67. Forever

1.7K 114 12
                                    

Diovan telah dibawa ke ruangan operasi. Cowok itu masih setengah sadar walaupun tubuhnya terasa sangat sakit terutama di bagian kepalanya.

Diovan menatap langit-langit ruangan operasi diatasnya tepat ada lampu besar yang belum dinyalakan. Cowok itu sekarang sedang membayangkan wajah cantik Ellena yang mungkin tidak akan bisa dilihatnya lagi.

Dokter Andi dan beberapa suster yang sudah memakai pakaian serba hijau masuk kedalam ruangan operasi dengan mendorong brankar berisi Lizora yang memejamkan matanya.

Tak lama setelah itu, Dokter Rio ikut masuk lengkap dengan pakaian serba hijaunya.

Diovan memaksakan kepalanya untuk menoleh melihat Lizora yang kini berbaring di atas brankar disampingnya.

"Zora, mungkin ini terakhir kalinya gue bisa liat Lo. Satu hal yang gue minta kalau seandainya gue benar-benar pergi Lo temani Ellena. Jangan biarin cewek gue itu kesepian,"batin Diovan.

Diovan merasa kesadarannya mulai hilang setelah dokter Rio menyuntikkan obat bius.

Lampu ruang operasi menyala. Operasi transplantasi jantung itu sudah dimulai.

Sementara diluar ruangan semua orang sedang menunggu. Arya duduk bersama dengan Alvera serta Acavella diruang tunggu. Kelvan, Elfino, Arthur, Maxime, Frico dan Clemen masih tetap berdiri ditempat dengan pikiran masing-masing.

"Om? Tante?"panggil Caramel yang baru saja datang karena Arthur memberinya kabar kalau Lizora telah tertembak.

Arthur yang tadinya bersandar didinding langsung menghampiri Caramel yang baru saja datang. "Mel, kamu sama siapa kesini nya?"tanya cowok itu terlihat khawatir karena hari memang sudah larut malam.

Caramel menepuk lengan Arthur. "Aku sama supir."ucapnya.

Caramel lalu mendekati Alvera yang masih terlihat shock. "Tante, bagaimana keadaan Zora? Dia baik-baik aja kan?"tanya cewek itu dengan raut wajah cemas.

Alvera hanya diam saja karena dia masih terlalu shock untuk menjawabnya.

Caramel maklum karena dari wajahnya saja dia tau kalau Alvera sedang sangat shock dengan apa yang terjadi pada Lizora.

"Zora, masih di operasi. Kita doakan saja semoga semuanya lancar."sahut Acavella tersenyum tipis.

"Amin."ucap Caramel mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

****

Ellena sudah sangat panik. Cewek itu langsung memutuskan untuk pergi ke rumah sakit setelah mendapatkan kabar kalau Diovan kecelakaan parah.

Ellena berangkat menggunakan mobil diantar supirnya. Jika cewek itu tau Diovan akan mengalami kecelakaan mungkin tadi dia tidak akan meminta cowok itu pulang cepat.

Ellena terus melihat handphonenya masih belum ada satupun pesan dari Diovan membuat ketakutannya terasa semakin nyata.

Ellena menepuk bahu supirnya. "Pak bisa lebih cepat? Saya sedang terburu-buru."ucap cewek itu dengan raut wajah khawatir.

Supir itu menggangukan kepalanya lalu menambah laju mobilnya. Tapi sayangnya didepan sedang ada perbaikan jalan membuat mobil yang dinaiki Ellena harus terjebak macet bersama dengan mobil-mobil lainnya.

Ellena berdecak kesal. Kenapa disaat seperti ini? Mobilnya malah harus terjebak macet seakan-akan semesta ingin menghalanginya untuk bertemu dengan Diovan.

"Kenapa harus macet sih?"ucap Ellena terlihat cemas bercampur kesal.

"Biasa, non. Pasti lagi diperbaiki jalannya."ucap supir itu.

Elfino (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang