Vote+komen
💜Happy Reading💜
***
Setelah selesai mengobati luka di tangan Gavin. Alin tersenyum melihat wajah polos Gavin saat tertidur. apalagi wajah Gavin tidak kalah ganteng dengan wajah Devan kekasihnya yang kini sudah pergi.
"Wajah kamu lucu banget Vin kalau lagi tidur kaya gini.
Tapi gak tau kenapa tiap kamu bicara, Aku takut banget Vin. Apalagi kalau kamu udah ngebentak, rasanya lebih baik Aku kamu pukul dari pada harus kamu bentak. Karena aku paling takut kalau harus dibentak," Alin masih menatap lekat wajah polos suaminya itu. Entah kenapa tangannya seperti ingin sekali menyentuh wajah tampan Gavin. Hingga Alin pun memberanikan dirinya untuk menyentuh pipi Gavin yang mulus itu."Dulu, Devan pernah bilang kalau kamu itu adik yang sangat baik, dan Devan gak pernah sekalipun melihat kamu membentak seorang gadis, karna Gavin tahu kamu itu paling gak bisa ngebentak orang lain. Apalagi seorang perempuan.
Mudah-mudahan aja apa yang Devan bilang itu bener ya Vin. Aku cuma mau kamu gak terus-terusan nyalahin aku, karena aku juga gak mau kaya gini, ini udah takdir Tuhan Vin, dan kita gak bisa mengingkarinya," Alin meneteskan air mata, hatinya begitu sakit kalau mengingat perlakuan Gavin yang sering membentak bahkan tak jarang kalau sudah emosi Gavin pernah menampar pipi Alin. Tapi semua itu Alin tahan karena mungkin itu memang sudah jalan hidupnya yang harus seperti itu.Alin mengelus lembut pipi Gavin. Dia pun merapikan rambut hitam Gavin yang menutupi mata Gavin.
Gavin yang merasakan ada sentuhan di wajahnya pun merasa terusik. Dia pun terbangun dan begitu kaget saat melihat tangan kanan Alin mengelus keningnya.
"NGAPAIN LO DISINI?" bentak Gavin dengan sangat nyaring yang berhasil membuat Alin kaget dan ketakutan.
"Ma..maaf Vin, ta..tadi aku, aku cumaa.." ujar Alin begitu gugup dan segera menjauhkan tangannya dari wajah Gavin.
"Halah, apaan sih lo?
Ini juga, GAK USAH LO SOK PEDULI SAMA GUE!" lagi-lagi Gavin membentak Alin. Dia beranjak dan langsung menarik paksa perban yang Alin lilitkan di tangan kanannya hingga luka di tangan Gavin pun kembali mengeluarkan darah segar.Alin hanya menunduk menatapi Gavin yang sudah beranjak meninggalkannya.
"Hiks... Apa aku salah Vin, kalau aku mau mencoba menjadi istri yang baik buat kamu?
Kenapa kamu selalu marah tiap lihat wajah aku? Apa sebegitu bencinya kamu sama aku Vin," ujar Alin lirih sambil membereskan kotak P3K yang dipegangnya, kemudian dia pun segera menyimpan kotak P3K itu dan menyusul Gavin ke dalam kamarnya.
***
Ternyata Gavin sudah tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Posisi tidur Gavin sangat ngasal. Entahlah mungkin dia sangat nyama tidur dengan posisi yang seperti itu. Bahkan kepalanya saja Gavin tutupi dengan bantal.
Alin masuk ke dalam kamar Gavin dan menghampiri tempat tidur Gavin. Alin tersenyum melihat cara suaminya tidur itu. Namun Alin tidak ikut berbaring disamping Gavin. Dia malah mengambil satu bantal dan sebuah selimut lalu menaruhnya di lantai yang tanpa dilapisi oleh karpet atau kain apapun. Alin berbaring di sana karena memang selama menikah dengan Gavin dia tidak diperbolehkan tidur dengan Gavin dan Gavin menyuruhnya tidur di lantai.
Alin pun berbaring di atas lantai yang dingin itu dengan selimut tipis yang menutupi tubuhnya. Tangannya meraih sebuah bingkai photo yang dia simpan di laci kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband (On Going)
RomanceFollow sebelum membaca demi kepentingan kita bersama: ) Genre romance! Warning 17+ Ini tentang kehidupan seorang gadis dan pemuda. Seorang gadis yang terus-menerus menangis dan meratapi kehidupannya yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Dia yang...