Vote+komen!
💜Happy Reading💜
...
Ruangan kamar yang sangat penuh dengan mainan dan cukup luas ini menjadi daya tarik tersendiri untuk Tuan Ratore saat teringat akan sosok cucu kesayangannya. Dia selalu berada di ruangan tersebut, baginya ruangan ini adalah ruangan yang sangat dia sukai karna selalu bisa bercanda gurau dengan Kenzo saat masih tinggal bersamanya."Kamu lagi apa di sana sayang?
Apa kamu masih bisa bermain Nak?
Di sini banyak sekali mainan kesukaan kamu. Opa bahkan masih ingat kalau Kenzo sangat suka sama mobil-mobilan merah ini.
Apa Kenzo tidak mau memainkannya bersama Opa lagi? Opa rindu kamu, kapan kamu bisa tinggal di sini dan bermain bersama Opa lagi?" Tuan Ratore memandang lirih mainan mobil-mobilan berwarna merah kesukaan Kenzo. Dia juga terlihat sedikit memainkan roda mobil-mobilan tersebut dengan jari telunjuknya, persis seperti yang sering Kenzo lakukan."Mainan ini sudah tidak berguna lagi. Semua yang Opa miliki pun tidak ada gunanya sekarang. Opa hanya ingin kamu, kamu satu-satunya harta yang Opa miliki, Opa merindukan kamu," lirihnya menunduk menaruh mobil-mobilan merah yang dipegangnya di atas lantai ruangan yang ternyata kamar Kenzo itu.
Tuan Ratore berjalan pelan, dia kini merain bingkai foto Kenzo yang banyak sekali terpajang disana. Entah saat Kenzo sendiri, bersamanya, dengan sang istri, atau justru bersama Alin dan Gavin. Semua ekspresi wajah lucu Kenzo terpajang disana. Batin Tuan Ratore terasa teriris melihat itu semua.
"Opa rindu celotehan lucu kamu.
Tangisan kamu, juga tawa riang kamu. Apa itu semua masih bisa Opa dengar Nak?" ujarnya berucap pelan seraya mengelus wajah Kenzo di dalam bingkai foto yang dipegangnya."Paaaaa ..."
Tiba-tiba Tuan Ratore terkekeh, mungkin dia merasa sudah tidak waras karna mendengar suara Kenzo memanggilnya.
"Enggak, itu pasti hanya halusinasiku saja. Iya, Kenzo tidak mungkin ada di sini, apalagi sampai memanggilku. Aku memang sudah tidak waras," elaknya dengan mata berkaca.
"Paaaa ..." Namun suara panggilan mungil itu kembali terdengar untuk yang kedua kalinya.
Ya Tuhan, jangan buat aku semakin gila. Aku memang sangat merindukan cucuku, tapi tidak dengan cara seperti ini engkau menghiburku Tuhan. batinnya kini mengeluarkan air mata.
"Uuhh! Paaaa ... Paaaa Zooo Paaaa ..." Tiba-tiba Tuan Ratore menoleh kaget. Dia mendapati bayi mungil yang tak lain adalah Kenzo tengah menarik celana panjang yang dikenakannya. Bayi mungil itu bahkan mencoba berdiri agar dirinya mau menoleh kearahnya dan menyadari kehadirannya.
"Kenzo? Ini benar-benar kamu Nak?
Kamu ada di sini sayang? Kenzo kesini sama siapa? Opa rindu sama Kenzo, Opa kangen Kenzo," lirihnya buru-buru mengangkat tubuh bayi berusia hampir satu tahun itu. Dekapan tulusnya pun bisa Kenzo rasakan begitu hangat."Paaaa ... Zooo Paaaa." Kenzo menyenderkan kepalanya di dada bidang Tuan Ratore. Kedua tangan mungilnya pun seolah membalas pelukan dari Opa tercintanya itu.
"Jangan pernah tinggalkan Opa lagi ya? Opa tidak bisa jauh dari Kenzo, Opa bisa gila Nak. Opa sayang kamu. Opa sayang Kenzo," lirih Tuan Ratore semakin mempererat dekapannya. Bulir bening air mata pun terus menetes membasahi wajahnya.
"Makasih ya sayang. Kamu udah buat Papa kamu bahagia dengan membawa Kenzo kesini, Mama tidak tahu harus berbicara apa lagi. Kenzo dan Papa kamu memang memiliki ikatan batin yang sangat kuat, meski di dalam tubuh Kenzo tidak mengalir darah Papa, tapi keduanya sudah sangat dekat dan sulit dipisahkan.
Terimakasih Alin, terimakasih sayang." Air mata Nyonya Ratore pun ikut menetes haru melihat sang suami dan cucu kesayangannya kini bisa bertemu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband (On Going)
RomanceFollow sebelum membaca demi kepentingan kita bersama: ) Genre romance! Warning 17+ Ini tentang kehidupan seorang gadis dan pemuda. Seorang gadis yang terus-menerus menangis dan meratapi kehidupannya yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Dia yang...