*****
kalau seandainya itu bukan kamu, apa aku bisa merasakan jatuh cinta sedalam ini?
*****
Inti Ferelix sepertinya sengaja meninggalkan Elfino dan Lizora berdua saja. Setelah Elfino membawa Lizora duduk bersama, mereka memutuskan pindah ke posko depan dan bermain kartu disana sambil sesekali melirik ke arah Elfino dan Lizora yang hanya diam di tengah suasana canggung. Inti Ferelix yang melihat itu, merasa geram sendiri. Mereka sudah begitu pengertian, memberikan waktu berdua untuk Elfino mendekati Lizora. Namun, ketua mereka itu sama sekali tidak peka. Rasanya, pakar cinta seperti Diovan dan Arthur ingin maju dan mengajari Elfino secara langsung cara mendekati seorang gadis yang benar.
Suasana dirasa canggung sekali. Lizora mulai merasa tidak nyaman karena tatapan Elfino yang enggan beralih darinya sejak tadi. Dia rasanya ingin segera pergi, tapi Arthur tidak ada disini. Tidak mungkin Lizora meminta Elfino mengantarnya pulang. Mereka tidak seakrab itu, apalagi setelah perdebatan di sekolah tadi siang.
Lizora sudah habis kesabaran, balik menatap Elfino dengan jengah. "Bisa berhenti liatin gue, nggak?"
"Itu salah lo sendiri," balas Elfino masih terus menatap Lizora lekat. "kenapa cantik banget gitu?"
"Basi tau, nggak?" ujar Lizora memasang raut wajah kesal. "gombalan semacam itu, udah gak mempan di gue."
Elfino baru akan menjawab ucapan Lizora, tapi terhenti saat Bu Juminten meletakkan dua mangkuk mi instan kuah soto dan es teh pesanan Elfino tadi.
"Dimakan, Ra," suruh Elfino begitu Bu Juminten menjauh. "jangan cuma dilihat aja."
Lizora terlihat kesal, sehingga tanpa sadar menyendok mi instan yang masih panas ke dalam mulutnya. Dia merasa lidahnya terbakar dan langsung memuntahkan mi instan itu ke tanah.
"Mie nya masih panas."
Elfino langsung menyodorkan segelas es teh ke arah Lizora. "Minum dulu, Ra."
Lizora menurut. Dia meminum es teh yang disodorkan oleh Elfino sampai habis setengah gelas. Lidahnya masih terasa panas, tapi sudah agak mendingan.
Elfino tertawa kecil seraya geleng-geleng kepala. "Makanya, Ra, lain kali ditiup dulu."
"Itu salah lo, tau," sentak Lizora. "lo yang nyuruh gue makan tadi, ya gue makan."
"Iya, tapi maksud gue itu ditiup dulu," balas Elfino dengan suara lembut yang menenangkan untuk di dengar. "kalau langsung lo makan kayak tadi, lidah lo bisa kepanasan."
"Oh, jadi ini salah gue?" Lizora semakin kesal.
Lagi-lagi, Elfino hanya geleng-geleng kepala. Lizora sering sekali marah, tetapi entah kenapa Elfino merasa kemarahan Lizora kali ini lebih menggemaskan dari biasanya.
"Sini," ucap Elfino sambil menggeser mangkuk Lizora ke arahnya. "biar gue yang tiup, atau lo mau disuapin juga?"
"Gak," tolak Lizora sambil menarik kembali mangkuk itu. "gue bisa sendiri. Gausah sok perhatian deh! Lo makan aja."
Elfino hanya mengangguk. Dia memilih menurut saja, daripada harus berdebat lebih panjang dengan Lizora. Bisa makan satu meja dengan Lizora saja, sudah membuat Elfino merasa senang. Dia tidak mau merusak momen langkah ini.
"Gue ikut senang deh, liat Elfino sama Zora," ucap Diovan yang melihat Elfino dan Lizora dari posko depan. Dia meletakkan kartu dan menghentikan permainan, lebih tertarik melihat ketua gengnya yang sedang kasmaran.
"Iya, jadi baper gue!" sahut Clemen, sependapat dengan Diovan. "jiwa jomblo gue jadi meronta-ronta."
"Makanya, Cle, cari pacar sana," suruh Frico. "biar lo gak jomblo terus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Elfino (Proses Revisi)
Teen FictionSama-sama pernah dikhianati, bagaimana Elfino dan Lizora bisa jatuh cinta lagi?