*****
kamu sudah terlalu lama singgah di hati, sehingga untuk menghapus mu rasanya sulit sekali.
*****
Hari yang dinanti-nanti semua anak murid kelas XI IPA-IPS akhirnya tiba juga. Lizora sangat antusias menyambut hari ini. Dia sudah bangun sejak pagi hari, menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan selama kegiatan camping nanti. Lizora bahkan sudah mandi dan berpenampilan rapi, bersiap-siap untuk pergi.
"Selamat pagi, Ma, Pa," sapa Lizora seraya menuruni tangga.
Arya belum berangkat bekerja, masih duduk di sofa ruang tengah sambil membaca koran hari ini ditemani secangkir kopi. Sementara itu, Alvera duduk di sampingnya sedang menyeduh teh.
"Pagi, sayang," balas Alvera. Dia tersenyum seraya menatap penampilan putrinya yang sudah rapi. "kamu udah mau berangkat? Mau sarapan dulu, atau mau dibawain bekal aja?"
"Gausah, deh, Ma," tolak Lizora baik-baik. "nanti Zora makan pas sampai tempat camping-nya aja."
"Gak keburu lapar kamu?" tanya Alvera perhatian. "apa mau makan roti dulu? Mama buatin, deh."
"Gausah, Ma, gapapa!" tolak Lizora lagi. "Zora harus berangkat pagi. Kalau sarapan dulu, takutnya gak keburu."
"Yaudah, deh!" Alvera pasrah.
Setelah perdebatan singkat dengan Alvera, Lizora langsung mencium punggung tangan wanita itu, lalu berpamitan. Alvera pun tidak lupa untuk memperingatkan Lizora agar tetap berhati-hati selama disana (tempat camping).
Setelah selesai berpamitan dengan Alvera, Lizora beralih menjulurkan tangannya untuk meraih punggung tangan Arya. Namun, Arya tidak membalas uluran tangan Lizora, sehingga membuat Lizora mengernyit bingung.
"Zora," panggil Arya. Dia menaruh koran ke atas meja, lalu beralih melihat putrinya. "kamu yakin ... mau ikut camping?"
"Yakin, Pa," jawab Lizora cepat. Dalam hati, dia sudah was-was sendiri karena takut Arya tiba-tiba melarangnya untuk pergi. "emangnya kenapa?"
Arya menghela nafas berat. "Tidak apa-apa sebenarnya. Papa hanya khawatir saja dengan kamu," balasnya. "apalagi, ini adalah pertama kalinya kamu pergi jauh dari rumah."
Wajar saja Arya merasa khawatir. Sejak kecil, Lizora jarang sekali ia izinkan mengikuti kegiatan yang mengharuskan gadis itu pergi jauh dari rumah. Arya sudah terbiasa mengawasi Lizora dari dekat, sehingga ketika putrinya berada jauh darinya, pria itu merasa khawatir berlebihan. Tetapi, bukankah semua ayah memang memiliki naluri seperti itu? Naluri untuk melindungi dan menjaga putrinya dari segala hal buruk dan marah bahaya di luar sana.
Lizora tersenyum. Dia merasa terharu karena Arya begitu perhatian dengannya. "Papa," panggilnya, lalu mendudukkan diri di samping sang ayah. "Zora, kan, sudah besar. Zora juga bisa jaga diri. Jadi ... Papa tenang aja, ya, gausah khawatir!"
Meski Lizora berusaha meyakinkannya, Arya tetap merasa tidak bisa melepaskan putrinya itu untuk pergi jauh begitu saja.
"kamu perginya sama siapa aja, Zora?" tanya Arya seraya menatap sang putri.
"Sama banyak orang kok, Pa!" jawab Lizora. "teman-teman Zora juga ikut semua." Dia terus berusaha menyakinkan Arya agar memberinya izin untuk pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elfino (Proses Revisi)
Teen FictionSama-sama pernah dikhianati, bagaimana Elfino dan Lizora bisa jatuh cinta lagi?