*****
bersamaku, kamu akan selalu dirayakan.
*****
Sejak keributan yang terjadi beberapa menit yang lalu, suasana ballroom hotel tempat ulang tahun Kelvan dirayakan menjadi hening. Tidak ada satupun orang yang berani membuka mulutnya sampai beberapa menit kemudian. Lizora menghela nafas berulang kali, berusaha menenangkan diri sendiri setelah memarahi Jenna habis-habisan tadi. Kelvan yang berada di samping Lizora membantu mengusap-usap bahu adiknya itu.
"Mau sampai kapan, kita semua diam-diam aja kayak gini?" seru Clemen. Dia orang pertama yang berani angkat bicara di tengah keheningan yang canggung. "sekarang ini, kita sedang berpesta, kan? Dan, gue rasa, pestanya belum dimulai."
Kelvan mengangguk setuju. "Cle, lo benar!" ujarnya. "pestanya belum selesai."
Kelvan menghela nafas panjang sebelum bicara. Dia berdiri di tengah-tengah seraya mengedarkan pandangan untuk menatap para tamu yang mengelilinginya. "Saya ingin meminta maaf kepada kalian semua yang sudah hadir disini atas ketidaknyamanannya," ucapnya tulus. "seperti yang teman saya katakan, pesta ini belum selesai. Jadi, mari kita rayakan malam ini dengan penuh kebahagiaan."
Setelah mengatakan kalimat maaf yang tulus dari hati terdalam, Kelvan melirik ke arah pemain musik agar menyalakan musiknya lagi. "Enjoy the party," ujarnya seraya mengangkat gelas berisi soda merah tinggi-tinggi begitu musik dinyalakan kembali.
Pesta belum dimulai sepenuhnya, sebab Kelvan masih harus menunggu kedatangan Arya dan Alvera. Namun, dalam hati Kelvan merasa sedikit lega karena bisa mengembalikan suasana pesta ini agar tidak canggung seperti tadi. Kini, semua orang mulai menikmati musik bahkan beberapa dari mereka ada yang memutuskan untuk berdansa dengan pasangan masing-masing.
Di tengah kebahagiaan semua orang yang berdansa dengan pasangan, Lizora lebih memilih tetap berada di sisi sang kakak. Dia tidak mau, Kelvan merasa kesepian di pesta ulang tahunnya sendiri karena tidak ditemani.
"El," panggil Diovan sehingga membuat Elfino menoleh. "lo ngapain masih diam disini? Harusnya, lo itu minta maaf sama Zora."
Frico mengangguk. "Kali ini, gue setuju sama Dio," balasnya. "lo harus minta maaf sama Zora, El!"
"Eh, Frico, lo juga jangan cuma nyuruh-nyuruh aja!" ujar Diovan ngegas. "lo juga minta maaf dong sama Zora. Lo kan juga sempat gak percaya sama dia."
"Iya, iya, nanti gue pasti minta maaf," balas Frico. Dia pun menyadari kesalahannya. "tapi barengan sama Elfino."
"Bagus kalau gitu," sahut Clemen. "emang udah seharusnya lo berdua minta maaf."
"El, samperin Zora dan minta maaf sekarang!" suruh Arthur cepat. "emangnya lo mau, nantinya Zora makin marah sama lo?"
"Benar kata Arthur, El," balas Maxime setuju. "lebih cepat, lebih baik."
"Oke," ucap Elfino. "Co, ayo temenin gue!" ajaknya, lalu Frico pun ikut pergi bersamanya.
Sementara disisi lain, senyuman Lizora langsung memudar ketika matanya bertemu dengan sepasang mata milik Elfino. Di dalam hati terdalamnya, Lizora masih kesal dengan Elfino yang lebih mempercayai Jenna daripada dirinya, bahkan sampai membela Jenna yang jelas salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elfino (Proses Revisi)
Teen FictionSama-sama pernah dikhianati, bagaimana Elfino dan Lizora bisa jatuh cinta lagi?