68.Zora's New Life

1.7K 86 4
                                    

Proses pemakaman Diovan berjalan dengan lancar. Para inti Ferelix yang memakai pakaian serba hitam dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mereka kini mulai menaburi bunga diatas pusara Diovan.

Ellena masih tidak menghentikan tangisnya dia dipeluk oleh Caramel dari samping agar bisa sedikit tenang.

Ellena menatap makam Diovan yang sedang ditaburi bunga. Cewek itu rasanya tidak percaya kalau Diovan akan pernah meninggalkannya secepat ini. "Dio, kenapa kamu pergi yo?"ucap Ellena masih terus menangis cewek itu memeluk figura foto Diovan.

Olive tidak tega melihat Ellena yang terus menangisi kepergian Diovan. "Udah,na. Ikhlaskan kepergian Diovan, dia udah tenang disana."ucap cewek itu ikut menangis.

Belva memegang kedua bahu Olive. "Jangan nangis,liv! Kita harus tetap tegar untuk kuatin Ellena."ucap cewek itu.

Sparkling girls memang sengaja datang untuk melihat pemakaman Diovan untuk mengucapkan bela sungkawa sekaligus menguatkan Ellena. Mereka semua cukup terkejut dengan berita ini karena sebelumnya semua baik-baik saja dan tidak terjadi apa-apa.

Satu persatu orang yang datang untuk memakamkan Diovan pergi hingga tersisa para inti Ferelix dan anggota sparkling girls yang tidak lengkap karena ketua mereka Lizora masih terbaring di ranjang rumah sakit setelah menjalani operasi transplantasi jantung.

Ellena terduduk disamping makam Diovan. "Dio,rasanya baru kemarin kamu ada disamping aku. tapi hari ini semuanya sudah berakhir,yo."ucap cewek itu terus menangis mengelus gundukan tanah didepannya.

Ellena merasakan sesak di dadanya karena kepergian orang yang dicintainya. "Kalau aja aku tau, kamu pergi untuk selamanya. Kemarin, aku nggak akan biarin kamu pulang yo."ucap cewek itu mulai menyalakan dirinya sendiri.

Caramel duduk disebelah kanan Ellena. "Na, nggak ada yang tau takdir. Jangan nyalahin diri Lo sendiri ya?"ucap cewek itu mengelus-elus bahu sahabatnya.

Olive menagis terisak ditempatnya berdiri. Cewek itu tidak tega melihat Ellena yang biasanya periang jadi menangis seperti sekarang.

Olive berhambur memeluk Maxime begitu saja karena kebetulan cowok itu berada disampingnya.

Maxime hanya bisa memelototkan matanya karena Olive memeluknya tiba-tiba. Cowok itu memilih membiarkan Olive menangis di dada bidangnya karena dia juga sedikit tidak tega melihat Olive yang menangis hingga terisak.

Belva yang biasanya jutek juga terlihat beberapa bersedih walaupun tidak ada setetes pun air mata dimatanya. "Baru aja sahabat gue bahagia, tapi hal seperti ini harus terjadi. Gue mungkin nggak akan sekuat dia kalau sampai Gue yang mengalami ini."gumam cewek itu berbicara sendiri.

Frico mendengar perkataan Belva yang berdiri disampingnya. "Udah takdir,bel. Mau gimana lagi?"ucap cowok itu menepuk pelan bahu mantan pacarnya itu.

Belva langsung terdiam karenanya.

Ellena menghapus air matanya. Cewek itu mendongakkan kepalanya melihat para inti Ferelix yang berdiri tepat dibelakangnya. "Kalian semua bisa pergi sekarang."ucap cewek itu menatap para inti Ferelix satu persatu secara bergantian.

Clemen menggelengkan kepalanya. "Kita semua nungguin Lo,na. Karena itu udah jadi permintaan terakhir Diovan sebelum pergi."ucap cowok itu.

Ellena menghela nafas panjang. "Gue gapapa disini sendiri. Kalian harus balik ke rumah sakit kan? Zora lebih butuh kalian."ucap cewek itu. Sejujurnya dia hanya butuh waktu sendiri saja.

"Thur, kamu dan yang lainnya pergi aja. Biar aku yang nemenin Ellena disini."ucap Caramel menawarkan diri.

Ellena menggelengkan kepalanya. "Gausah,mel. Lo pergi aja sama yang lainnya."ucap cewek itu.

Elfino (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang