MDH 28

1.8K 79 34
                                    

Vote+komen!

💜Happy Reading💜

***
Gavin baru saja pulang dari kantornya. Wajahnya terlihat begitu berseri-seri. Bahkan sangat berseri menampakkan raut wajah gembiranya. Entah dia sudah mendapatkan apa sehingga terlihat begitu bahagia seperti itu.

"Emm, Alin mana ya? Kok dari tadi gak kelihatan? Padahal aku punya sesuatu nih buat dia, pasti Alin bakalan suka deh," gumam Gavin celingukan mencari keberadaan istrinya itu. Dia melirik kearah benda kecil yang dari tadi digenggamnya, langkahnya pun semakin dia percepat karena tak sabar ingin memberikan benda kotak berwarna merah itu pada sang istri.

Aduh... Kamu dimana sih sayang? Aku gak sabar banget nih pengen lihat ekspresi wajah kamu kalau aku kasih kalung ini. batin Gavin sudah tidak sabar menahan rasa bahagianya itu. Dia pun berlari kecil menaiki tangga rumahnya itu menuju kamarnya yang terletak di lantai atas.

Akhirnya ketemu juga. batin Gavin tersenyum lega saat melihat sosok yang dia cari berdiri menghadap kearah luar jendela kamarnya. Gavin pun langsung menghampiri Alin dengan perasaannya yang sudah campur aduk itu.

"Akhirnya aku bisa meluk kamu juga Al, rasanya kangen banget seharian gak ketemu," gumam Gavin melingkarkan kedua tangannya di perut Alin. Sementara wajahnya menghirup aroma parfume di leher Alin.

"Engh, Vin geli..." Alin bergidik karena Gavin menciumi lehernya. Dia pun membalikkan badannya agar menghadap kearah Gavin.

"Kenapa? Gak boleh ya?" Gavin menatap heran wajah Alin. Alin tersenyum geli melihat ekspresi wajah Gavin yang terlihat polos itu.

"Bukannya gak boleh, tapi kamu baru pulang. Mandi dulu gih," jelas Alin lembut. Dia menempelkan kedua tangannya di pipi Gavin dan sedikit mencubitnya karena gemas.

"Ish... Main cubit-cubit aja, sakit tau sayang. Lagian Aku tuh kangen banget sama kamu, jadi gak papa dong kalau aku meluk istri aku sendiri dan menunda acara mandinya?" ujar Gavin balik mencubit kedua pipi Alin, kemudian tangannya pun menarik pinggang Alin agar kembali ke dalam dekapannya.

Alin hanya tersenyum kecil dan pasrah saja terhadap keinginan Gavin. Matanya menatap teduh kedua bola mata Gavin yang masih terlihat berseri-seri itu.

"O iya sayang, aku punya sesuatu nih buat kamu. Kamu pasti suka deh," Tiba-tiba Gavin melepaskan pelukannya dan memperlihatkan kotak kecil berwarna merah di tangannya. Dia membuka kotak merah tersebut dan menunjukkan sebuah benda berwarna putih perak dengan hiasan berlian-berlian kecil dan terdapat inisial huruf tepat ditengahnya. Alin hanya melongo melihat benda yang Gavin tunjukkan. Dia tidak percaya melihat kalung berwarna putih perak berkilau itu, matanya langsung berkaca-kaca karna kalung itu memang terlihat sangat indah, terlebih lagi harganya pasti bukan hanya belasan juta tapi lebih.

"I...itu... Itu buat aku?" tanya Alin gugup. Gavin mengangguk kecil dan tersenyum.

"Aku pakein ya sayang?" tawar Gavin lembut. Alin mengangguk segera karena tidak sabar ingin mengenakan kalung indah tersebut.

Dengan senang hati Gavin pun memakaikan kalung indah tersebut di leher putih Alin. Dia begitu bahagia karena sepertinya Alin menyukai pemberian darinya itu.

"Gimana sayang? Kamu suka gak? Kalungnya memang sengaja aku pesan. Dan aku juga sengaja membuat sebuah inisial AG yang artinya Alin Gavin. Aku juga sengaja memesan agar menambahkan sebuah permata tepat ditengah-tengahnya antara huruf A dan G karena aku sangat berharap kalau kelak dikeluarga kecil kita akan segera hadir permata hati kita, buah cinta kita Al, aku sangat berharap sayang," jelas Gavin menjelaskan secara rinci makna dari benda yang kini melingkar di leher putih istrinya itu.

My Devil Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang