Follow sebelum membaca demi kepentingan kita bersama: )
Genre romance!
Warning 17+
Ini tentang kehidupan seorang gadis dan pemuda. Seorang gadis yang terus-menerus menangis dan meratapi kehidupannya yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Dia yang...
*** Gavin pun masuk ke dalam kamarnya tanpa mempedulikan Alin lagi yang masih tertinggal di luar sana. Dia juga langsung membanting tubuhnya yang lelah akibat menyetir seharian itu di atas tempat tidurnya.
"Hufth... Gila, dia pikir Bogor-Jakarta tuh dekat kali? Main buru-buru pulang aja. Ditanya malah bilang gak papa, tapi tingkahnya malah aneh," gerutu Gavin terlihat begitu kesal. Dia pun membuat posisi tidurnya menjadi telentang sambil menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa putih itu.
Perasaan baru aja kita mesra dan baikan Al, kenapa kamu jadi bersikap kaya gini sekarang? Apa kamu masih memikirkan Devan? Atau jangan-jangan kamu memang hanya mencintai Devan? pikir Gavin dibuat bingung oleh perasaannya sendiri yang sebenarnya cemburu karena Alin seperti yang sedang memikirkan Kakak satu-satunya yang sudah meninggal alias Devan.
Ahh... Rese, ngapain juga gue harus cemburu sama orang yang udah mati? Hufth. pikir Gavin lagi yang langsung membalikkan tubuhnya menghadap kesamping karena tiba-tiba Alin masuk menghampirinya.
"Engh... Vin, ka...kamu marah ya sama aku? Aku...aku minta maaf kalau udah buat kamu kesal, aku...aku cuma..." Tiba-tiba ucapan Alin terpotong.
"Aku capek, aku mau istirahat!" ujar Gavin dingin dan mengubah posisinya lagi menjadi membelakangi Alin.
"Maaf Vin, aku tau aku emang salah. Gak seharusnya aku gagalin acara honeymoon kita, aku...aku..." Lagi-lagi ucapan Alin terhenti karena Gavin langsung memotongnya.
"Aku bilang aku CAPEK! Kamu ngerti gak sih?" kesal Gavin menoleh kearah Alin dengan nada suaranya yang sedikit dinaikkan.
"I...iya maaf..." Air mata Alin langsung menetes begitu mendengar ucapan Gavin tadi. Dia tidak menyangka kalau Gavin akan membentaknya lagi. Padahal dia sudah berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi pada Alin.
Hiks... Ternyata semua perubahan sikap kamu hanya bersikap sementara Vin. Maafin aku kalau aku berbuat salah sama kamu. batin Alin yang langsung ikut berbaring di samping Gavin dan dengan beraninya Alin memeluk tubuh Gavin dari belakang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Kira-kira posisi mereka seperti ini ya gengs☺)
"Apa aku salah kalau memori di otak aku ini terus tertuju sama Devan? Apa aku salah kalau aku ingin memastikan apa yang aku lihat tadi itu benar-benar sosok Devan? Apa aku salah Vin? Hiks, aku juga gak tau kenapa perasaan aku jadi kacau kaya gini? Aku enggak tau Gavin," Air mata Alin kembali menetes. Namun dia hanya bisa menangis didalam hatinya saja mengingat tadi Gavin membentaknya.
"Kamu udah janji mau berubah buat aku? Kamu bilang kita akan memulai semuanya dari awal lagi, tapi apa? Sekarang kamu udah bentak aku lagi Vin, aku gak tau apa kesalahan aku begitu besar sampai kamu bentak aku lagi. Aku gak tau Vin," lirih Alin terus menangis di dalam hatinya hingga terdengar sedikit isakan tangisnya oleh Gavin.