Chapter 42: Irene dan Jenna.

1.9K 108 2
                                    

*****

cinta punya banyak arti lain. aku merasa senang hanya dengan melihatmu tertawa, kurasa itu juga disebut cinta.

*****

Pesta baru berakhir tepat jam 12 malam. Lizora dan Kelvan menjadi orang terakhir yang pulang ke mansion, karena Arya dan Alvera sudah pulang sejak jam 10 malam tadi. Mereka hendak masuk lewat pintu utama, tetapi sebelum Kelvan sempat meraih gagang pintu, Lizora sudah lebih dulu menahan lengannya.

Kelvan mengernyit bingung karena Lizora tiba-tiba menghentikannya untuk membuka pintu. Namun, setelah mendengar suara keributan dari dalam, Kelvan langsung paham mengapa Lizora mencegahnya masuk ke dalam mansion. Terdengar suara Arya yang sedang marah besar, serta tangisan seorang wanita. Dari suara itu saja, Lizora sudah tau apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam sana?

Dugaan Lizora benar! Tidak lama setelah itu, pintu utama dibuka dari dalam memperlihatkan Jenna yang membawa sebuah tas besar di tangan kanannya. Lizora dan Kelvan refleks mundur.

"Mau kemana lo?" tanya Lizora sekedar basa-basi. Dia tentu sudah tau, Jenna akan pergi dari mansion setelah ia sempat melirik ke arah tas besar yang dibawa gadis berkacamata itu. "mau keluar dari mansion ini? emangnya, kalau lo keluar dari sini, lo mau tinggal dimana?"

"Itu bukan urusan, Non Zora!" ujar Jenna. Nada suaranya langsung meninggi.

Setelah mengatakan itu, Jenna benar-benar pergi. Lizora hendak mengejarnya, tetapi Kelvan memegangi lengannya dengan cepat seraya menggelengkan kepala.

"Biarin aja Jenna pergi, Syen," ucap Kelvan. "sekarang, lebih baik kita masuk ke dalam!" ajaknya.

Lizora menghela nafas, lalu melangkah masuk ke dalam mansion lebih dulu. Sementara itu, Kelvan mengikutinya dari belakang. Begitu masuk ke dalam mansion, Lizora langsung terpaku. Dia melihat Arya yang berdiri dengan raut marah, bahkan urat leher sang ayah masih begitu ketara. Selain itu, ada Alvera yang  duduk di sofa sembari memijat pangkal hidungnya, dan ada juga Bi Lisna yang terduduk di lantai sambil menangis.

Arya menjadi orang pertama yang dihampiri oleh Lizora. "Ada apa ini, Pa?"

Arya tidak menjawab dan langsung memeluk Lizora erat. "Maafkan Papa, Zora," ucapnya penuh rasa sesal.

"Maaf?" cicit Lizora. Dia melepaskan pelukan Arya, lalu menatap sang ayah itu. "maaf untuk apa, Pa?"

"Maaf karena Papa belum bisa menjaga kamu dengan baik," ucap Arya. "Papa terlalu lalai, sehingga Papa tidak tau ada orang yang berniat mencelakai kamu di rumah Papa sendiri."

"Maksudnya?" Lizora mengernyit bingung. "siapa yang berniat mencelakai Zora, Pa?"

"Jenna," jawab Arya sehingga membuat Lizora terkejut dalam beberapa detik. "dia mencoba menikam kamu dengan pisau, begitu kamu pulang dari pesta."

"Jadi ... itu alasan Papa mengusir Jenna?"

Arya mengangguk. "Iya," jawabnya. "Papa tidak mau mengambil resiko untuk keselamatan kamu, jika tetap membiarkan Jenna tinggal di mansion ini!"

Bi Lisna berdiri. Dia mendekati Lizora dan memegang lengan gadis itu. "Non Zora, Bibi minta maaf atas nama Jenna," ucapnya penuh permohonan. "Bibi tau, putri Bibi memang salah. Tapi Bibi mohon, maafkan Jenna, Non."

Elfino (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang