Vote+komen!
💜Happy Reading💜
***
Pemuda bertubuh tinggi tegap ini terlihat begitu asik melihat-lihat lembaran demi lembaran secarik kertas di tangannya. Bibirnya tak henti tersenyum melihat kertas warna-warni yang digenggamnya."Lo mau apa lagi sih Van? gue mau langsung pulang nih. Kalau lo narik gue ke sini cuma buat itu lagi kenapa gak lo lakuin sendiri aja? Lo 'kan bukan anak kecil yang harus terus-terusan minta bantuan gue," Lelaki bernama Daniel itu sangat risih kalau Devan sahabatnya sudah menariknya ke halaman belakang kampus.
"Hehehe gue belum berani kalau langsung ngomong ke orangnya El, jadi gue minta tolong lo lagi, tolong anterin surat ini ya? Bilang aja ini dari M.r D sipengagum rahasia." Devan menyodorkan secarik kertas yang sudah dia hias dengan rapi dan di dalamnya pun terdapat kata-kata yang dia rangkai.
"Hufth ... kenapa gak langsung minta nomor telponnya sih? Id line atau alamatnya gitu biar bisa lo datengin? Bukan pake surat menyurat kaya gini," gerutu Daniel kesal.
"Udah ... ikutin aja permainan gue. Lo kasih surat ini buat Alin. Nanti kalau gue sama Alin udah jadian gue gak akan minta tolong lagi deh, dan ini ada ongkos kirimnya buat lo." Devan menyerahkan dua batang coklat kearah Daniel.
"Hah? Coklat lagi Van? Gigi gue bisa sakit kalau setiap hari lo cekokin coklat terus. Seminggu aja coklat gue bisa sekardus, uh lo tuuh." Wajah Daniel melemas melihat coklat-coklat itu lagi.
"Hehehe abis lo kalo gue kasih uang lo 'kan anak orang kaya juga, jadi mending gue kasih coklat deh. Yaudah ya gue pulang dulu, jangan lupa kasih suratnya buat Alin, bye," pamit Devan buru-buru pergi.
Daniel malah diam mematung memperhatikan secaik kertas yang dipegangnya.
"Yang kemaren aja belum gue kasih ke Alin, sekarang lo udah nyuruh gue lagi Vin. Gue kerjain juga lo, hahaha ... lihat aja suratnya gak bakal gue kasih ke Alin. Lagian jadi cowok cemen banget, masa nyuruh-nyuruh terus? Huhh Devan cemen!" Daniel kemudian berlalu pergi meninggalkan kampusnya.
"Hahaha ... Kalau inget masa-masa waktu kuliah dulu emang lucu. Vin ... andai lo masih ada di sini, gue yakin lo pasti jadi manusia yang paling bahagia bisa menikahi Alin. Tapi ternyata takdir berkata lain, padahal perjuangan lo buat dapetin Alin itu sangat butuh perjuangan. Hmm." Daniel tertawa kecil mengingat kejadian beberapa tahun silam. Dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Bibirnya tak henti tersenyum melihat beberapa surat cinta Devan yang tidak dia sampaikan pada Alin.
"Lo itu satu-satunya sahabat gue Vin, jujur sebenernya gue juga suka sama Alin, tapi gue lebih rela lo sama Alin karna mencari sahabat seperti lo sangat susah. Gue sangat senang kalau lo bahagia, tapi ternyata kebahagiaan lo tidak berangsur lama, gue turut berduka cita karna lo sudah harus bertemu Tuhan lebih cepat," lirih Daniel mengingat saat kecelakaan maut yang menimpa Devan.
"Kalau saja waktu itu lo nyuruh gue gantiin posisi lo untuk Alin, gue pasti akan jadi lelaki yang paling bahagia. Tapi sayangnya adik lo yang lebih beruntung. Gue gak tahu kabar keluarga Alin dan adik lo seperti apa, tapi yang pasti gue yakin mereka bahagia Vin. Bahkan gue pernah denger kabar kalau Alin udah punya anak. Kalau ada kesempatan kedua untuk milikin Alin gue mau Vin, tapi apa itu mungkin?" Daniel berbicara sendiri layaknya didekatnya itu ada Devan, dia tersenyum bahkan tertawa sendiri seperti orang yang kehilangan akal sehat.
"Enggak, Alin udah bahagia dengan suaminya. Kalau Alin menderita baru gue akan turun tangan. Gue gak mau kalau perempuan seperti Alin menderita, dia lebih pantas mendapat kebahagiaan bukan penderitaan." Daniel beranjak dari tempat tidurnya. Dia menyimpan kembali secarik kertas-kertas tersebut di laci kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband (On Going)
RomanceFollow sebelum membaca demi kepentingan kita bersama: ) Genre romance! Warning 17+ Ini tentang kehidupan seorang gadis dan pemuda. Seorang gadis yang terus-menerus menangis dan meratapi kehidupannya yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Dia yang...