Chapter 30: Luka Yang Belum Sembuh

2.3K 147 2
                                    

*****

orang kuat berkata “cinta tidak harus memiliki” but, sorry, i'm not a strong person.

*****

Hujan deras mengguyur ibu kota siang ini. Elfino dalam perjalanan pulang menaiki mobil Maxime, karena ban motornya tiba-tiba kempes di tengah jalan. Jalanan kota sedikit macet sebab banyak genangan air yang terbentuk sehingga para pengemudi harus sedikit berhati-hati agar tidak terjadi kecelakaan karena terpeleset jalan yang licin.

Daripada terjebak macet untuk waktu yang lama dalam cuaca hujan deras, Maxime lebih memilih putar balik untuk mencari jalan lain yang bisa dilewati tanpa macet, meski itu memakan waktu yang agak lama. Akhirnya, Maxime bisa mengemudikan mobilnya dengan tenang dan pelan-pelan setelah menghindari kemacetan.

Suasana di dalam mobil benar-benar hening. Maxime fokus menyetir, sementara Elfino hanya diam sembari melihat ke luar jendela dimana rintik-rintik hujan jatuh. Elfino terus memperhatikan sekitar sampai matanya menangkap sebuah mobil berwarna merah yang sangat dia kenal terparkir tidak jauh di depan sana, tepatnya di samping taman kota.

"Berhenti, Max," pinta Elfino saat jaraknya dengan taman kota hanya tersisa beberapa langkah lagi, sehingga Maxime refleks menginjak rem dan menghentikan mobilnya. "itu, bukannya mobil milik Zora?" tunjuknya.

Maxime mengikuti arah pandang Elfino. Dia mengernyit seraya melihat mobil berwarna merah yang terparkir tidak jauh di depan mobilnya.

"Mungkin hanya mirip," jawab Maxime santai.

"Gak," balas Elfino seraya menoleh ke arah Maxime. "gue yakin itu mobilnya Zora."

Maxime menyadari gelagat Elfino yang ingin keluar dari mobilnya, segera menahan lengan sahabatnya itu. "Lo mau kemana?" tanyanya. "gak lihat diluar hujan deras banget."

"Lepasin gue, Max!" ujar Elfino seraya menepis tangan Maxime sehingga pegangan di lengannya terlepas. "gue harus memastikan sendiri, itu mobil Zora atau bukan."

Elfino benar-benar keluar dari dalam mobil. Dia bahkan mengabaikan panggilan dari Maxime berkali-kali agar kembali masuk ke dalam mobil. Elfino tetap keras kepala, menerobos hujan yang cukup deras dan berlari masuk ke dalam taman.

Dalam satu menit, seluruh tubuh Elfino sudah basah kuyup. Namun, Elfino tetap berjalan menerobos hujan sesekali berlari untuk mencari keberadaan Lizora. Tadi, Elfino sempat memeriksa mobil berwarna merah sebelum benar-benar masuk ke dalam taman. Dan, sesuai dugaannya, itu memang mobil milik Lizora dilihat dari plat nomornya.

"Zora," panggil Elfino begitu berhasil menemukan Lizora yang terduduk di salah satu bangku taman, sendirian, dan dalam keadaan basah kuyup sama sepertinya.

Perlahan, Lizora mendongakkan kepala dan langsung bertemu kedua mata Elfino yang menatapnya. "mau ngapain lo kesini?" tanyanya.

Kali ini, Lizora hanya bertanya dengan suara yang pelan, bukan penuh amarah seperti biasanya.

Elfino tidak menjawab. Dia malah duduk di samping Lizora seraya menatapnya lekat. "kita pulang ya, Ra," pintanya. "hujannya deras banget. Kalau terlalu lama disini, lo bisa sakit."

Lizora tertawa. Lebih terlihat seperti sedang menertawakan diri sendiri. "Gak, lo aja yang pulang!"

"Dan, ninggalin lo disini sendiri?" balas Elfino seraya menggelengkan kepala. "gak, Ra! Gue akan tetap disini. Gak akan gue biarin lo merasa sendirian."

Lizora menjadi emosional saat mendengar kalimat Elfino yang menurutnya sama sekali tidak pantas untuk ditunjukkan padanya. Lizora semakin merasa menjadi orang yang paling jahat, saat Elfino masih bisa bersikap dengan baik setelah semua hal yang sudah Lizora lakukan.

Elfino (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang