*****
daripada berkata, aku mencintaimu. aku lebih ingin mengatakan, tolong jangan jatuh cinta dengan orang lain.
*****
Keadaan kantin mulai sepi karena sebentar lagi jam istirahat akan berakhir. Siswa-siswi sudah bergantian masuk ke kelas mereka, tidak mau terlambat dan berakhir di ruang BK.
Berbanding terbalik dengan Diovan dan Frico yang masih terus menjelajahi seisi kantin, melaksanakan tugas dari Arthur untuk mencari keberadaan Elfino. Namun, nihil, Elfino tetap tidak ditemukan meski mereka sudah mencari di seluruh kantin.
Setelah mencari kesana-kemari, Frico mulai kelelahan. Dia mengusap kening nya yang dibanjiri keringat dengan lengan. "Capek gue!" dia mengeluh. "Elfino kemana sih? Dicariin dari tadi, gak ketemu."
Diovan duduk di salah satu bangku panjang dan mengatur nafasnya yang tidak beraturan karena berlari. "Lo pikir, lo doang yang capek? Gue juga capek," balas nya.
Frico jadi frustasi, ikut duduk di samping Diovan. "Mau cari kemana lagi?" tanya nya.
Diovan dan Frico sudah mencari Elfino ke tempat-tempat yang biasanya didatangi Elfino. Tapi dari semua tempat itu, mereka sama sekali tidak menemukan keberadaan Elfino.
"Kita balik aja, laporan sama Arthur," putus Diovan pada akhirnya.
Frico mengangguk setuju. "Ayo!" ajak nya.
Mereka berdiri, lalu segera pergi untuk menghampiri Arthur di kelas XI IPA 5.
*****
Arthur duduk di bangku panjang pinggir koridor dengan perasaan cemas. Di sampingnya, Maxime terus berusaha menghubungi nomor Elfino, meski sampai sekarang Elfino masih belum menjawab satupun panggilan dari cowok itu.
Elfino sengaja tidak mengangkat telepon, tanpa pernah tau, ada Arthur yang sangat mengkhawatirkannya.
Dari arah lain, Clemen berlari menghampiri Arthur. Dia membungkukkan badan sebentar untuk mengatur nafasnya setelah berlari.
Arthur langsung berdiri, mendekat pada Clemen yang belum bicara sama sekali. "Gimana, Cle?" tanyanya tidak sabar.
"Zora gatau...." ucap Clemen terputus-putus karena nafasnya masih belum teratur. "dia bahkan gak peduli sama Elfino," sambungnya begitu nafasnya kembali normal.
"Gak mungkin, Zora gatau!" elak Arthur. "Caramel sendiri yang bilang ke gue, kalau Elfino pergi sama Zora tadi," ucapnya begitu yakin.
"Tapi, Zora bilang dia gatau," balas Clemen mengatakan apa yang dia dengar dari mulut Lizora dengan jujur.
"Mana mungkin Zora gatau, kal...."
"Arthur," panggil Diovan dan Frico keras sehingga kalimat Arthur terpotong.
Arthur mengacak rambutnya, merasa frustasi. "Lo kok cuma berdua?" dia merasa heran, melihat Diovan dan Frico yang masih menunduk sambil mengatur nafas. "Elfino mana? Gue kan nyuruh lo berdua nyari dia."
"Gue gatau, Thur," jawab Diovan pasrah. "gue udah cari kemana-mana, tapi Elfino gak ada."
"Bahkan, gue sama Diovan udah nyari hampir di semua tempat yang ada di sekolah ini," tambah Frico.
"Hampir kan? Belum semua!" bantah Arthur. "ruangan mana di sekolah ini yang belum kalian periksa?" tanyanya menyelidik.
Diovan mengetuk-ngetuk dahi dengan jari telunjuk, mencoba berpikir. "Gudang," jawabnya sambil menjentikkan jari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elfino (Proses Revisi)
Teen FictionSama-sama pernah dikhianati, bagaimana Elfino dan Lizora bisa jatuh cinta lagi?