Vote+komen!
💜Happy Reading💜
***
Terlihat Alin masih saja asik mengemasi beberapa bajunya untuk dibawa ke Puncak nanti. Dia begitu fokus melipat dan merapikan pakaiannya juga pakaian Gavin dan memasukkannya ke dalam koper kecil."Gak ngangka kalau akhirnya kamu ngajak aku liburan juga Vin, walau cuma di Puncak tapi aku senang banget kalau perginya berdua sama kamu," gumam Alin tidak menyangka. Bibirnya pun tak henti-hentinya tersenyum menunjukkan raut wajahnya yang penuh kebahagiaan itu.
"Sekarang aku tinggal bawa koper kecil ini ke mobil, Gavin pasti udah nunggu di sana," gumam Alin setelah selesai merapikan kopernya. Dia pun menarik koper berisikan pakaiannya itu keluar kamar. Lebih tepatnya keluar rumah karena Gavin sudah menunggunya di sana.
"Aduh sayang, kok kamu yang bawa? Kan tadi aku cuma nyuruh kamu rapiin aja, biar aku yang bawanya," kaget Gavin yang langsung beralih membawakan koper di tangan Alin.
"Gak papa kok Vin, lagian gak berat, kan aku bawanya enggak diangkat tapi didorong, jadi gak bakalan berat," jawab Alin tersenyum manis.
"Tapi tetap aja sayang ini itu tugas aku, bukan tugas kamu tau gak?" balas Gavin kekeuh lalu memasukkan koper tersebut ke dalam bagasi mobilnya. Alin yang mendengarnya hanya tersenyum kecil sambil terus memandangi Gavin.
"Yah malah bengong lagi, masuk gih? Tar keburu sore, yang ada kita kemaleman nyampenya," suruh Gavin pelan dan menutup bagasi mobilnya.
"Iya, aku masuk," balas Alin pelan kemudian segera masuk ke dalam mobil Lamborghini hitam Gavin. Gavin hanya tersenyum mendengarnya.
Mudah-mudahan aja di sana gak akan ada yang ganggu kita lagi Al. Semoga aku berhasil. batin Gavin melirik nakal kearah Alin. Dia pun segera masuk ke dalam mobilnya dan langsung melajukan mobilnya tanpa babibu lagi.
***
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama karena keadaan jalanan yang macet. Akhirnya pasangan suami-istri itu tiba juga di Villa milik sang Papa.
Villa yang tampak begitu mewah dan terlihat begitu sejuk dengan perkebunan teh yang luas bisa dilihat dari lantai atas.Namun entah kenapa tiba-tiba Alin malah diam mematung menatap Villa yang sangat tak asing baginya itu, padahal Gavin sudah mengajaknya masuk.
Villa ini? batin Alin seakan mengingat kenangan saat dia berada di dalam Villa ini bersama Devan dulu. Ternyata Devan dan Alin dulu sering mengunjungi Villa ini. Bahkan tak jarang juga dia menginap di Villa tersebut bersama sahabat-sahabatnya yang lain saat sedang berlibur.
"Enggak, ini gak mungkin. Aku gak mungkin masuk ke dalam Villa ini, kenangan saat bersama Devan terlalu banyak di dalam sana. Iya, aku gak mungkin masuk ke sana, aku gak mau Gavin malah sedih kalau aku masih mengingat sosok Devan," lirih Alin dengan mata berkaca-kaca menatap Villa dihadapannya itu.
Gavin yang merasa aneh akan sikap Alin pun langsung berbalik arah dan kembali menghampiri Alin.
"Kok malah bengong di sini sih sayang? Ayo masuk, udah hampir gelap Al, nanti kamu kedinginan lagi," ajak Gavin merangkul lembut pundak Alin.
"A...aku gak papa kok Vin," Alin tersenyum menatap Gavin. Dia menyembunyikan apa yang sebenarnya ada dipikirannya itu. Alin pun masuk ke dalam bersama Gavin yang terus merangkulnya.
"Hufth... Akhirnya kita sampai juga, capek banget sumpah. Mana tadi macet banget lagi di jalan, bikin badan aku tambah pegel," Gavin menghempaskan tubuhnya di kasur yang sangat empuk itu. Dia memang terlihat begitu lelah sampai-sampai langsung berbaring begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Devil Husband (On Going)
RomanceFollow sebelum membaca demi kepentingan kita bersama: ) Genre romance! Warning 17+ Ini tentang kehidupan seorang gadis dan pemuda. Seorang gadis yang terus-menerus menangis dan meratapi kehidupannya yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Dia yang...