*****
jarak ternyata tidak cukup untuk membuatku melupakan mu
*****
Sudah pukul delapan malam, tapi Lizora masih berada di dalam ruang rawat Bougenville, menunggu Elfino yang masih enggan melepas genggaman di tangannya. Lizora ingin sekali pulang, lagipula ini sudah lebih dari batas waktu yang dia berikan. Lizora merasa bodoh, bagaimana bisa dia menuruti kemauan Elfino untuk menemaninya lebih lama. Padahal Lizora tau, akhirnya akan seperti apa? Elfino tidak akan mengizinkannya pulang dengan mudah.
"Elfino, gue mau pulang," ucap Lizora setelah diam cukup lama menahan rasa kesal. "ini udah lebih dari tiga puluh menit."
Bukannya melepaskan tangan Lizora, Elfino justru menggenggamnya semakin erat sambil menatap Lizora penuh permohonan.
"Gue masih pingin lo disini, Ra," balas Elfino. "setidaknya, lo bisa nunggu sampai mama gue datang."
"Gak, enak aja lo!" Lizora melotot marah. "gue gak mau ketemu mama lo, ya! Nanti mama lo bisa salah paham sama hubungan kita."
"Emang kenapa sih?" tanya Elfino masih bisa santai, meski Lizora sudah terlihat sangat kesal. "nanti gue tinggal bilang sama mama, kalau lo itu pacar gue."
"Gue belum jadi pacar lo, ya!" balas Lizora merasa tidak terima. "enak aja, main ngaku-ngaku."
Elfino tersenyum sambil menaik-turunkan alisnya. "Yakin, gamau jadi pacar gue?"
"Yakinlah!" jawab Lizora tanpa ragu.
"Gak nyesel, kalau misalnya gue pilih cewek lain buat dijadiin pacar?"
"Gak!"
"Kok jawabnya singkat- singkat gitu," ucap Elfino sambil melihat wajah Lizora yang sedikit ditekuk. "cemburu, ya?"
"Idih, pede banget sih lo!" balas Lizora tidak bisa santai. "gue pulang aja deh, lo lama-lama ngeselin."
Lizora berdiri dan hendak pergi, tapi Elfino masih tidak melepaskan tangannya.
"Lepasin, Elfino!" suruh Lizora.
Kalau tidak ingat Elfino sedang sakit, Lizora sudah mendorong cowok itu sejak tadi karena lancang memegangnya.
"Gue izinin lo pulang, tapi harus dianterin Arthur." Elfino akhirnya mengalah, merasa sudah terlalu lama menahan Lizora tetap bersamanya. "gue gak mau lo pulang sendiri. Ini udah malam, bahaya buat cewek!"
"Gue gak mau dianter Arthur!" tolak Lizora, tidak berusaha menutupi rasa kesalnya pada Arthur yang sudah nekat menculiknya. "gue bisa pulang sendiri, lagian belum terlalu malam juga kok."
"Gak boleh!" balas Elfino, melarang Lizora pulang sendiri karena terlalu mengkhawatirkan gadis itu. "kalau gak mau sama Arthur, biar gue suruh yang lain anterin lo pulang. Mau sama siapa?"
"Kalau lo maksa ... gue mau diantar sama Maxime aja," putus Lizora, tidak mau berdebat lebih panjang yang hanya akan membuatnya lebih lama berada di rumah sakit. "Maxime kan pendiam, gak banyak ngomong. Jadi, gue nggak akan merasa terganggu kalau semobil sama dia."
"Oke, seperti yang lo mau!" Elfino menuruti kemauan Lizora. "Maxime," panggilnya sedikit keras agar Maxime yang berada di luar ruang rawat bisa mendengar.
Pintu ruang rawat terbuka dari luar, Maxime langsung masuk dan mendekat ke ranjang Elfino. "Ada apa?" tanyanya.
"Gue mau minta tolong," jawab Elfino melihat ke arah Maxime. "anterin Zora, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Elfino (Proses Revisi)
Teen FictionSama-sama pernah dikhianati, bagaimana Elfino dan Lizora bisa jatuh cinta lagi?