*****
kamu adalah luka yang tidak pernah ingin aku obati.
*****
Hampa. Itulah yang dirasakan Elfino sekarang. Dia berada di kantin, tetapi tidak memesan makanan atau minuman yang dilakukan hanyalah melihat ke arah meja para gadis disana seraya terus berharap di dalam hati Lizora akan tiba-tiba hadir disana juga. Kemarin, Lizora menghilang entah kemana dan hari ini Lizora tidak masuk sekolah, itu membuat Elfino frustasi sendiri.
Di tengah rasa galau Elfino yang sedang merindukan Lizora, inti Ferelix hanya bisa diam memperhatikan sang ketua. Mereka ikut frustasi melihat sikap Elfino yang tidak seperti biasanya. Mereka mulai berpikir, Elfino memang sudah benar-benar gila. Bahkan Arthur yang dicap sebagai budak cinta saja, tidak sampai seperti itu jika seandainya ditinggal Caramel untuk satu sampai dua hari.
Arthur geleng-geleng kepala. Selera makannya hilang begitu saja. "El, lo masih sehat, kan?"
Elfino menoleh seraya mengernyit. "Masih," jawabnya. "emang gue kelihatan sakit."
"Lebih kelihatan gila, sih," gumam Arthur.
"Lo ngomong sesuatu?" tanya Elfino. Dia hanya melihat bibir Arthur mengatakan sesuatu, tetapi tidak mendengarnya dengan jelas.
"Nggak ada," balas Arthur. Dia pura-pura seperti tidak pernah mengatakan apa-apa.
"El, lo gak mau makan?" Kini, Clemen yang berinisiatif mengajak Elfino bicara daripada terus melihat Elfino melamun tidak jelas.
"Gue gak lapar."
"Mau lo tuh sebenernya apa sih, El?" sahut Diovan mulai kesal. "ngajakin kita ke kantin, tapi gak mau makan."
"Gue maunya Zora, sih."
"Mau gue pukul kepala lo!" ujar Frico seraya melayangkan kepalan tangan ke udara. Persetan dengan posisi Elfino sebagai ketua gengnya, dia sudah benar-benar kesal. "Zora ... terus yang ada di pikiran lo."
Di tengah perdebatan itu, tiba-tiba seorang gadis berkacamata dengan gaya rambut di kepang dua menghampiri meja mereka.
"Permisi."
Inti Ferelix kompak menoleh, melihat dan memperhatikan gadis itu dari atas sampai bawah. Lalu, mereka kompak mengernyit.
"Kalau aku gak salah, kalian lagi cari adiknya Kak Kelvan, ya?"
"Iya," jawab Elfino seraya mengangguk. "lo tau dari mana? Oh, atau barangkali lo kenal sama adiknya bang Kelvan?"
Gadis itu tersenyum. "Mana mungkin sih, aku gak kenal sama kakak ku sendiri."
"Lo ... Syenna?" tanya Arthur, mewakili yang lain.
"Ternyata, kalian juga udah tau namaku."
Diovan tidak langsung percaya begitu saja, meski gadis itu mengakui sendiri bahwa ia adik dari Kelvan. Dia memperhatikan lagi penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Dari segi wajah saja, gadis itu sama sekali tidak mirip dengan Kelvan. Bukankah saudara sekandung harusnya mirip ya? Meski kemiripan itu hanya sedikit saja, pikirnya.
"Lo ... benar adiknya bang Kelvan?" tanya Diovan, ingin memastikan lagi.
Gadis berkacamata menganggukkan kepala dua kali. "Iya, aku emang adiknya kok!"
"Kok cuma berdiri aja," sahut Clemen seraya menepuk tempat duduk kosong di sampingnya. "sini, Syen, duduk."
"Boleh nggak, kalau aku duduknya di sebelah Kak Elfino?" tanya gadis berkacamata seraya menatap inti Ferelix dengan tatapan memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elfino (Proses Revisi)
Teen FictionSama-sama pernah dikhianati, bagaimana Elfino dan Lizora bisa jatuh cinta lagi?