Chapter 24: Syen and Kak Kel

2.6K 176 8
                                    

*****

seperti krayon yang memberi warna pada gambar, kamu juga memberi warna-warni indah di hidupku yang hitam putih.

*****

Malam semakin larut. Namun, Lizora masih belum bisa tertidur. Setiap kali dia mencoba menutup mata, bayangan tentang Ghaza dan hubungan asmaranya selalu datang. Itu seolah menjadi momok menakutkan yang menghantui Lizora.

Sejak masuk ke kamar hingga sekarang, Lizora hanya berguling di kasur dengan perasaan gelisah. Satu-satunya yang dia butuhkan saat ini adalah Kelvan, kakaknya. Lizora ingin bercerita, menangis sepuasnya jika saja saat ini ada Kelvan bersamanya.

Lizora yang hampir memejamkan mata gagal begitu terdengar ketukan dari luar pintu kamarnya. Dia merubah posisinya menjadi duduk bersandar di dinding ranjang.

"Masuk."

Rupanya, itu Bi Lisna. Pembantu yang mengasuh Lizora sejak bayi itu masuk dan membawakan Lizora jatah makan malam.

"Bibi cuma mau antar ini, Non," ucap Bi Lisna seraya menaruh nampan berisi makan malam di atas nakas.

"Bawa balik aja makanan nya, Bi," suruh Lizora. "Zora lagi gak nafsu makan."

"Tapi, Non...."

"Tetap gak mau makan, kalau kakak yang suapi?"

Lizora melihat ke arah pintu kamarnya yang terbuka dengan tidak percaya. Sosok yang dia rindukan, sosok yang dia butuhkan, kini ada di hadapannya. Kelvan tersenyum lebar seraya mendekati ranjang Lizora.

Begitu Kelvan duduk di sisi ranjangnya, Lizora langsung memeluknya erat. "Syen senang banget bisa liat kak Kel pulang," ucapnya.

Kelvan melepas pelukan Lizora seraya menatapnya. "Kak Kel juga senang banget bisa ketemu Syen lagi."

Hening melanda. Air mata Lizora keluar begitu saja.

"Syen, kamu nangis?" Kelvan kembali menarik Lizora ke dalam dekapannya seraya mengusap rambut Lizora dengan penuh kasih sayang. "don't cry, Syen. Because a princess doesn't cry."

Lizora berada dalam pelukan Kelvan cukup lama, sampai benar-benar merasa tenang. Dia melepas pelukan itu setelah dirasa perasaannya sedikit membaik, lalu menatap Kelvan. "Aku masih trauma, Kak."

"Kamu ketemu sama si cowok sialan itu lagi?"

Ada amarah dalam setiap kata yang terlontar dari bibir Kelvan. Wajahnya pun menunjukkan itu dengan jelas.

Lizora menggeleng. "Tadi, ada yang bahas soal masa lalu itu," jawabnya jujur. "Itu yang membuat aku jadi teringat lagi."

Hening lagi. Lizora merasa oksigen di sekitarnya semakin menipis setiap kali membahas masa lalunya bersama Ghaza. Dia menghela nafas berat berulang kali. "Aku selalu berusaha lupain trauma itu, tapi ada aja hal yang membuat aku mengingatnya lagi, Kak," jelasnya panjang lebar. "Syen gak mau kayak gini terus, Kak Kel."

Lizora menangis lagi, sehingga Kelvan harus membawa adiknya ke dalam dekapannya lagi dan lagi.

"Don't cry."

"Syen mau sembuh dari luka masa lalu itu, Kak!" ujar Lizora merasa begitu frustasi. "tapi kenapa gak bisa."

Kelvan menggenggam kedua tangan Lizora. "Gapapa, Syen," balasnya berusaha membuat sang adik merasa tenang. "kamu hanya butuh waktu. Seiring berjalannya waktu, semua akan baik-baik saja. Percaya sama kak Kel, hm?"

Lizora mengangguk singkat. Perasaannya jauh lebih lega. "Makasih karena udah selalu mau dengerin Syen, Kak Kel," ucapnya tulus.

"Iya, sama-sama," balas Kelvan.

Elfino (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang