Chapter 33: Identitas Syenna

2.4K 156 14
                                    

*****

terima kasih karena telah memilih lahir ke dunia ini, sebab kehadiranmu benar-benar membuatku mengucapkan syukur setiap hari.

*****

Berawal dari melihat kedekatan antara Elfino dan Jenna, membawa berbagai pertanyaan muncul di kepala Lizora yang membuatnya semakin merasa penasaran dari hari ke hari. Mulai dari pertanyaan bagaimana awal mereka bisa bertemu, bagaimana asalnya mereka bisa dekat, dan berbagai pertanyaan lain yang serupa. Dan, untuk menjawab semua pertanyaan itu sekaligus menuntaskan rasa penasarannya, hari ini Lizora memutuskan untuk bertemu Diovan dan menanyakannya langsung pada laki-laki itu.

Sejauh yang Lizora tau, hanya Diovan satu-satunya inti Ferelix yang merasa sedikit tidak suka dengan Jenna. Karena itulah, Lizora merasa bisa mengorek sebuah informasi dari mulut si playboy SMA Lavender itu.

"Hai, Van," sapa Lizora. Dia terang-terangan menghampiri Diovan ke kelas XI IPA 5 sehingga Elfino juga bisa melihatnya.

Elfino langsung berdiri melihat kehadiran Lizora. "Hai, Ra," balasnya. "lo nyari gue, ya?"

Lizora memutar bola matanya malas. Dia tidak tau, Elfino ini benar-benar tidak dengar atau hanya pura-pura saja.

"Lo gak dengar ya, gue manggil nama Diovan tadi?" balas Lizora ketus. Wajahnya datar seperti biasa. "jangan terlalu percaya diri, deh!"

"Kenapa nyari gue, Zor?" tanya Diovan to the point.

"Gue ada urusan sama lo, Van," jawab Lizora. "Bisa, ikut gue sekarang?"

"Lo gak boleh pergi, Van!" sahut Elfino langsung melarang sebelum Diovan sendiri yang menjawab. Wajahnya langsung berubah kesal dengan tatapan tajam.

"Lo gak punya hak melarang Diovan untuk pergi sama gue," balas Lizora tidak mau kalah. Dia bahkan berani membalas tatapan Elfino dengan tatapan tajamnya juga.

"Gue punya hak," tekan Elfino seraya melangkah lebih dekat kepada Lizora. "gue ketua geng Ferelix, dan Diovan adalah anggota gue."

Lizora tersenyum sinis. "Lo cuma ketua geng nya aja, kan?" balasnya sengit. "lagian, bukan lo yang ngasih Diovan makan. Jadi, lo sama sekali gak punya hak melarang Diovan!"

Setelah mengatakan itu, tanpa disangka, Lizora menggenggam tangan Diovan seraya menatapnya. "Ayo, Van!" ajaknya, lalu benar-benar membawa Diovan pergi dari sana.

Elfino memukul dinding dengan kepalan tangannya. "Sialan," umpatnya tidak bisa lagi ditahan.

"Lo harus tetap tenang, El," ucap Arthur menasehati seraya menepuk-nepuk bahu Elfino. "mungkin aja, Zora emang lagi ada urusan sama Diovan. Mereka gak akan bertindak macam-macam, percaya sama gue!"

"Mereka punya urusan apa?"

Arthur mengangkat kedua bahunya. "Mana gue tau, El," balasnya.

"Udahlah, El," sahut Frico. "biarin aja sih, Zora sama Frico. Gue liat mereka cocok kok! Ceweknya egois, cowoknya emosian, pas banget kan?"

"Co!" tegur Clemen kesal. "lama-lama mulut lo gue sumpal sepatu, ya! Sembarangan banget kalau ngomong."

"Gausah ribut," sahut Maxime menengahi.

*****

"Jadi, lo mau ngomongin soal apa, Zor?"

Saat ini, Lizora sudah membawa Diovan ke kelas kosong yang waktu itu sempat dia datangi bersama Jenna. Dari semua tempat di sekolah, Lizora merasa tempat ini jarang dijangkau. Dia sengaja mencari tempat yang sepi agar tidak ada yang mendengar pembicaraannya dengan Diovan.

Elfino (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang