Vote+komen!
💜Happy Reading💜
*
**
Alin terus merintih kesakitan menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya terutama bagian perut. Sungguh sangat sakit sekali. Hingga dalam keadaan setengah sadar seperti ini pun dia masih merintih menahan rasa sakitnya itu."Ssh... Vin, sa...kk...kiiit..." rintih Alin terbata. Dia mencengkram perutnya sendiri yang mengeluarkan banyak darah segar dari betisnya itu, hingga akhirnya dia pun ikut pingsan sama seperti Gavin.
Namun, tak lama kemudian beberapa warga pun datang menolong Gavin dan Alin kemudian segera melarikan mereka ke Rumah Sakit terdekat karena kondisi Alin maupun Gavin sepertinya sangat begitu parah dan luka mereka berdua pun cukup serius.
***
"Apa? Kecelakaan? Bagaimana mungkin?" kaget seorang pria paruh baya ini saat menerima sambungan telepon dari handphonenya."Ya sudah, saya akan segera mengambil penerbangan ke sana," jawabnya lagi kemudian langsung menutup sambungan teleponnya itu.
"Kurang ajar! Anak itu memang benar-benar perlu aku hajar, masa mengurus istrinya saja sampai tidak becus seperti itu!" Dia mencengkram kepalan tangannya sendiri dengan wajahnya yang mendadak menjadi emosi dan penuh dengan amarah.
"Lihat saja, kalau sampai cucu Papa kenapa-kenapa. Papa gak akan segan-segan bunuh kamu Gavin!" ancamnya lagi kemudian segera bergegas menuju kamarnya untuk menemui sang istri yang harus segera dia ajak pulang ke Indonesia.
Alin kini sudah berada di dalam ruangan rawatnya, sepertinya kondisi Alin cukup parah, sampai-sampai dia belum sadarkan diri juga. Padahal sekarang sudah hampir 5 jam lebih dia terbaring diatas ranjang Rumah Sakit.
"Hiks... Kenapa sampai kaya gini sih Pa? Kenapa sama Alin?Kenapa kita juga harus kehilangan cucu kita Pa?" tangis seorang wanita paruh baya yang ternyata ibu kandung Alin pun sudah tak terelakan lagi, sebut saja Nyonya Maya. Begitu mendengar berita kecelakaan tentang Putrinya itu dia begitu syok, apalagi sampai mendengar kalau calon cucunya pun harus terelakan pergi begitu saja. Sungguh benar-benar berita buruk yang membuat jantung sampai berhenti mendadak saat mendengarnya.
"Sabar Ma, Alin pasti baik-baik aja kok, Mama gak usah nangis terus, kasihan kalau nanti Alin bangun terus lihat Mama nangis kaya gini," ujar Tuan Andre suami dari Nyonya Maya itu, atau lebih tepatnya Ayah kandung Alin.
"Tapi gara-gara kecelakaan ini cucu kita jadi meninggal Pa, cucu kita meninggal," Nyonya Maya sepertinya tidak bisa menerima kenyataan kalau janin yang Alin kandung tidak bisa diselamatkan. Dia tidak bisa menerima kalau calon cucunya itu harus pergi begitu saja.
"Iya Ma Papa ngerti, udah Mama jangan nangis terus. Suatu saat Alin pasti bisa kasih kita cucu lagi kok Ma, udah ya? Jangan nangis terus," Tuan Andre mendekap tubuh istrinya itu. Dia menenangkan Nyonya Maya agar tidak terus-terusan bersedih menangisi Alin dan calon cucunya yang tidak bisa tertolong itu.
Ja...jadi? Jadi cucuku tidak tertolong. Anak dari Devan tidak tertolong? Enggak, ini...ini gak mungkin, cucuku gak mungkin pergi secepat itu, gak mungkin. batin seorang pria paruh baya yang ternyata mendengar percakapan Nyonya Maya dan Tuan Andre itu dari ambang pintu ruangan Alin dirawat. Air matanya menetes karena tidak percaya akan kenyataan pahit itu. Tangannya pun kembai mengepal bahkan sampai dia pukulkan beberapa kali ke dinding Rumah Sakit tersebut.
"Kamu benar-benar suami gak berguna Gavin, kamu gak berguna!" geramnya yang langsung bergegas pergi setelah mengingat sosok Gavin putra satu-satunya yang kini masih hidup. Dia pun segera pergi dan mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam ruangan rawat Alin. Dia pun melangkahkan kakinya cepat untuk mencari letak kamar rawat Gavin karena sudah tidak sabar ingin memberikan pelajaran pada Putranya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband (On Going)
RomanceFollow sebelum membaca demi kepentingan kita bersama: ) Genre romance! Warning 17+ Ini tentang kehidupan seorang gadis dan pemuda. Seorang gadis yang terus-menerus menangis dan meratapi kehidupannya yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Dia yang...