Chapter 37: Elfino Menyesal

2.8K 169 18
                                    

*****

hal sederhana pun akan terasa istimewa untuk dilakukan jika bersama kamu.

*****

Semalam, Elfino benar-benar dihantui rasa bersalah kepada Lizora. Dia tidak berhenti menyalahkan diri sendiri atas sikapnya yang ia anggap terlalu berlebihan dalam membela Jenna. Berasal dari rasa bersalah itu, pagi ini, Elfino sudah berada di sekolah khususnya di depan kelas XI IPA 1. Dia berjalan mondar-mandir sejak tadi, seperti sedang menunggu nilai ujian keluar saja.

Tidak jauh dari jaraknya berdiri, Elfino melihat Belva berjalan ke arahnya. Gadis jutek itu hanya datang sendiri.

"Belva," panggil Elfino seraya melambaikan tangan agar Belva segera menghampirinya.

Di depan sana, Belva terlihat memutar bola mata jengah. Tetapi, dia tetap berjalan menghampiri Elfino. Bagaimana tidak, Elfino saja berdiri di depan kelasnya.

"Kenapa?" tanya Belva. Wajahnya datar, melihat Elfino tanpa minat. "pagi-pagi udah di depan kelas orang," sindirnya.

"Zora mana?" tanya Elfino to the point. "udah jam segini, tapi kok belum datang."

"Gue gak tau," jawab Belva. Sejujurnya, hari ini Lizora belum mengirimi pesan apapun padanya.

"Benar, lo gak tau?" ulang Elfino. "biasanya kan kalian selalu bareng."

"Kalau gue bilang nggak tau, ya, nggak tau," sentak Belva emosi.

Frico kok bisa tahan punya pacar galak gini, batin Elfino heran.

"Gausah marah-marah, Bel," ucap Elfino berusaha sabar menghadapi mulut pedas gadis itu. "gue kan cuma nanya."

"Ya, lo kebanyakan nanya!" balas Belva. "bikin gue jadi kesal tau, nggak?"

"Iya, iya, sorry." Elfino memilih mengalah daripada terkena amarah Belva. "gue ke kelas duluan, deh. Kalau ada kabar dari Zora, kasih tau gue, ya!"

"Hm."

Setelah itu, Elfino benar-benar pergi daripada Belva emosi dan malah memakinya nanti.

*****

"Elfino."

Saat dalam perjalanan ke kelas, Elfino tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang paling dia hindari agar tidak sampai bertemu di sekolah ini.

"Mau ngapain lo muncul dihadapan gue?"

"Aku mau ketemu kamu, El."

Elfino berdecih. Dia menatap tajam lawan bicaranya saat ini. "Sayangnya, gue gak mau ketemu lo," balasnya sarkas. "pergi dari hadapan gue sekarang!"

Irene. Gadis itu adalah Irene, mantan kekasih Elfino. Hubungan mereka berakhir karena Irene ketahuan selingkuh. Saat itu, Elfino marah besar sehingga memutuskan untuk mengakhiri hubungan. Sejak saat itu, Elfino tidak lagi percaya dengan hubungan yang mengatasnamakan 'cinta' sebelum Elfino mengenal Lizora, dan perlahan mulai mempercayai adanya perasaan cinta lagi.

"Kalau aku gak mau gimana?" balas Irene menantang.

"Kalau gitu, gue aja yang pergi!"

Elfino hendak pergi, tetapi dengan berani Irene memegangi lengannya.

"Lo apaan sih? Lepasin gue!" sentak Elfino sehingga pegangan di lengannya terlepas dengan mudah.

"Kamu kasar banget sih, El," ucap Irene.

"Cewek kayak lo emang pantas dikasari!" balas Elfino kesal.

"El, kamu tuh gak boleh terlalu benci sama aku," ucap Irene. Nada suaranya sengaja dilembutkan. "gini-gini, aku pernah menjadi seseorang yang kamu sayang."

"Itu dulu ... sebelum lo selingkuh dari gue," balas Elfino sarkas.

"Tetap aja. Aku ini mantan terindah kamu, kan?" ucap Irene penuh percaya diri. "buktinya, sejak kita putus, kamu sama sekali gak pacaran lagi. Pasti kamu belum move on dan berharap balikan sama aku, kan?"

Elfino tertawa pelan. Menurutnya, kalimat Irene terdengar sangat lucu di telinga. "Sadar, Ren," balasnya. "jadi orang jangan terlalu percaya diri! Lagian, buat apa gue gamon sama mantan yang udah berkhianat? Itu cuma buang-buang waktu."

"Kamu yang harusnya sadar, El!" sentak Irene. "kamu suka sama Zora, kan? Tapi sayangnya, Zora gak akan pernah suka sama kamu. Kasihan," ejeknya.

"Lo gak perlu ikut campur urusan gue sama Zora," peringat Elfino tegas. "gue sama sekali gak butuh pendapat lo, paham?"

Irene tersenyum seraya menatap Elfino lekat. Dia melangkah lebih dekat. "Dengar ya, El," ucapnya. "lebih baik kalau kamu lupain Zora, karena Zora gak akan pernah bisa menerima kamu. Lagian, apa sih yang kamu harapkan dari cewek egois kayak Zora?"

"Iya, Zora memang egois," balas Elfino menyetujui. "tapi setidaknya, Zora bukan pengkhianat kayak lo, Ren!"

Irene tersenyum sinis. "Tapi tetap aja," ucapnya. "kamu sama Zora tidak akan pernah bisa bersama. Mau sekeras apapun kamu berjuang, Zora gak akan pernah menghargai itu. Zora trauma dengan sebuah hubungan, karena itu sampai kapanpun ketulusan kamu gak akan ada artinya."

Fakta itu, Elfino juga sudah mengetahuinya.

"Masih banyak cewek yang mau sama kamu, El," ucap Irene. "jangan buang-buang waktu kamu untuk Zora! Kalau kamu mau balikan lagi, bilang ke aku, ya. Aku siap kok menerima kamu lagi."

"Apapun yang terjadi, gue gak akan kembali sama lo lagi, Ren!" tegas Elfino. "gue gak mau jatuh ke lubang yang sama dua kali."

Setelah mengatakan itu, Elfino melangkah pergi, meninggalkan Irene yang pernah menjadi separuh dunianya seorang diri. Cinta yang dulu dimiliki Elfino untuk sosok Irene, kini lenyap tak tersisa.

Elfino telah dikhianati.

*****

"Kak Kel," panggil Lizora.

Gadis itu baru selesai membereskan beberapa barang Kelvan yang berada di rumah sakit. Rencananya, hari ini, kakaknya itu akan pulang karena besok Arya mengadakan pesta untuk merayakan ulang tahun Kelvan.

Kelvan yang duduk di samping ranjang Acavella, menoleh sebatas bahu. "Kamu sudah selesai beres-beres, Syen?"

Lizora mengangguk. Dia berdiri di belakang Kelvan seraya memegang bahu kakaknya itu, ikut melihat ke arah Acavella yang terbaring. "Kak Kel pasti sedih ya, karena harus merayakan ulang tahun tanpa kehadiran Kak Aca?" tebaknya, seolah tau perasaan sang kakak.

"Iya, Syen," jawab Kelvan jujur. "Kakak pingin banget ... Kak Aca bisa menemani kakak untuk potong kue dan tiup lilin."

"Aku paham perasaan, Kak Kel," balas Lizora. Dia juga memiliki harapan yang sama dengan sang kakak, semoga Acavella cepat sadar. "tapi, Kak Kel gak boleh bersedih di hari yang bahagia seperti ini. Tanpa Kak Aca, pestanya mungkin akan terasa kurang lengkap. Tapi, aku kan ada disini! Aku akan menemani Kak Kel potong kue dan tiup lilin nanti."

Kelvan tersenyum tipis. Dia berdiri, lantas memeluk Lizora erat. "Kamu benar, Syen," ucapnya. "selama ada kamu, Kakak gak boleh terlalu sedih. Terima kasih karena sudah menghibur Kakak, Syen."

"Sama-sama, Kak Kel."

*****

terima kasih untuk kalian semua yang sudah mau mampir dan baca cerita ini.

tinggalkan vote dan komen kalian disini, ya.

salam sayang 🤍

*****

Elfino (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang