MDH 56

1K 61 11
                                    

Vote+komen!

💜Happy Reading💜

***
Wajah yang dulu selalu terlihat tegas dan menakutkan ini seolah lenyap dan berganti menjadi wajah murung penuh kesedihan. Kedua bola matanya sedikit berkaca melihat isi ruangan kamar Kenzo sang cucu yang kini sudah tidak terlihat lagi bayi mungil itu, semuanya menjadi sepi, celotehan riangnya pun tidak terdengar disana.


"Opa kangen kamu Nak. Apa Opa benar-benar akan kehilangan kamu?" lirihnya menyentuh bingkai foto kenzo di atas laci kecil di dekatnya.

"Paaaa ... uhh Paaaa ... Kennn mbumm." Tangan kekarnya tiba-tiba meraih mobil-mobilan kecil berwarna merah kesukaan Kenzo. Suara mungil Kenzo seolah terdengar dan menyuruhnya agar mengambil mobil-mobilan tersebut.

"Kamu tega sama Papa Vin, kamu tega memisahkan Papa dengan Kenzo, Papa sayang dia, Papa sangat menyayangi anak kamu. Jangan pisahkan Papa dengan Kenzo Gavin," lirihnya tak sanggup lagi menahan air mata. Dada yang terasa sesak, juga hati yang pilu akan keadaan saat ini yang sudah dia takutkan sejak dulu.

"Gavin mau bicara empat mata dengan Papa!" Tiba-tiba Tuan Ratore menoleh kaget mendengar suara Gavin yang sudah berdiri di ambang pintu kamar Kenzo.

"Ga ... Gavin?" pekiknya kaget namun tersirat sedikit senyuman.

"Kenzo mana? Kamu tidak jadi pergi dari rumah ini 'kan Vin? Papa kangen sama Kenzo, mana dia? Papa pingin gendong." Tuan Ratore beranjak mendekati Gavin, kedua bola matanya dia putar mencari sosok bayi mungil yang sangat disayanginya.

"Gavin kesini bukan untuk kembali. Tapi Gavin kesini untuk mengembalikan semua milik Papa. Ini bukan milik Gavin, jadi silahkan Papa ambil dan Gavin tidak akan pernah memakainya lagi. Permisi," ujar Gavin singkat menyodorkan dompet, kunci mobi, beserta handphone dan beberapa barang berharga lain yang harganya cukup mahal dan tentunya dibeli dengan menggunakan uang Tuan Ratore.

"JLEGG!!"

Serasa disambar petir dada Tuan Ratore mendengar dan melihat dengan mata kepalanya sendiri apa yang dilakukan oleh Gavin putra angkat yang sudah dianggapnya anak kandung sendiri itu, tubuhnya mematung tanpa bisa berkata-kata lagi, sedangkan Gavin langsung berlalu begitu saja setelah mengembalikan semua fasilitas yang dipakainya selama ini.

"Jadi kamu benar-benar marah sama Papa Gavin? Apa tidak ada sedikit pun celah maaf untuk Papa Vin? Papa tulus menyayangi kamu, Papa tulus merawat dan mendidik kamu, tapi ini balasannya?" Tubuh Tuan Ratore terkulai lemas duduk di atas tempat tidur dimana biasanya Kenzo ditidurkan disana, kedua bola matanya melirik dompet, kunci mobil, jam tangan juga handphone milik Gavin yang kini sudah berada ditangan kanannya.

"Papa tidak butuh semua ini Gavin, yang Papa inginkan itu kamu, kamu dan Kenzo. Kalian harta Papa yang paling berharga dari semua ini, Papa tidak butuh Vin, Papa TIDAK BUTUHH!!" Tiba-tiba Tuan Ratore melempar semua barang yang dipegangnya ke atas lantai.

"BRAKSSS!!"

Kunci mobil, dompet yang berisikan kartu ATM dan beberapa lembar uang juga handphone dan jam tangan hitam milik Gavin yang selalu Gavin pakai itu kini berserakan di atas lantai, semuanya hancur seperti hancurnya hati Tuan Ratore saat ini.

"Papa tidak butuh semua itu Gavin, Papa tidak butuh." Tuan Ratore memejamkan matanya lirih. Hati dan tubuhnya benar-benar terasa hancur melihat semua kenyataan yang kini sudah terjadi depan matanya, kenyataan yang sangat dia takutkan dan semuanya sudah terjadi saat ini.

My Devil Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang