*****
harusnya aku cukup dengan mengagumi paras indahmu, bukan malah bermimpi memilikimu.
*****
Lizora sampai di mansion lebih dulu dari Jenna. Jika biasanya, setelah pulang sekolah Lizora akan langsung masuk kamar dan tidur siang sampai sore, tetapi hari ini Lizora lebih memilih tetap berada di ruang tengah dan berbaring di sofa panjang yang ada disana dalam keadaan masih memakai seragam sekolah.
Jangan tanya lagi, mengapa Lizora melakukan itu? Tentu saja, karena dia sedang menunggu kedatangan Jenna. Saat di sekolah, Lizora tidak bisa meluapkan emosinya kepada Jenna sepenuhnya, karena Lizora sudah terlanjur emosi kepada Elfino yang lebih memilih membela Jenna daripada dirinya.
Saat mata Lizora hampir terpejam, pintu mansion dibuka. Dia langsung merubah posisinya menjadi duduk seraya melipat kedua lengannya di depan dada. "Baru pulang tuan putri," sindirnya seraya melihat Jenna yang melintas. "pulangnya diantar pangeran, nggak?"
Jenna berbalik, melihat Lizora. "Maksud Non Zora, apa?"
Lizora lantas berdiri, menghampiri Jenna. Dia tersenyum sinis. "Lo gausah pura-pura, Jen!" ujarnya. "gue udah tau semuanya."
"Tau soal apa, Non?" tanya Jenna. Wajahnya berubah panik.
"Lo benar-benar gak punya malu ya, Jen!" balas Lizora sarkas. "bisa-bisanya lo masih pura-pura di depan gue."
Jenna menundukkan kepala. "Maaf, Non Zora," cicitnya.
"Maaf lo bilang?" Lizora tersenyum sinis. "gue udah bosan mendengar kata maaf dari mulut lo, Jen! Buat apa lo minta maaf?"
"Buat yang di sekolah tadi," jawab Jenna.
"Lo tau, kesalahan lo apa?" balas Lizora tidak terima. Dia mengepalkan kedua tangannya, kesal bukan main. "pertama, lo udah ngaku-ngaku sebagai adiknya Kak Kelvan. Kedua, lo udah menggunakan identitas gue. Ketiga, yang paling parah, lo sampai pura-pura gak kenal sama gue."
"Iya, Non," ucap Jenna. Suaranya bergetar seperti hampir menangis. "Aku tau, aku salah. Tapi, Non, aku melakukan semua itu untuk bisa dekat dengan Elfino."
"Apa?" Lizora heran, tidak habis pikir dengan jalan pikiran Jenna. "lo sampai rela menjadi orang lain, cuma untuk bisa dekat sama Elfino?"
"Iya, karena memang hanya itu caranya," sentak Jenna tanpa sadar. "Non Zora gak akan bisa paham, rasanya menjadi aku. Non Zora itu cantik, pintar. Non Zora juga beruntung karena mendapatkan cinta yang begitu besar dari Elfino, sedangkan aku? Menyedihkan, aku hanya akan menjadi gadis menyedihkan karena cinta yang tak terbalas."
"Lo harusnya bersyukur atas semua hal yang lo punya, Jen," balas Lizora menasehati. "lo gak perlu jadi orang lain, apalagi sampai mencuri identitas orang lain hanya untuk bisa dekat dengan Elfino. Itu sama sekali tidak bisa dibenarkan!"
"Non Zora dengan mudah bilang seperti itu, karena Non Zora bukan aku," sentak Jenna untuk kedua kalinya. "Non Zora pasti gak tau, kan? Bagaimana rasanya memperjuangkan seseorang yang bahkan tidak pernah sedikitpun menghargai perjuangan kita. Sakit, Non, Sakit."
Entah sejak kapan, air mata sudah jatuh di pipi Jenna. Gadis itu akhirnya menangis juga karena merasa dirinya sangat menyedihkan saat berhadapan dengan Lizora yang terus menyalahkan dan memojokkannya.
"Non Zora selalu menjadi seseorang yang diperjuangkan. Jadi, Non Zora tidak akan pernah mengerti sakitnya sebuah perjuangan yang tidak dihargai," ucap Jenna lagi, sesekali terisak. "Elfino sedang memperjuangkan, Non Zora. Tapi Non Zora sama sekali tidak menghargai itu, kan? Non Zora itu egois tau, nggak? Non Zora sengaja memberikan syarat yang sulit supaya Elfino tidak bisa memenuhinya, jadi Non Zora akan selalu punya alasan untuk menolak Elfino berulang kali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Elfino (Proses Revisi)
Teen FictionSama-sama pernah dikhianati, bagaimana Elfino dan Lizora bisa jatuh cinta lagi?