MDH 40

1.7K 84 17
                                    

Vote+komen!

💜Happy Reading💜


***
Sore ini Alin dan Gavin berkunjung langsung ke tempat pemakaman David. Awalnya Gavin menolak dan tidak ingin menuruti keinginan Alin dengan alasan tidak perlu karna tidak penting berkunjung pada tempat peristirahatan terakhir seseorang yang telah mengambil jantung Kakaknya itu. Namun Alin tetap memaksa dan memohon agar Gavin mengantarkan Alin ke tempat pemakaman  David Alexandria.

"Ini yang kedua kalinya aku harus kehilangan kamu Vin, kedua kalinya juga aku nangis di depan gundukan tanah merah ini. Kenapa harus seperti ini Vin?
Kenapa harus kamu? Aku gak tau kenapa jantung kamu bisa berada di tubuh David. Aku gak tau ternyata jawaban hati aku yang selalu bingung akan sosok David itu karna jantung kamu.
Aku gak tau Vin," lirih Alin berderai air mata menatap gundukan tanah merah bertuliskan DAVID ALEXANDRIA atau David. Dia memang tengah berada di depan tempat peristirahatan terakhir David, namun entah kenapa dia justru malah membayangkan kalau di depannya itu adalah rumah terakhirnya Devan bukan David.

"Udah sayang, kita pulang sekarang ya? Udah sore, gak baik kalau wanita hamil terlalu lama di sini. Aku gak mau kalau sampai kamu sama calon bayi kita kenapa-kenapa, kita pulang ya?" Tiba-tiba Gavin yang sedari tadi berdiri di belakang Alin pun mendekat dan menyentuh pelan pundak Alin.

"Tapi aku masih pengen di sini Vin, sebentar lagi ya?" pinta Alin menoleh kearah Gavin.

Gavin malah tersenyum dan berjongkok di samping Alin, dia mengelus batu nisan bertuliskan nama DAVID dan menatapnya sendu.

"Aku emang benci sama David Al, tapi bukan berarti aku senang karna sekarang dia sudah pergi.
Aku hanya takut kehilangan kamu, dan sekarang aku hanya bisa ngucapin kata maaf atas semua sikap buruk aku sama David. Aku tau Siska juga gak sepenuhnya bersalah, mungkin kalau aku ada di posisi Siska pun aku akan lakuin hal yang sama.
Aku udah ikhlasin semua, dan biar aku sama kamu aja yang tau tentang ini, Mama sama Papa gak perlu tau sayang. Aku udah ikhlas," jelas Gavin yang ternyata sudah tidak marah pada David lagi, dia bahkan tidak menuntut apa-apa pada Siska, dia rasa menuntut apapun itu tidak akan membuat Devan kembali hidup, jadi jalan satu-satunya hanya ikhlas dan mensyukuri semuanya.

Alin tersenyum mendengar ucapan Gavin yang benar-benar bijaksana. Dia pun beranjak dan menarik pelan tangan Gavin.

"Aku senang sama sikap kamu yang sekarang. Sikap kamu udah gak kaya dulu lagi Vin. Kita pulang sekarang ya? Aku takut baby kita malah kenapa-kenapa kalau kelamaan di sini," ajak dan kagum Alin melihat sikap Gavin yang sekarang.

Gavin hanya menjawab dengan anggukan kecil dan seuntai senyum, dia pun ikut beranjak untuk segera pergi meninggalkan pemakaman yang cukup luas itu.

***
Semenjak kejadian itu, hubungan Alin dan Gavin pun semakin romantis dan harmonis. Gavin selalu berusaha memberikan apa yang Alin mau walaupun Alin tidak pernah meminta apa-apa tapi Gavin selalu memaksa agar Alin mau menuruti keinginannya.

Sedangkan Alin sendiri hanya bisa pasrah setiap kali Gavin meminta hal-hal aneh padanya, dan itu tidak terjadi seperti pada ibu hamil pada umumnya, karna itu justru Gavin 'lah yang sering minta yang macem-macem terhadap Alin.

"Uhhh, udah dong Dad, perut Mommynya sesek nih. Daddy meluknya udah kelamaan, sesek Dad." Terlihat Alin tengah berusaha melepaskan tangan Gavin yang menarik pinggangnya ke dalam pelukan Gavin, dia sungguh kehabisan napas akan ulah suaminya itu, sedangkan Gavin sendiri malah asik memejamkan matanya menikmati kehangatan tubuh Alin yang menempel di perutnya.

"Dad, aduh perut Mommy jadi sakit nih. Udah dong meluknya, katanya cuma sebentar? Ini udah  lima belas menit lho. Sesak Dad," keluh Alin lagi, dia pun kembali mencoba mendorong tubuh Gavin agar mau melepaskan pelukannya itu.

My Devil Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang