempunyai uang yang tidak habis tujuh turunan, sementara Leon?

Namun, Sebastian hatinya masih tidak tenang dia pun dengan segera kembali memerintahkan anaknya untuk berlutut, “kalian berdua cepat berlutut kepada presdir, kalian harus berlutut sepuluh kali, tidak cukup, kalian harus berlutut dua puluh kali.”

Sebastian menggunakan cara ini untuk menebus kesalahannya.

“Presdir Leon, maafkan saya, saya tidak bisa mendidik anak dengan baik, sudah sepantasnya saya di hukum,” ujar Sebastian sambil gemetaran sekujur tubuhnya.

“Sebagai seorang ayah, kamu memang sudah gagal, apakah kamu tahu apa yang anakmu lakukan di kampus?”

“Aku...aku sungguh tidak tahu, mohon Anda jelaskan kepadaku.”

“Mengatasnamakan keadaan keluarganya yang di atas rata-rata, dia dengan semena-mena menggertak teman di kampusnya. Aku hanya tidak sengaja menabraknya, namun apa yang dia perbuat, dia justru menyalahkanku dan bertindak semena-mena.”

Setelah mendengar penjelasan Leon, Sebastian pun akhirnya mengetahui kelakuan anaknya.

Dirinya memang mengetahui sikap jelek anaknya, namun dia tidak menyangka bisa separah itu, apalagi sampai memperlakukan Leon seperti itu.

Sebastian pun semakin kesal, anaknya benar-benar sudah menghancurkan harga dirinya, dia tidak akan dengan mudah memaafkan kelakuan anaknya.

Cukup Presdir!

Sebastian pun kemudian langsung berlutut di depan Leon.

“Saya mohon maafkan kelakuan putra saya, dia masih sangat muda belum mengerti apa-apa, saya mohon belas kasihan dari presdir,” ujar Sebastian memohon.

Melihat Sebastian yang sedang berlutut di depannya, Leon justru masih bertahan dengan wajah dinginnya.

“Apakah putramu pernah memiliki belas kasihan ketika dia menyalahkan orang lain? Kesalahan yang mereka perbuat hari ini tidak bisa dimaafkan begitu saja!”

Mendengar perkataan Leon, Sebastian langsung panik.

Dan pada saat melihat ayahnya berlutut di hadapan Leon, saat itu pula Gerald dan Jason mengerti bahwa identitas Leon memang bukan orang biasa.

Leon bisa membuat manajer utama di hotel Sheraton bertekuk lutut di hadapannya, menandakan betapa besar kekuasaannya.

Gerald benar-benar tidak menyangka bahwa hari ini dia bisa menginjak paku, tertimpa kesialan seperti ini.

Sekarang dia mengerti mengapa tadi Leon bisa ada di ruangan ini. Begitu juga dengan Jason, dia merasa begitu kaget dan menyesal.

Ternyata teman baiknya dulu ini, yang dulu sempat membantunya di kampus adalah bos sesungguhnya dari Sheraton Hotel, bahkan dia adalah pemegang saham terbesar di sini, jelas-jelas lebih berkelas dari Gerald.

Namun Jason tidak menghargai pertemanannya yang dulu, hanya karena keuntungan sesaat, dia benar-benar sudah kehilangan arah.

Penghianatan! Ejekan! Hinaan!

Semua ini telah ia lakukan kepada temannya itu.

Seandainya dulu dia masih menjadi teman baik Leon, saat ini pasti dia sudah bisa memanen buah manis, setidaknya sudah bisa menjadi manajer di hotel ini.

Sebuah ungkapan “Tidak bisa melihat emas di depan mata” ini mungkin sangat pas untuk Jason.

Jason merasa sangat kecewa.

Leon dengan sorot mata dingin berkata, “menurut aturan kelaurga Wijaya, siapa saja yang berani berkhianat maka harus dilenyapkan, namun saat ini kita tidak bisa menerapkan peraturan seperti itu, kalau begitu aku akan memberikan anjing yang patuh untuk bermain denganmu Gerald!”

Selesai berbicara Leon tersenyum sinis,kemudian dia pun beradu pandang dengan mereka.

Suasana di sana sejenak menjadi hening, namun ini adalah keheningan yang mencekam.

Anjing yang patuh?

Ini adalah anjing Kaukasia yang ganas, kekuatannya sekuat anak sapi!

Bermain?

Anjing Kaukasia itu seram, mereka tidak terlalu mengenal tuannya, apalagi baru beli seminggu, pasti belum mengenal siapa yang memberinya makan.

Bersambung.

Super Rich ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang