Chapter 17: Mulai Menyerah

3K 192 12
                                    

*****

ku pikir dengan tidak bertemu, aku akan lebih mudah melupakan mu, tetapi kenyataannya itu malah membuatku tersiksa oleh rindu.

*****

Sampai sepuluh menit kemudian, Kelvan masih berdiri bersandar di motornya menunggu area gerbang sekolah benar-benar sepi. Baru setelah itu, Kelvan menaiki motornya, tetapi sebelum sempat memakai helm ada seseorang yang menepuk bahunya.

"Bang Kelvan?"

"Elfino," balas Kelvan. Dia turun dari motornya lagi dan memeluk Elfino ala laki-laki.

"Lo ada keperluan apa disini, Bang?" tanya Elfino penasaran. Rasanya aneh sekali seseorang seperti Kelvan tiba-tiba berada di depan sekolahnya seperti saat ini.

"Habis nganterin adik gue," jawab Kelvan. "lo sekolah disini juga?" tanyanya saat melihat seragam Elfino sama dengan seragam yang dikenakan adiknya.

Elfino menganggukkan kepala. "Iya, Bang. Gue sekolah disini."

"Bagus dong!" seru Kelvan seraya tersenyum dan menepuk bahu Elfino pelan. "kalau gitu, sekalian titip jagain adik gue ya."

Elfino hanya tertawa, dengan senang hati dia akan menjaga adik Kelvan. "Nama adik lo siapa, Bang?"

"Namanya ... Syenna."

Lagi-lagi, Elfino hanya menganggukkan kepala.

"Sorry, nih. Gue gak bisa lama-lama," ucap Kelvan setelah melirik jam di pergelangan tangannya. "gue balik duluan," pamitnya.

"Hati-hati, Bang!"

*****

"Zora," teriak Elfino.

Lizora baru datang dan hendak masuk kelas. Namun, Lizora malah bertemu dengan Elfino sepagi ini. Dia menghela nafas berat, memutar bola mata malas saat Elfino telah sampai di hadapannya.

"Lo mau apa lagi, sih?" tanya Lizora. Wajahnya terlihat kesal sekali.

Elfino menatap Lizora lekat, seolah tidak peduli pada Lizora yang melihatnya dengan tidak minat. "Gue kangen lo, Ra," ungkapnya jujur. "senang bisa ketemu lo lagi."

Tanpa sadar, Elfino menggenggam tangan Lizora. Meskipun Lizora tidak menyukai sentuhannya, Elfino tetap tidak bisa menahan diri setiap kali dekat dengan Lizora seperti saat ini. Hanya dengan memegang dan merasakan telapak tangan halus Lizora saja, dapat membuat perasaan Elfino menghangat.

"Udah berapa kali gue bilang?" Lizora melepaskan tangan Elfino dengan kasar. "Jangan sentuh gue, Elfino!" ujarnya menegaskan untuk kesekian kali.

"Kenapa sih, Ra?" tanya Elfino heran dengan Lizora yang terus menerus menolaknya.

"Gue gak suka. Lo paham gak, sih?"

"Iya, tapi kenapa?"

"Kalau gue bilang gak suka, ya gak suka," bentak Lizora. Dia sudah emosi hanya dengan melihat wajah Elfino dan sekarang Elfino malah mencoba berdebat dengannya. "gue paling benci dipaksa. Jadi, stop maksa-maksa gue!"

Elfino menghela nafas berat. Dia tidak boleh ikut terpancing emosi. "Lo masih belum mau jadi pacar gue?"

"Lo sendiri ... udah bisa memenuhi syarat dari gue?" Lizora membalik pertanyaan. "belum bisa, kan? Makanya, berhenti berharap bisa jadi pacar gue!"

"Lo bisa kasih gue syarat apa aja, Ra," balas Elfino berusaha memberikan Lizora penawaran lain. "tapi please, jangan yang satu itu. Gue benar-benar gak bisa milih antara lo sama Ferelix!"

Elfino (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang