MDH 2

5.3K 243 14
                                    

Vote+komen!

💜Happy Reading💜

***
"Braakkkss!" Tiba-tiba Gavin menghantamkan tangan kanannya kesebuah lemari kaca yang terletak di sudut kamarnya.

"Ya ampun Vin, kamu kenapa?
Aku minta maaf kalau semuanya jadi kaya gini, tapi kamu jangan sakiti diri kamu sendiri. Aku minta maaf Vin, aku minta maaf," kaget Alin saat melihat tangan kanan Gavin dipenuhi darah segar yang mengalir begitu banyak. Alin pun segera berjalan menghampiri Gavin karna panik.

"Vin, kamu gak papa 'kan?" tanya Alin pelan dan tangannya mencoba memegang tangan Gavin.

"JANGAN SENTUH GUE!" bentak Gavin kasar dan menepis tangan Alin kemudian berlalu pergi begitu saja.

Alin hanya bisa diam dan menangis melihat sikap Gavin yang selalu seperti itu. Alin memang tidak mengetahui seperti apa sifat Gavin yang baru seminggu ini menjadi suaminya. Yang pasti semenjak peristiwa mengerikan itu terjadi pada Devan, dan Gavin harus menggantikan posisi Devan untuk menjadi suami Alin. Alin selalu mendapat perlakuan kasar dari Gavin, padahal itu semua bukan kemauan Alin atau Devan sekalipun. Tapi itu semua sudah takdir kehendak dari Yang Maha Kuasa.

"Hiks ... aku tau aku salah Vin. Tapi aku juga gak mau nyakitin kamu seperti ini. Aku cuma mau Devan Vin. Aku cuma mau Devan kembali dan menjadi suami aku, bukan kamu," ujar Alin meneteskan air mata sambil menatap kearah Gavin yang sudah berlalu pergi meninggalkannya.

Alin pun langsung membereskan pecahan kaca lemari kamarnya yang tadi Gavin pecahkan dengan kepalan tangannya hingga menjadi pecah dan tangan Gavin sendiri menjadi terluka.

"Seandainya kamu masih ada di sini Van, pasti semuanya gak akan jadi kaya gini," ujar Alin begitu mengharapkan suatu keajaiban terjadi dan dapat mengembalikan Devan Ayah dari bayi yang tengah dikandungnya yang sudah pergi saat hari pernikahannya minggu lalu.

Sementara itu ....

Terlihat Gavin sedang berbaring di atas sofa ruang tamu rumahnya. Tangan kanannya dia biarkan bergelayut ke bawah dengan darah yang terus mengalir. Sedangkan pikirannya benar-benar melayang entah kemana. Dia benar-benar tidak bisa menerima kenyataan pahit yang menimpa dirinya akibat Devan kakak kandungnya telah pergi untuk selamanya dan menyisakan semua bebannya pada Gavin.

Mata Gavin menerawang jauh mengingat kejadian satu minggu yang lalu. Dimana dia harus dipaksa pulang ke Indonesia dan harus menikah dengan perempuan yang sama sekali tidak dikenalnya.

"Pokoknya Papa mau kamu pulang sekarang juga ke Jakarta. Dan gak ada tapi-tapian." Terdengar begitu tegas suara Tuan Ratore yang menyuruh Gavin untuk segera pulang saat itu juga.

"Tapi Pa, Gavin beneran gak bisa ... Gavin harus di sini dulu sampai semua skripsi Gavin selesai Pa. Lagian Gavin udah bilang kok sama Mama kalau Gavin gak bisa hadir ke acara pernikahannya Kak Devan, Gavin minta maaf Pa," jawab Gavin pelan agar Papanya itu bisa mengerti keadaannya.

Namun, Tuan Ratore justru malah membentaknya habis-habisan karna Gavin masih tetap kekeuh tidak mau pulang juga. Bahkan Tuan Ratore mengancam tidak akan mengakui Gavin sebagai anak kandungnya kalau Gavin masih tetap tidak mau pulang juga. Hingga akhirnya Gavin pun terpaksa menuruti apa yang Tuan Ratore katakan meskipun sangat penuh dengan keterpaksaan.

"Kenapa harus Gavin Pa? Mama gak tega kalau Gavin harus menanggung semua ini, kasian Gavin Pa..." ujar Nyonya Ratore lirih bahkan sampai meneteskan air mata.

My Devil Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang