MDH 6

3.2K 185 10
                                    

Vote+komen!

💜Happy Reading💜




***
Setelah cukup lama Alin memandangi foto laki-laki yang sangat dicintainya itu. Alin pun segera beranjak turun dari atas tempat tidur yang dia duduki itu untuk beralih tidur di lantai. Karena dia takut kalau sampai ketiduran di tempat tidur Gavin bisa-bisa Gavin akan semakin marah padanya.

“Aku gak tau sampai kapan aku harus tidur di bawah kaya gini Vin. Padahal aku istri kamu, tapi kamu gak pernah mau tidur sama aku. Spa sebegitu jijiknya aku dimata kamu Vin,” lirih Alin menepuk-nepuk bantal yang akan dia kenakan untuk tidur. Lalu mulai berbaring di atas lantai yang dingin itu hanya dengan beralas selimut tipis untuk menutupi tubuhnya.

“Kalau bukan karena bayi yang ada di dalam rahim aku ini, aku pasti udah nyusul kamu kesana Van. Aku beneran gak kuat di sini. gak ada yang bisa perhatiin aku kaya kamu dulu. Aku kangen kamu Van,” lirih Alin lagi-lagi meneteskan air matanya setiap mengingat sosok Devan yang memang sangat meyayanginya.

Alin pun mencoba memejamkan matanya meskipun sangat sulit karena dia merasa sangat kedinginan. Namun Alin terus berusaha agar matanya segera terpejam dan berharap Devan akan datang di dalam mimpinya nanti.

Ternyata Gavin masih berdiri diambang pintu kamarnya. Air matanya menetes semakin deras melihat apa yang dilakukan Alin di dalam kamarnya. Gavin begitu miris melihat sikap Alin yang ternyata tidak seperti yang Gavin pikirkan.

Aku emang udah salah Al, aku minta maaf sama kamu. Aku bener-bener gak bermaksud menyiksa batin kamu kaya gini. Aku cuma belum bisa menerima semuanya Al, belum bisa. batin Gavin lirih menatap tubuh Alin yang terbaring di atas lantai kamarnya hanya dengan beralaskan selimut tipis yang menutupi tubuhnya.

Hingga akhirnya Gavin pun masuk ke dalam kamarnya dan berjalan pelan menghampiri Alin.

“Hey, bangun lo! Ngapain lo tiduran di lantai kaya gitu?" Gavin mengguncang pelan tubuh Alin dengan kakinya. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini, dia tidak tega tapi dia juga tidak mau menunjukkan perhatiannya itu di depan Alin.

“Al, bangun. Lo jangan bikin gue kesal deh!” lagi-lagi Gavin mengguncang tubuh Alin dengan kakinya karna dari tadi Alin tidak menyahuti ucapannya.

“isssh... Bangun! Lo benar-benar bikin gue kesal ya!” Akhirnya emosi Gavin pun kembali memuncak. Dia mengguncang tubuh Alin lebih kencang dengan kaki kanannya itu. Hingga akhirnya Alin pun terusik dan bangun.

“Gavin? Ka...kamu kenapa Vin? Kok kamu nendangin kaki aku kaya gitu? Aku kan udah tidur di bawah. Kamu mau apa lagi Vin?” tanya Alin kaget plus tidak percaya dengan apa yang Gavin lakukan padanya itu.

“Lo tidur di atas, gue gak mau kalau sampe lo sakit dan tambah ngerepotin hidup gue,” suruh Gavin singkat dan segera berjalan meninggalkan Alin menuju sofa di dalam kamarnya.

Alin masih tidak mengerti dengan apa yang Gavin ucapkan. Dia malah bengong masih dengan posisi duduk di atas lantai kamarnya itu.

“Ma..maksud Gavin... Apa sih? Kenapa Dia nyuruh aku tidur di atas? Trus nanti dia tidur dimana kalau aku tidur di atas?” pikir Alin bingung.

“Lo punya telinga gak sih? Gue bilang LO TIDUR DI ATAS, budek banget sih jadi cewek!” bentak Gavin kasar bahkan menekan kata-katanya itu hingga membuat Alin kaget dan kembali meneteskan air mata.

“I... Iya Vin maaf. A...aku gak dengar,” ujar Alin terbata-bata karena takut. Gavin tidak menghiraukan ucapan Alin lagi karna dia langsung berbaring di atas sofa di dalam kamarnya.

My Devil Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang