Chapter 27: Kecurigaan Diovan

2.1K 146 2
                                    

*****

memikirkan kamu sudah menjadi bagian dari rutinitas ku setiap hari.

*****

Hari ini, Lizora kembali bersekolah lagi. Dia berangkat di pagi hari dengan diantar Arya atas permintaannya sendiri. Cuaca hari ini cerah, langit biru serta kumpulan awan putih yang tersebar seperti sebuah kapas. Lizora berjalan santai menyusuri koridor sekolah. Dia sesekali tersenyum saat adik kelas atau teman seangkatan nya menyapa, berusaha menunjukkan kesan yang ramah.

Langkah Lizora terhenti. Tatapannya mengarah ke kelas XI IPA 5, dimana Elfino dan inti Ferelix berkumpul bersama. Dia tidak heran melihat kumpulan remaja laki-laki itu berkumpul, sebab itu sudah seperti pemandangan yang setiap hari dia lihat setiap kali melewati koridor. Tapi yang membuat Lizora mengernyitkan alis bingung adalah karena kehadiran seorang gadis yang dia kenal di antara inti Ferelix.

Dalam hati, Lizora bertanya. Apa yang dia lakukan disana?

Entah itu sebuah insting atau hanya gerakan refleks, Lizora melangkahkan kaki menuju kesana. Dia bertukar pandang dengan Elfino untuk tiga detik, lalu mengalihkan atensi kepada gadis berkacamata yang masih duduk tenang di samping Elfino.

"Lo nga-”

Lizora belum selesai bicara, tetapi gadis berkacamata sudah menariknya menjauh. Dia dibawa cukup jauh dari jangkauan inti Ferelix dengan tergesa-gesa.

"Syenna ... kenal sama Zora?" tanya Arthur saat melihat punggung kedua gadis itu menjauh.

"Gue juga nggak tau," jawab Elfino.

Diovan mengernyit. Wajahnya berubah serius. "Kalian gak curiga sama sikap Syenna tadi?" tanyanya, hati-hati.

"Apa yang harus di curigai?" balas Frico.

"Dia kayak lagi menyembunyikan sesuatu," jawab Diovan menyampaikan apa yang dia pikirkan saat memperhatikan gelagat gadis berkacamata itu. "dia kayak ... ketakutan."

"Gak!" elak Arthur. "menurut gue, sikap Syenna biasa aja."

"Biasa gimana?" balas Diovan kekeuh. "kenyataan kalau Syenna kenal Zora aja itu udah aneh. Secara kita semua tau, Zora gak kelihatan berteman sama siapapun kecuali anak-anak sparkling girls."

"Itu sih pikiran lo aja yang negatif," sahut Frico tidak mau ambil pusing.

"Tapi kali ini, gue setuju sama Diovan." Clemen angkat bicara. "gue juga merasa ada yang aneh dari sikap Syenna tadi."

"Gimanapun juga, kita gak bisa ambil kesimpulan gitu aja." Maxime menengahi. "kita baru kenal Syenna bentar. Kita belum tau dia orang yang gimana? Kita gak boleh terlalu percaya, tapi juga jangan terlalu mencurigai."

Sementara di sisi yang lain, gadis berkacamata membawa Lizora ke dalam kelas kosong yang letaknya di lantai tiga berada di ujung koridor.

"Kenapa lo bawa gue kesini?" tanya Lizora seraya mengedarkan pandangan ke seluruh kelas kosong. "kenapa diam? Gue nanya sama lo, jawab pertanyaan gue!"

Sampai satu menit kemudian, gadis berkacamata itu tetap diam sehingga memancing emosi Lizora untuk keluar.

"Jenna, jawab!" sentak Lizora kesal.

"Maaf, Non," cicit Jenna dengan kepala tertunduk dalam.

Lizora memejamkan mata sejenak, sebisa mungkin tidak membentak Jenna lagi. Dia merasa sedikit kasihan melihat wajah Jenna yang ketakutan karena kemarahannya. "Gue gak butuh maaf lo, Jen," balas Lizora. "gue cuma butuh lo jawab pertanyaan gue! Kenapa lo bawa gue kesini? Dan, iya, satu lagi ... kenapa lo bisa sama gengnya Elfino?"

"Aku hanya ingin berteman dengan mereka, Non," jawab Jenna seraya menatap Lizora meski ada sedikit rasa takut setiap kali melihat mata tajam itu.

"Lebih baik lo gausah berteman sama mereka," saran Lizora. "mereka bisa memberi pengaruh yang buruk buat lo."

"Nggak, Non Zora," elak Jenna. "mereka itu baik."

Meski baru sebentar mengenal Elfino dan teman-temannya, Jenna sudah bisa merasakan kebaikan mereka. Inti Ferelix mungkin masih belum menganggapnya sebagai teman, tetapi setidaknya Jenna tidak mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan. Inti Ferelix juga tidak mengejek penampilan Jenna yang seperti gadis culun, seperti kebanyakan teman-temannya.

"Baik?" ulang Lizora seraya geleng-geleng kepada. Dia tersenyum sinis. "nggak ada anak geng motor yang baik. Semuanya brengsek!"

"Non Zora bisa ngomong gitu pasti karena Ghaza sudah mengkhianati Non, kan?"

Jenna berpendapat seperti itu karena tau sikap Lizora yang membenci segala hal tentang geng motor berawal sejak Ghaza ketahuan selingkuh dan hubungan keduanya berakhir. Mungkin karena itu juga, Lizora memberi cap bahwa 'semua anak geng motor sama brengseknya'

"Jangan pernah menyebut nama si brengsek itu di depan gue, Jen!" Lizora memperingatkan Jenna tegas seraya mengarahkan jari telunjuknya ke wajah gadis berkacamata itu. "gue muak sama dia."

"Maaf, Non Zora."

Lizora merasa bersalah lagi. Dia sudah membuat Jenna ketakutan lagi karena emosi yang tidak bisa terkendali. Lizora menghela nafas berat, memejam sejenak sampai dirinya benar-benar merasa tenang dan tidak dikuasai oleh emosi lagi.

"Lo belum jawab pertanyaan gue," ucap Lizora begitu dirasa emosinya menurun. "ngapain lo sama Elfino tadi."

"Aku sudah menjawabnya, Non," balas Jenna. "aku ingin berteman."

Iya, Jenna memang sudah menjawab. Namun Lizora masih belum puas dengan jawaban itu. Dia melihat jelas bagaimana Elfino dan Jenna duduk berdampingan. Jenna yang terlihat asik bercerita, sementara Elfino menatap dan mendengarkan dengan serius. Setelah itu semua, apa kata 'hanya teman' masih berlaku di dalam hubungan mereka?

"Gak," elak Lizora. "gue gak percaya cowok sama cewek bisa berteman. Gue yakin, pasti ada salah satu dari kalian yang punya perasaan lebih. Elfino suka sama gue, dia sendiri yang bilang. Kalau gitu, apa itu berarti lo yang suka sama Elfino?"

"Iya, aku suka sama Elfino," jawab Jenna jujur.

Hening dalam beberapa detik, Lizora sepertinya benar-benar terkejut oleh pengakuan Jenna yang terang-terangan mengatakan menyukai Elfino. Ada perasaan aneh dalam diri Lizora. Entahlah perasaan apa itu? Rasa tidak rela, ah rasanya tidak mungkin Lizora memiliki perasaan itu terlebih kepada sosok yang sangat ia benci.

"Kenapa harus Elfino, Jen?" tanya Lizora seraya menatap langsung ke arah mata Jenna. "dia gak baik buat lo."

"Itu menurut, Non Zora....," balas Jenna seraya tersenyum saat mengingat wajah tampan Elfino serta senyuman manis laki-laki itu yang sudah menjadi hal favorit untuk ia pandangi. "tapi menurut aku, Elfino adalah yang terbaik!"

"Terserah lo, deh!" ujar Lizora sedikit kesal. "pokoknya gue udah ngasih lo peringatan di awal. Kalau suatu hari Elfino sampai nyakitin lo, jangan menyalahkan gue! Karena gue udah ngasih lo peringatan, tapi lo yang gak mau dengerin gue."

"Suatu hari, Non Zora akan sadar kalau Elfino itu memang baik," balas Jenna. "dan, saat itu Non Zora akan sangat menyesal. Tapi meski begitu, tidak ada yang bisa Non Zora lakukan karena Elfino mungkin sudah menjadi milik orang lain."

"Iya, iya, iya." Lizora memutar bola mata malas seraya pergi meninggalkan Jenna.

Apa tadi katanya, menyesal? Entahlah, kita lihat saja nanti.

*****

terima kasih untuk kalian semua yang sudah mau mampir dan baca cerita ini.

tinggalkan vote dan komen kalian disini, ya.

salam sayang 🤍

*****

Elfino (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang