Vote+komen!
💜 Happy Reading 💜
***
Sosok lelaki bertubuh kekar ini kini hanya bisa berbaring lemah di atas tempat tidurnya. Memang sudah dua hari ini kondisinya kurang membaik, tepatnya semenjak pulang dari rumah kontrakan Gavin kondisinya menjadi drop seperti ini."Pa, makan dulu ya? Mama bawain makanan buat Papa." Tiba-tiba seorang wanita paruh baya datang dan masuk menghampirinya. Lelaki bertubuh tegap tinggi yang ternyata Tuan Ratore ini hanya menoleh sekilas melihat kedatangan sang istri.
Nyonya Ratore tersenyum. Ia berjalan mendekat dengan membawa nampan berisikan sepiring makanan dan segelas minuman untuk suaminya.
"Makan dulu ya? Papa dari dua hari lalu susah sekali untuk makan, jangan sampai nanti kondisi Papa semakin drop Pa," ujarnya lembut.
"Papa tidak lapar Ma." Tuan Ratore menepis pelan sesendok makanan yang hendak Nyonya Ratore sodorkan padanya.
"Sampai kapan sih Papa akan seperti ini terus? Papa tidak kasihan sama badan Papa? Kalau Papa yang sakit Mama juga yang repot Pa, Papa jangan egois, Papa harusnya bisa menyayangi badan Papa, jangan siksa diri Papa sendiri seperti ini Pa." Nyonya Ratore terlihat begitu emosi dan berkaca. Satu sisi ia sangat kesal, tapi disisi lain ia juga khawatir dan cemas akan kesehatan suaminya itu.
Air mata Tuan Ratore menetes perlahan mendengar bentakan yang keluar dari mulut istrinya itu. Sebenarnya ia juga tidak bermaksud membuat istrinya cemas dan khawatir, tapi apa daya, kini hati dan fikirannya memang hanya tertuju pada Kenzo dan Kenzo, cucu kesayangannya.
"Papa kangen Kenzo Ma." Tuan Ratore memandang lirih wajah cantik istrinya itu.
"Papa ingin bertemu dia. Papa janji kalau Papa sudah bertemu Kenzo Papa akan mau makan. Papa sangat rindu Kenzo Ma, sangat rindu dia," lanjutnya kini berderai air mata.
Nyonya Ratore hanya diam. Ia bingung harus berbicara apa, kepalanya menggeleng lemah dengan bulir bening air mata yang ikut menetes mengalir dari pelupuk matanya.
"Dua hari lalu Papa kerumah Gavin. Papa bawain mainan banyak untuk Kenzo. Papa dapat alamat rumah Gavin dari Reno. Papa sangat senang Ma karna Papa bisa bertemu Kenzo, makanya Papa beliin dia mainan yang sangat banyak. Tapi ternyata Papa salah, bukan Kenzo yang Papa temui, Papa justru melihat Gavin merusak semua mainan yang akan Papa berikan untuk Kenzo. Dia merusaknya Ma, bahkan Gavin menendang layaknya seperti sampah yang patut dibuang. Dia tidak menghargai Papa, padahal Papa yakin Gavin tahu itu pemberian Papa, Gavin juga pasti lihat kalau mobil Papa masih terparkir di dekat halaman rumahnya. Dia tega Ma, Gavin kejam sama Papa hiks." Dada Tuan Ratore terasa semakin sesak mengingat kejadian dua hari lalu. Rasanya itu bagaikan mimpi buruk yang sangat sulit untuk dilupakan dan dihilangkan dari memori ingatannya.
"Separah itukah Pa? Seburuk itu kan perlakuan Gavin terhadap Papa?" Nyonya Ratore memejamkan matanya lirih.
"Salah Papa apa sih Ma? Kenapa Gavin bisa sampai sebegitu bencinya terhadap Papa? Papa menyayanginya tulus Ma dari dia kecil, tapi ini balasan yang Papa dapatkan dari dia.
Sakit Ma, sangat sakit," ujar Tuan Ratore terisak. Nyonya Ratore mendekat dan mendekap tubuh kekar suaminya itu. Rasanya ia tidak mampu berkata lagi, dadanya sendiri sangat terasa sesak, jantungnya bagaikan ditusuk secara langsung dengan benda tajam. Benar-benar sakit, bahkan sangat sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband (On Going)
Любовные романыFollow sebelum membaca demi kepentingan kita bersama: ) Genre romance! Warning 17+ Ini tentang kehidupan seorang gadis dan pemuda. Seorang gadis yang terus-menerus menangis dan meratapi kehidupannya yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Dia yang...